Sukses

Usai Investigasi, Polisi Diminta Otopsi Jenazah Terdakwa JIS

Polisi menelusuri kejanggalan-kejanggalan yang terjadi selama proses penyidikan kasus ini.

Liputan6.com, Jakarta - Polda Metro Jaya melakukan investigasi untuk mengungkap dugaan penyiksaan terhadap terpidana pekerja kebersihan saat proses pemeriksaan kasus tuduhan pelecehan seksual di Jakarta International School (JIS). Polisi menelusuri kejanggalan-kejanggalan yang terjadi selama proses penyidikan kasus ini.

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Andrianus Meliala menyatakan pihaknya melayangkan surat ke Polda Metro Jaya untuk melakukan investigasi laporan penyiksaan tersebut pada Februari lalu. Surat juga dikirimkan ke Komisi Kejaksaan dan Komisi Yudisial untuk mengawasi jalannya persidangan kasus JIS yang saat itu masih berjalan dengan terdakwa dua guru JIS.

"Saat ini Propam Polda Metro Jaya sedang melakukan investigasi. Kita harapkan secepatnya selesai sampai tuntas, Propam sudah merespons surat dari kita," kata Adrianus di Jakarta, Sabtu (9/5/2015).

"Hasil dari investigasi Satuan Pengawas Internal Polda Metro Jaya (SPI PMJ) tersebut juga harus mengungkap penyebab kematian Azwar yang meninggal saat berada dalam proses pemeriksaan oleh para penyidik dari Polda Metro Jaya," imbuh Adrianus.

Azwar merupakan salah seorang pekerja kebersihan PT ISS yang ikut ditangkap polisi setelah mendapat laporan dugaan sodomi terhadap MAK. Menurut Adrianus, ada kejanggalan yang ditemukan keluarga terhadap jenazah Azwar. Yaitu jenazah terlihat bengkak, matanya lebam dan bibirnya pecah. Meskipun demikian, pihak penyidik menyatakan Azwar bunuh diri.

Selain Azwar, ada lima pekerja kebersihan PT ISS diduga mengalami penyiksaan seperti ditendang, dipukul dan tubuhnya disudut rokok serta jari dijepit bangku sambil diduduki polisi. Menurut Andrianus, bukti dugaan penyiksaan itu sudah kuat dengan adanya foto, pengakuan para terpidana dan keterangan keluarga mereka. Selama proses penyelidikan, mereka tidak didampingi pengacara.

"Kita minta investigasi semuanya termasuk untuk makam almarhum Azwar, harus digali untuk mencari bukti penyiksaan tersebut," kata Adrianus.

Anggota PP Muhammadiyah sekaligus Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Mustofa B Nahrawardaya menambahkan, jika melihat fisik almarhum Azwar sebelum dimakamkan, kecil kemungkinan korban bunuh diri. Sebab ada bekas kekerasan di tubuhnya yang tak masuk dari tindakan bunuh diri dengan menenggak cairan pembersih lantai.

"Secara kasat mata, dari fisik sesuai foto yang saya terima, kondisi almarhum Azwar bukanlah kondisi seseorang bunuh diri. Pengalaman saya 15 tahun bergulat di dunia penelitian kriminal, terpaksa harus saya simpulkan Azwar bukanlah bunuh diri," ujar Mustofa, yang pernah menjadi Tim Pencari Fakta meninggalnya artis Alda.

Jadi, lanjut dia, polisi tak hanya cukup melakukan investigasi. Tapi juga harus melakukan otopsi terhadap jenazah korban. Selama ini, polisi selalu menolak melakukan otopsi terhadap jenazah Azwar.

"Dengan otopsi, fakta-fakta apa yang sebenarnya terjadi di balik kematiannya akan bisa terungkap dengan jelas," tukas Mustofa. (Ali)