Liputan6.com, Semarang - Sejarahnya diawali pada 1860. Saat itu banyak orang berdagang di depan penjara di sebelah timur alun-alun Semarang, Jawa Tengah. Para pedagang tersebut melayani para keluarga tahanan yang menunggu jam besuk di bawah deretan pohon Johar.
"Ada cerita bahwa keberadaan pohon Johar tersebut merupakan hadiah dari Sunan Pandanaran yang tak ingin kawasan tersebut kumuh oleh tenda pedagang. Kanjeng Sunan kemudian memerintahkan menanami pohon Johar untuk berteduh," demikian cerita budayawan dan peneliti Semarang, Djawahir Muhammad, tentang asal muasal Pasar Johar.
Barang yang dijual di depan penjara merupakan hasil bumi berupa buah-buahan, jagung, ketela pohon, dan pisang. Saat itu Pemerintah Kota Praja tidak menganggap para pedagang mengganggu lalu lintas sehingga mereka dibiarkan berdagang.
Advertisement
Petugas sapu Pasar Damaran yang dekat dengan tempat tersebut, bahkan memungut semacam retribusi kepada para pedagang.
Menurut Djawahir Muhammad, pada 1931 Pemerintah Kota Praja berencana membangun pasar yang lebih besar dengan menggabungkan pasar yang sudah ada sebelumnya yaitu Pasar Pedamaran, Johar, Beteng, Jurnatan, dan Pekojan.
Dipilihlah Johar sebagai lokasi pasar tersebut mengingat lokasinya yang strategis. Untuk keperluan pembangunan itu, bangunan penjara dirobohkan dan pohon-pohon Johar ditebang. Dari sinilah awal pembangunan Pasar Johar.
Pasar Johar merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Semarang. Arsitek pasar ini merupakan seorang warga Belanda bernama Ir Thomas Karsten. Pada 1933, arsitek Karsten diminta mendesain pasar sentral yang bentuk dasarnya seperti Pasar Jatingaleh.Â
Melalui suatu kajian mendalam, desain pasar kemudian diubah mengingat kondisi iklim, cuaca, dan perilaku masyarakat Semarang. "Hasilnya sebuah karya arsitektur yang luar biasa," kata Djawahir.
Berkat karya Karsten, Pasar Johar menjadi pasar dengan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Cahaya matahari bisa masuk ke seluruh penjuru pasar tanpa ada efek panas. Dengan arsitektur dan manajemen yang bagus, bahkan pada 1955, Pasar Johar disebut-sebut sebagai pasar terbesar dan terbaik di Asia Tenggara.
Diduga Akibat Korsleting Listrik
Namun, kebesaran dan kemegahan Pasar Johar kini tinggal cerita. Salah satu ikon Kota Semarang yang juga bangunan cagar budaya itu sekarang tinggal puing-puing gosong setelah si jago merah melalap bangunan pasar pada Sabtu, 9 Mei 2015.
Kobaran api terlihat menjilat bangunan pasar sejak pukul 20.45 WIB. Seorang pedagang, Murtiningrum, mengaku langsung melapor ke polisi setelah melihat api.
"Beberapa menit kemudian mobil pemadam kebakaran datang dan berusaha memadamkan api," kata Murtiningrum di Semarang, Minggu (10/5/2015). Setelah pemadam datang, ia langsung menunjukkan kios yang terbakar untuk dipadamkan lebih dulu.
Saat Pasar Johar terbakar, Walikota Semarang Hendrar Prihadi tengah menghadiri resepsi HUT ke-468 Kota Semarang di Lapangan Tri Lomba Juang Mugas. Spontan Hendrar meninggalkan lokasi acara setelah mendapat informasi tentang kebakaran tersebut. Ia pun langsung memimpin upaya pemadaman api.
Tapi, api terus membesar dan semakin tak terkendali. Bahkan pada pukul 23.35 WIB, puluhan mobil pemadam kebakaran gagal menghentikan laju si jago merah yang sudah mulai menjilati Pasar Yaik, yang berada di sebelah Pasar Johar.
Dugaan sementara, sumber kebakaran berasal dari arus pendek atau korsleting listrik. "Api itu dari korsleting listrik kios pakaian," ujar Murtiningrum.
Hal serupa diungkapkan Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Burhanudin. "Hasil pemeriksaan sementara di TKP diduga korsleting listrik di bagian tengah Pasar Johar lantai dua," beber Burhanudin.
Walikota Hendrar terus mengomandoni petugas pemadam kebakaran. "Pakai air apapun. Kerahkan semua kekuatan," ucap Hendrar memberi semangat pada petugas. Namun bukannya mengecil, api yang sebelumnya berhasil dilokalisir tiba-tiba kembali membesar. Sisi barat, timur, dan selatan bangunan pasar terbakar.
Di sela-sela kobaran api, terdengar letupan-letupan kecil. Sementara para pedagang sibuk menyelamatkan barang dagangan mereka.
Hidran Tidak Berfungsi
Di tengah upaya keras petugas pemadam kebakaran memadamkan api dan kesibukan para pedagang mengamankan barang dagangan mereka, dua penjarah berusaha memanfaatkan situasi ini untuk mencuri barang dagangan.
Namun aksi mereka berhasil dipergoki warga dan polisi. Keduanya pun langsung diamankan ke atas truk Satdalmas Polrestabes Semarang untuk menghindari amukan warga.
Kebakaran ini merupakan yang terbesar yang pernah terjadi di Pasar Johar. Walikota Hendrar mengatakan, menampung sementara para pedagang yang menjadi korban di Pasar Higienis Rejosari.
"Biar semua dikoordinasikan oleh Dinas Pasar," tandas Hendrar. Ia meminta para pedagang bersabar. Di sisa akhir masa jabatannya, ia menyatakan siap memfasilitasi semua kebutuhan para pedagang agar bisa berjualan lagi. "Nanti kita cari solusi permodalan bersama-sama," jelas dia.
Hingga Minggu, 10 Mei 2015, api masih membara di Pasar Johar. Dalam rapat Muspida plus Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Walikota Semarang menerima laporan bahwa hidran atau pipa yang terhubung ke sumber air di sekitar Pasar Johar ternyata tidak berfungsi.
Kondisi ini menyebabkan pemadaman api saat masih kecil terlambat. "Iya, ternyata hidran tidak berfungsi," ujar Hendrar.
Kendati demikian, dia memastikan, proses pemadaman api sudah berlangsung sangat baik. Bahkan ada bantuan kendaraan pemadam kebakaran dari wilayah sekitar Semarang. "Bahan baku air juga tidak kekurangan karena langsung menyedot dari Kali Berok atau Kali Semarang," lanjut Hendrar.
Pemerintah Kota Semarang menetapkan masa tanggap darurat penanganan kebakaran Pasar Johar selama 14 hari. Dalam masa itu, Walikota Hendrar meminta semua pihak menjaga dan mengendalikan diri.
"Untuk penampungan pedagang, sudah final di Pasar Ikan Higienis Rejosari. Nah, jika tempatnya kurang, itu harus segera diatasi," kata Hendrar usai rapat.
Akibat kebakaran, diperkirakan kerugian lebih dari Rp 100 miliar. Namun Kombes Pol Burhanudin memastikan tidak ada korban jiwa dalam kebakaran tersebut.
Di pasar yang terdiri dari 2 lantai itu, di mana lantai satu pasar digunakan oleh sebagian besar pedagang pakaian, sementara lantai dua dihuni para pedagang buku, banyak kuli gendong yang bermalam atau tidur di pasar yang dihuni 1.000 pedagang itu.
Jika tidak ada hujan deras, diperkirakan api yang membakar Pasar Johar akan benar-benar padam dalam waktu 7 hari. "Ini mungkin bisa (padam total) sampai lima hari atau seminggu, kecuali nanti malam hujan. Kita doakan saja yang terbaik," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang Iwan Budi Setyawan. (Sun/Ans)