Liputan6.com, Bekasi - Seorang pemain topeng Betawi tanpa kaki memimpin 20-an orang anggota grupnya di Bekasi, Jawa Barat. Sikap positif dan mental bajanya mampu mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Setiap beraksi di atas panggung, Limin Buntung menjadi bintang di kalangan topeng Betawi karena serba spontan saat menghibur, tanpa skenario, dan tanpa latihan khusus. Aksi kelompok topeng Betawi miliknya yang bernama Sinar Jaya pun selalu ditunggu-tunggu.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Selasa (12/5/2015), anggota kelompok Limin datang dari beragam profesi. Mulai dari pedagang, sopir angkot hingga wakil kepala desa.
Limin yang merupakan salah satu kandidat peraih Liputan 6 Awards 2015 ini lahir 40 tahun lalu di Desa Karang Jaya, Cikarang, Jawa Barat. Dalam kondisi tanpa kaki dan tangan kanan, putra pasangan petani sederhana Cilik dan Limih ini dijuluki Limin Buntung. Diduga Limin kecil sering diejek kadang dijauhi anak-anak sebayanya karena kondisinya.
Sejak kecil Limin pantang menyerah dan kekurangannya tidak membuatnya menangis. Anak ke-6 dari 7 bersaudara ini tertarik menjadi pemain topeng Betawi.
Limin ingin terus berkembang. Pada 2005 kesempatan Limin memberanikan diri mendirikan sanggar seni topeng Betawi yang kini dikenal sebagai Sinar Jaya.
"Sebelum saya punya anak buah, waktu itu saya masih jadi freelance dipakai sama orang. Waktu itu saya belum punya bendera (belum menjadi pimpinan Sinar Jaya) tapi sudah ada orang yang pesan. Dari situ saya gedein aja. Dengan modal sebesar Rp 3,5 juta, saya beli alat-alat," kata Limin, ayah dari seorang putri.
Pria yang tidak lulus sekolah dasar ini sering prihatin karena merasa anak-anak muda sekarang enggan melestarikan budaya mereka sendiri.
"Jangan sampai budaya Betawi kita ini punah. Harus kita bangkitkan, harus kita tonjolkan," kata Limin Buntung, kandidat peraih Liputan 6 Awards 2015. (Mar/Ado)
Limin Buntung, Penjaga Budaya Topeng Betawi
Seorang pemain topeng betawi tanpa kaki memimpin 20-an orang anggota grupnya di Bekasi, Jawa Barat
Advertisement