Liputan6.com, Yogyakarta - Penyandang celebral palsy atau lumpuh otak umumnya sangat sulit mengendalikan anggota tubuh. Namun seorang wanita penyandang lumpuh otak di Yogyakarta justru menjadi guru.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Jumat (15/5/2015), kegiatan sehari-hari Safrina Rovasita mengajar anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yapenas Yogyakarta.
Sebagai penyandang celebral palsy, Safrina sulit mengendalikan gerakan anggota badan dan sulit berbicara. Jadi guru adalah tantangan buatnya.
"Anak murid saya yang itu, yang biasanya dia tidak bisa berkata-kata tapi sebenarnya mampu untuk berkata-kata, saya ajari dia menyusun huruf, kata di notebook. Lewat itu dia bisa mengungkapkan keinginannya meskipun hanya satu kata, 2 kata secara terpisah," ucap Safrina, kandidat Liputan 6 Awards 2015.
Lahir dari keluarga sederhana, putri pasangan Suprapto dan Masriyah ini sejak kecil dikenal pandai. Safrina selalu meraih peringkat teratas di sekolahnya.
Tamat kuliah pada 2010 Safrina langsung diterima sebagai guru honorer di SLBÂ Yapenas tempat ia dulu menuntut ilmu. Di samping punya prestasi akademis tinggi, Safrina gemar menulis. Sejumlah tulisannya bahkan dimuat di koran dan
majalah.
"Dengan menulis ada kemungkinan mereka paham, oh maksudnya begini. Dan mereka kalau membaca itukan lebih bisa memahami daripada mendengar," kata Safrina.
Safrina membuktikan keterbatasan fisik bukanlah halangan. Ia bahkan membentuk komunitas untuk mewadahi keluarga para penyandang cerebral palsy.
"Teman-teman difabel ini dapat aksesbilitas secara baik. Mereka mendapat kesempatan yang sama, baik di bidang pendidikan, kesehatan, dan hukum," tutur Safrina sang kandidat peraih Liputan 6 Awards 2015. (Mar/Mvi)
Peringatan Konten!!
18 Tahun
Safrina Rovasita, Guru dan Penyandang Celebral Palsy
Seorang wanita penyandang celebral palsy di Yogyakarta menjadi guru.
Advertisement