Liputan6.com, Jakarta - Tim Polda Metro Jaya dan KPAI mengamankan orangtua yang diduga menelantarkan 5 anaknya di kawasan Citra Gran, Cibubur, Jawa Barat. Para tetangga setempat mencium gelagat tidak beres saat mengetahui bocah D dilarang masuk ke rumah sejak sebulan lalu.
D seharusnya mendapat perhatian yang layak dari orangtuanya, baik dalam segi pendidikan maupun lainnya. Namun bocah berusia 8 tahun itu justru mendapatkan perlakuan sebaliknya dari kedua orangtuanya. Tragis.
Liputan6.com mendapatkan 2 foto keseharian D saat masih ditelantarkan oleh orangtuanya. Foto ini didapatkan dari tetangga D yang ikut merawat bocah malang tersebut.
Okky, yang rumahnya masih berada satu kompleks dengan sang anak ini menceritakan, kejadian yang menimpa D tidak hanya sekali. Namun kali ini merupakan yang terparah saat D ditelantarkan di luar rumah selama sebulan oleh ‎orangtuanya.
"Ini saya foto waktu D tidur di pos satpam.‎ Dia tidak dikasih makan dan tidak boleh masuk rumah oleh kedua orangtuanya," kata Okky saat berbincang dengan Liputan6.com di Cibubur, Jumat (15/5/2015).
Karena merasa iba, Okky bersama warga lainnya memberi makan dan pakaian yang layak untuk D. Tidak hanya makanan, D pun tidur tidak lagi di pos satpam.
Selanjutnya...
Selanjutnya
"Warga sini akhirnya kasih dia makan, terus tidurnya juga pindah-pindah ke rumah warga. Diurus sama warga kompleks," tutur Okky.
Senada dengan Okky, tetangga D lainnya, Agustini mengungkapkan, saat ditelantarkan itu D memakai pakaian yang tidak layak. Bahkan badan D juga bau akibat tidak pernah mandi.
"Bajunya 6 hari nggak pernah ganti,‎ nggak pernah mandi badannya bau. Katanya nggak boleh sama mama," ungkap Agustini.
Agustini yang rumahnya hanya beberapa meter dari rumah D sempat menegur orangtuanya. Namun bukannya sadar, orangtua D justru marah-marah kepada dia dan beberapa warga lainnya yang peduli terhadap sang anak.
"Si orangtuanya pas diberi tahu jawabnya ini anak saya, mau saya siksa terserah saya. Bahkan nuduh menculik anaknya dan mau melaporkan saya ke polisi. Saya bilang saya nggak takut," kesal Agustini.
Agustini sempat mendengar kalau D bersekolah di daerah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Namun saat ditanya kepada D kenapa dia tidak bersekolah, bocah tersebut tak pernah menjawab. "Katanya sih di SDN 01 Cileungsi‎ sekolahnya, tapi ditelantarin begitu nggak pernah sekolah lagi," ujar dia.
Menurut Agustini, D pernah mengaku kerap dipukul dengan ‎menggunakan benda. Tetangganya yang lain sering mendengar jeritan seperti suara perempuan yang sedang marah-marah.
Selanjutnya...
Advertisement
Selanjutnya
"Waktu ditolong saya, sempat ada bekas siksaan, benjol-benjol dan benjolan penuh di kepala. Suka ngaku ke saya, dipukulnya pakai kayu, pakai botol. Kalau perempuan di dalam tidak kelihatan, tapi tetangga sebelah, saya telepon suka dengar jeritan," tutur Agustini.
Selain D, ada 4 saudara perempuannya yang masih anak-anak. Kondisi mereka tidak kalah memprihatinkan. Keempat saudara perempuan D yakni L dan C (9) yang merupakan saudara kembar, serta A (5) dan DI (4). Mereka tidak pernah keluar rumah, hanya D saja yang keluar rumah.
Namun, kini D bersama keempat saudara perempuannya tersebut sudah berada di tempat yang lebih baik setelah dievakuasi oleh polisi dan KPAI.
Terlihat Murung
Ketua KPAI Erlinda mengungkapkan kondisi kelima anak usai dievakuasi dari rumah di Kawasan Cibubur, Jawa Barat. Anak-anak itu terlihat senang, terutama D. Namun tidak bagi L, anak sulung dari 5 bersaudara itu. Dia masih murung.
"Agak berat (memulihkan) anak sulung perempuan, sampai hari ini masih terlihat murung," kata Erlinda di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (15/5/2015).
Erlinda melanjutkan, L juga tidak mau bermain dengan anak-anak lainnya di Save House yang disediakan Kementerian Sosial. Bahkan ketika ditanyakan seputar orangtuanya, L tetap bungkam seribu bahasa.
"Yang sulung sejauh ini belum mau bersuara apapun. Dia tidak berinteraksi dengan anak-anak lain," ujar Erlinda.
Selanjutnya...
Ayah Bantah
Ayah Membantah
Ayah bocah D, UP (45)Â menyangkal penelantaran yang dituduhkan kepada dirinya. UP membantah semua tuduhan menelantarkan anak, tidak memperbolehkan anaknya pulang, bahkan sampai tidak memberikan makan.
"Sama sekali nggak ada, fitnah itu, susah begini jadinya," kata UP pada 14 Mei 2015.
Dia mengaku, D adalah anak lelaki tunggal yang hingga berusia 5 tahun dititipkan kepada sang nenek. Karena itulah sang ayah merasa kurang memiliki ikatan batin dengan putra tunggalnya itu.
UP menganggap, D terlalu manja hingga membuatnya bersikap tegas. Namun perlakuan itu berbeda dengan yang diberikan kepada 4 anak lainnya yang perempuan.
Dia menjelaskan, kondisi di rumahnya termasuk sebuah perumahan elite yang tidak ada pagarnya. Jika ada tetangga yang mengaku kalau anaknya dibiarkan bebas keluar-masuk rumah, itu merupakan hal biasa.
"Dia kan anak cowok, nggak masalah lah. Nggak ada perkara. Tetangga saja yang fitnah kita," ujar UP. (Ali/Mvi)
Advertisement