Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 600Â pengungsi Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh terdampar di wilayah Aceh setelah diselamatkan nelayan lokal. Hanya Indonesia yang menyediakan tempat pengungsian, sementara negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand enggan menampung para pengungsi tersebut.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan, pemerintah Indonesia akan membantu para pengungsi ini agar tidak terkatung-katung nasibnya. Namun, Indonesia tidak bisa sendiri dan membutuhkan peran dunia internasional.
"Kita akan bicara dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB," kata pria yang karib disapa JK di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (18/5/2015).
Ia mengatakan, dalam waktu dekat juga akan ada pertemuan Indonesia dengan Malaysia dan Thailand untuk membahas pengungsi Rohingya. Indonesia akan diwakili Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
"Ya 3 menteri bertemu. Kita dengar saja rekomendasinya," imbuh JK.
‎Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) itu mengatakan selama sepekan ini pemerintah sudah berusaha sekuat tenaga membantu para pengungsi. Bila ada peran dunia internasional, ia berjanji Indonesia akan lebih aktif dalam memberikan bantuan.
"Kita bantu dalam konteks kemanusiaan. Jadi kalau mereka terdampar pasti kita tampung, beri bantuan makan dan sebagainya," ujar dia.
"Syaratnya harus kerja sama internasional yang janji untuk menerima mereka nanti, Indonesia bisa lebih aktif lagi. Kalau sekarang internasional tidak ada yang siap menerimanya, ya masalah nanti," tambah JK.
Selanjutnya: Hendak ke Malaysia
Baca Juga
Jusuf Kalla Terpilih Lagi Jadi Ketua PMI, Dubes Inggris untuk Indonesia Ucapkan Selamat dan Puji Kepemimpinannya
Pemprov Jakarta Siapkan 1.783 Unit Rusun untuk Warga Terdampak Kebakaran di Kemayoran
4 Respons Mulai Sudirman Said hingga Menkum Supratman soal Kisruh Dualisme Kepemimpinan PMI JK Vs Agung Laksono
Advertisement
Hendak ke Malaysia
Hendak ke Malaysia
JK juga menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah pernah menampung pengungsi Vietnam dalam jumlah besar. Para pengungsi itu ditampung di Pulau Galang pada 1979-1996.
JK menerangkan, ‎para pengungsi Rohingya ini sebenarnya hendak ke Malaysia. Mereka mengincar untuk bekerja di bidang perkebunan.
"Sekarang mereka mau ke Malaysia karena di sana banyak pekerjaan di perkebunan yang orang Malaysia tidak mau kerja. Kalau kita mau kerja di mana, orang di sini mau cari kerja, di perkebunan, dari seluruh Indonesia mau cari kerja. Ini alasan orang mau cari kerja ke Mala‎ysia," tandas JK.
Malaysia dan Thailand menolak kehadiran kaum Rohingya. Dari keterangan Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Wan Junaidi Jafaar, negaranya bisa memberi makan dan berbuat baik pada pengungsi, tapi tidak bisa menerimanya di sana.
‎Pemerintah Thailand bahkan mengeluarkan pernyataan cukup keras terkait rencana hadirnya pengungsi Rohingya di negaranya. Mereka mengatakan, warga Rohingya tidak diinginkan kehadirannya di negara itu.
Pernyataan tersebut terlontar langsung dari bibir Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan Ocha. Dia beralasan negaranya tidak mampu menampung pengungsi Rohingya karena masalah biaya.
Bola Pingpong
Penolakan negara-negara Asia Tenggara terhadap ribuan orang dari etnis Rohingya ini mendapat sorotan lembaga HAM dunia. Mereka mengatakan negara-negara Asia Tenggara telah menjadikan warga Rohingya 'bola pingpong'. Pengungsi Rohingya merupakan salah satu masalah kemanusian yang‎ ‎paling disorot dunia saat ini.
Sebab Myanmar tempat penduduk Rohingya tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut. Pada Juni dan Oktober 2012, kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar.
Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal. (Mvi/Ado)
Advertisement