Sukses

Kisah Sukses PRT Darwati Jadi Sarjana dan Lulus Cum Laude

"Yang mengejek ya pasti ada, namun saya anggap angin lalu. Untuk dana, saya sisihkan uang gaji," ucap Darwati.

Liputan6.com, Grobogan - Darwati, itulah nama pembantu rumah tangga (PRT) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang berhasil meraih gelar sarjana administrasi niaga Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang. Berkat tekadnya yang kuat di tengah keterbatasan dana yang dialaminya, ia bisa sukses menggapai cita-citanya itu.

"Memang sejak lulus sekolah menengah atas (SMA) saya ingin kuliah, namun terhambat biaya. Makanya, saya memilih bekerja dulu," kata gadis kelahiran 20 Februari 1992 itu, di Semarang, Kamis 21 Mei 2015.

Di sela mengikuti prosesi wisuda di Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, gadis berparas ayu putri pasangan Sumijan dan Jasmi itu menceritakan awal dirinya bekerja di Jakarta.

Selepas lulus dari SMA Muhammadiyah 5 Todanan, Darwati mengaku merantau ke Jakarta untuk bekerja. Namun belum genap seminggu, kembali pulang ke kampung halaman karena tidak kerasan.

"Setelah itu, saya sempat ikut kerja berjualan es campur di kampung. Ya, kira-kira tiga minggu saya kerja di sana, namun belum sempat gajian, karena saya keburu pindah kerja," tuturnya.

Darwati mengakui, pemilik usaha es campur itu sebenarnya baik dan tidak merelakan dirinya pindah. Namun sudah ada tawaran bekerja sebagai PRT di keluarga drg Lely Atasti Bachrudin, di Grobogan.

Ia ingat betul mulai bekerja sebagai PRT di keluarga dokter gigi itu pada 16 Agustus 2010, dan ketika itu masih belum terbayang kelak akan bisa meneruskan pendidikan sampai sarjana.

"Suatu waktu, saya nggremeng (bergumam) ingin kuliah. Mungkin didengar sama bapak (majikan). Beberapa hari setelah itu, bapak tiba-tiba bilang saya boleh nyambi kuliah," ungkap Darwati.

Majikannya kala itu mengatakan jika ayahnya dari desa baru saja menemuinya, dan menyampaikan keinginan Darwati berkuliah. Namun ternyata tak demikian yang sebenarnya terjadi.

"Saya langsung semangat mencari informasi perguruan tinggi, sampai akhirnya memilih di Semarang. Saya sisihkan sebagian gaji. Ternyata, bapak saya tidak pernah menemui beliau (majikan)," kenang Darwati.

Untuk berangkat kuliah, ia harus menempuh jarak kurang lebih 50 kilometer yang dilakoninya dengan menumpang bus. Meski terkadang menumpang kawannya yang kebetulan berasal dari Grobogan.

"Kadang, saya diminta menemani anaknya bapak (majikan) yang tinggal di Semarang. Jadi, sekalian menginap di sini. Ya, begitu. Saya ke Semarang, ya, kalau ada jadwal kuliah," papar Darwati.

Selama menjalani kuliah, ia mengaku kerap mendapatkan ejekan dari sejumlah kawan karena bekerja sebagai PRT. Namun dirinya tak menggubris dan tetap bersemangat mengejar mimpinya.

"Yang mengejek ya pasti ada, namun saya anggap angin lalu. Untuk dana, saya sisihkan uang gaji, kadang saya pinjam teman, kadang juga diberi uang saku sama bapak (majikan)," jelasnya.

Kini, Darwati berhasil mewujudkan mimpinya meraih gelar sarjana dan mampu membanggakan kedua orang tuanya. Bahkan sanggup meraih indeks prestasi komulatif (IPK) 3,68 atau cum laude. (Ant/Tnt)