Liputan6.com, Jakarta - Lantunan ayat suci Alquran terdengar dari rumah sederhana di Jalan Nusa Indah 2, RT 12 RW 19, Ciracas, Jakarta Timur. Di rumah berwarna biru muda inilah Serma Zulkifli -- anggota TNI AU yang tewas dikeroyok sejumlah personel Kopassus di Kafe Bimo, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu 31 Mei lalu -- tinggal.
Meski telah dimakamkan pada Selasa petang 2 Juni lalu, suasana duka masih menyelimuti rumah mendiang Zulkifli. Beberapa karangan bunga dari TNI AU, TNI AD, Kopassus, dan kerabat lainnya masih menghiasi rumah duka.
Saat ditemui, keluarga enggan berkomentar banyak terkait insiden yang merenggut nyawa Zulkifli. Sang istri mengaku telah mengikhlaskan kepergian suami tercinta untuk selamanya. Ia hanya berharap kasus tersebut diproses sesuai hukum yang berlaku.
"Sudah ya mas. Intinya keluarga sudah ikhlas. Semua sudah ditangani sama Panglima TNI (Jenderal Moeldoko). Semalam Panglima TNI sudah menyampaikannya," ujar Ika, istri Serma Zulkifli di rumah duka, Rabu (3/6/2015) malam.
Keluarga mengaku tidak memiliki firasat apa-apa sebelum ayah dari 1 putra ini meninggal dunia. Mereka hanya terperanjat saat mendengar kabar Zulkifli mengembuskan napas terakhirnya secara mendadak. Apalagi hilangnya nyawa orang yang dikasihi itu terbila[ng tragis.
"Tidak ada firasat apa-apa. Kami hanya kaget karena kabar duka itu sangat mendadak," pungkas Ika singkat.
>> Di Mata Kerabat >>
Di Mata Kerabat
Di Mata Kerabat
Serma Zulkifli telah pergi untuk selamanya. Ia dikebumikan di tempat pemakaman keluarga di kawasan Cililitan, Jakarta Timur, Selasa 2 Mei 2015 pukul 18.00 WIB setelah diterbangkan dari Solo, Jawa Tengah. Pria 39 tahun itu meninggalkan 1 orang istri dan 1 anak laki-laki yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA.
Di mata kerabat, Zulkifli dikenal sebagai orang yang baik, mudah bergaul, ramah, dan juga religius. Hal ini disampaikan Bowo, adik ipar Serma Zulkifli.
"Bang Zul itu orangnya baik. Tidak pernah dia bermusuhan atau bertikai dengan siapa pun. Orangnya supel, suka menyapa, dan mudah bergaul," kenang Bowo.
Bowo masih tidak percaya kakak iparnya telah pergi untuk selamanya dengan secepat ini. Apalagi Zulkifli tewas akibat luka parah yang ia diderita setelah dikeroyok sejumlah oknum anggota Kopassus.
"Setahu saya, Bang Zul itu tidak pernah punya musuh. Saya kaget pas dikasih tahu keluarga kalau bang Zul meninggal. Saya juga lihat beritanya di televisi," tambah dia.
Namun itulah yang terjadi. Keluarga hanya bisa ikhlas dan pasrah terhadap proses hukum yang berlaku. Bowo hanya berharap agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Agar kasus pertikaian berujung maut ini menjadi yang terakhir di korps TNI.
"Ya bagaimana lagi, sudah terjadi. Kami ikhlas. Dan kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Karena keluarga yang ditinggal pasti sangat sedih. Apalagi kalau menjadi tumpuan keluarga. Tentunya mereka tahu, semuanya pasti punya keluarga di rumah. Harus bisa merasakan itu," pungkas Bowo.
Sebelumnya, 4 prajurit TNI AU dikeroyok sekelompok orang pada Minggu 31 Mei 2015 di Kafe Bimo, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka di antaranya Serma Zulkifli dan Pelda Teguh Prasetyo. Saat itu, mereka baru saja berpisah dari rombongan prajurit lain setelah menghadiri acara reuni.
13 Prajurit TNI AU lainnya memutuskan kembali ke rumah. Sementara 4 lainnya ingin menghabiskan malam di Kafe Bimo.
Zulkifli sempat mendapat perawatan medis setelah dikeroyok sejumlah anggota Kopassus, namun kemudian meninggal dunia. Jenazahnya diterbangkan dengan Hercules A-1327 dari Lanud Adisutjipto, Yogyakarta ke Jakarta. Sedangkan Teguh masih kritis di rumah sakit. (Ans)
Advertisement