Sukses

Asal Moge 'Bodong' Beratribut Polisi Ditelusuri Paling Hits

Berikut Top 5 News edisi Rabu 3 Juni 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Roki Herdamel ditangkap setelah mengendarai moge dengan atribut polisi di Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kini, polisi menelusuri asal muasal moge 'bodong' tersebut.

Nah, berita mengenai polisi menelusuri asal muasal moge 'bodong' tersebut menyedot perhatian pembaca portal berita kesayangan Anda, Liputan6.com, terutama di kanal News sepanjang Selasa 2 Juni 2015.

Sementara 4 berita lain, termasuk fenomena aneh cacing keluar dari tanah di Bantul, turut mencuri perhatian banyak pembaca.

Selengkapnya Top 5 News...

1. Asal Muasal Moge 'Bodong' Beratribut Polisi Ditelusuri

Polisi resmi menahan motor gede (moge) Honda XP 1.300 cc yang dikendarai Roki Herdamel. Pria berusia 37 tahun itu ditangkap setelah mengendarai motor dengan atribut polisi di Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada Jumat 29 Mei lalu.

Kepala Satuan Lalu Linta Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Ipung Purnomo memastikan moge tersebut tidak dilengkapi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Ipung pun langsung melimpahkan kasus tersebut ke Subdit Ranmor Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

"Kasus motor yang tanpa surat-surat ditangani oleh Ranmor Polda Metro. Akan dicek ke Bea Cukai juga soal pembeliannya. Urut-urutannya seperti apa," ucap Ipung di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (2/6/2015).

Selengkapnya...

2. Fenomena Aneh Cacing Lemas Keluar dari Tanah di Bantul, Ada Apa?

Warga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diresahkan kabar yang tersebar lewat media sosial: cacing-cacing keluar dari dalam tanah dalam kondisi lemas. Sejumlah orang mengaitkannya dengan peristiwa gempa 5,9 skala Richter yang pernah mengguncang, Sabtu Wage 27 Mei 2006.

"Dari Bantul merata, wilayah Berbah, Prambanan, sampai Solo, ada fenomena aneh, banyak cacing keluar dari tanah dalam keadaan lemas," demikian kutipan yang menyebar di media sosial.

Penyebar pesan bahkan mengaku, salah satu rekannya yang merupakan anggota Basarnas menganjurkan agar masyarakat siap menghadapi kondisi darurat.

"Karena dulu saat gempa terjadi seminggu setelah fenomena cacing ini juga, analisa awal , terjadi peningkatan aktivitas tektonik di jalur subduksi kidul kuno, akibat terjadi pelepasan energi ke permukaan tanah," demikian lanjut isi pesan itu.

Selengkapnya...

3. Ikan Agresif Bisa Berjalan di Daratan 'Ancam' Australia

Para ilmuwan di Australia sedang mengawasi pergerakan ikan yang dijuluki climbing perch atau climbing gouramy (Anabas testudineus) yang mulai memasuki perairan Negeri Kanguru.

Eksistensi climbing perch telah ditemukan di perairan 2 pulau di Queensland, di Selat Torres: Boigu dan Saibai, yang dekat dengan Papua Nugini.

Dalam 30 sampai 40 tahun terakhir, spesies itu telah tersebar di seluruh Indonesia dan Papua Nugini.

Ikan tersebut dianggap ancaman bagi spesies lain di Australia. Anabas testudineus cenderung mengalahkan spesies asli di lingkungan baru dan punya daya tahan luar biasa. Bisa hibernasi dalam lumpur di sungai kering sampai 6 bulan.

Selengkapnya...

4. Pendapat Mbah Rono soal Cacing Keluar dari Tanah di Bantul

Fenomena munculnya cacing ke permukaan tanah di Bantul, Yogyakarta, membuat warga resah. Meski begitu, masyarakat diminta tetap tenang.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono menegaskan, fenomena itu muncul karena adanya perubahan iklim pancaroba dan tidak terkait dengan gempa bumi seperti 2006 lalu.

"Ini masa transisi musim hujan ke musim panas. Waspada bahwa Bantul rawan gempa bumi, tapi kepanikan jangan berlebihan," ujar Surono di Yogyakarta, Rabu (3/6/2015).

Selengkapnya...

5. Budayawan Betawi: PRJ Senayan Seperti Pasar Malam

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta (PRJ). Namun, PRJ ala Wagub Djarot ini bukanlah di Kemayoran, melainkan dihelat di Senayan, Jakarta Pusat.

Hanya saja penyelenggaraan PRJ Senayan ini ditanggapi sinis budayawan Betawi Ridwan Saidi. Ia menilai penyelenggaraan PRJ Senayan tidak berbeda dengan pasar malam yang kerap digelar di berbagai kampung di Ibukota.

"Ini bukan Pekan Raya Jakarta, tapi lebih pantas disebut pasar malam. Dan saya sangat tidak setuju dengan adanya PRJ seperti ini," ucap Ridwan di lokasi PRJ Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/6/2015) malam.

Selengkapnya...

(Ans)