Liputan6.com, Jakarta - Sejarawan sekaligus penulis buku [Bung Karno]( 2246525 ""), Peter Kasenda meluruskan soal pidato Presiden Joko Widodo yang menyebut Presiden Sukarno lahir di Blitar, Jawa Timur. Seharusnya Jokowi menyaring setiap data yang masuk, terlebih hal tersebut akan disampaikan di depan khalayak banyak.
"Ya harusnya Presiden membaca naskah pidato terlebih dahulu sebelum disampaikan," ucap Peter dalam diskusi bertema 'Bung Karno Lahir di Mana? Bagaimana Kita Memperlakukan Sejarah' di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (6/6/2015).
Ia pun menegaskan seharusnya pula Presiden Jokowi mengklarifikasi dan menegaskan jika kelahiran sang Proklamator itu di Surabaya, Jawa Timur.
"Dia (Jokowi) bisa klarifikasi, Jokowi kan juga pernah melakukan kesalahan dan dia klarifikasi. Iya kita tunggu saja klarifikasi beliau," imbuh dia.
Menurut penulis 5 buku Sukarno itu, bentuk klarifikasi bisa dalam bentuk buku kecil yang dibuat Jokowi. Dan bisa ditambah dengan perjalanan riwayat dari Presiden serta tokoh lainnya.
"Bisa dari Presiden Jokowi bikin buku kecil yang menjelaskan riwayat hidup Bung Karno dan termasuk mantan presiden lain serta tokoh-tokoh di Indonesia. Kan sudah membangun Museum Kepresidenan," usul Peter.
Sebab, sambung dia, bukan tidak mungkin masyarakat menunggu klarifikasi langsung dari pria asli Solo, Jawa Tengah itu. Dan mengakui kekeliruan bukanlah hal yang buruk, mengingat kekeliruan bisa saja terjadi sekalipun dalam pidatonya.
"Ya kan masyarakat juga menunggu apa Presiden Jokowi akan mau minta maaf mengakui kesalahan beliau. Atau dia tak menyatakan minta maaf tapi langsung melakukan perbuatan yang kesannya dia minta maaf atas kesalahannya itu," pungkas Peter.
Tempat lahir Bung Karno ramai diperbincangkan setelah Presiden Jokowi salah mengatakan, ayah dari Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri itu lahir di Blitar. Hal ini disampaikan Jokowi saat dia menghadiri peringatan puncak Hari Lahir Pancasila di Alun-alun Blitar, Jawa Timur, Senin 1 Juni 2015 lalu.
Dalam pidatonya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku memiliki kesan yang sangat mendalam karena dirinya berdiri di kota tempat Sukarno dilahirkan.
"Setiap kali saya berada di Blitar kota kelahiran Proklamator kita, Bapak Bangsa kita Bung Karno, hati saya selalu bergetar. Getaran ini senantiasa muncul karena di kota ini, kita secara bersama-sama menghayati, semangat yang bersumber pada ide dan gagasan besar Bung Karno," kata Jokowi.
Jokowi juga teringat dengan pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di hadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Saat itu Sukarno menyatakan, Pancasila berkobar-kobar dalam dadanya berpuluh tahun.
"70 Tahun yang lalu, Beliau menyatakan, 'Pancasila itulah yang berkobar dalam dada saya sejak berpuluh-puluh tahun, diterima atau tidak, terserah Saudara-saudara. Tetapi saya sendiri mengerti seinsyaf-insyafnya bahwa tidak ada satu pun dasar negara dapat menjelma dengan sendirinya menjadi realitas tanpa perjuangan'," ujar Jokowi menirukan Sukarno. (Ans/Sss)
Sejarawan: Jokowi Harus Buat Buku Kecil soal Sukarno
Menurut penulis buku Bung Karno, Peter Kasenda, mengakui kekeliruan bukan hal yang buruk dan itu bisa saja terjadi sekalipun dalam pidato.
Advertisement