Liputan6.com, Surabaya - Tembok bercat putih dengan daun pintu bercat biru muda, rumah itu terlihat kusam dan tua. Jendelanya tinggi dengan lubang udara kecil di atas pintu dan setiap jendela, memperlihatkan rumah itu bangunan khas tempo dulu.
Tepat di atas pintu terdapat plang nama berwarna kuning keemasan bertuliskan 'Rumah Kelahiran Bung Karno'. Ya, disinilah Presiden Pertama RI Sukarno dilahirkan. Rumah ini terletak di Jalan Pandean IV Nomor 40 Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng Kota Surabaya, Jawa Timur.
Dari tulisan yang tertera di papan nama, rumah ini merupakan tempat Bung Karno lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya. Oleh Pemerintah Surabaya, rumah tua itu kini telah dijadikan cagar budaya.
Seperti dikutip dari BBC, Sabtu (6/6/2015), seorang tetangga rumah itu mengatakan, rumah tersebut dihuni oleh Jamilah. Tapi saat disambangi, Jamilah sedang berada di luar kota.
Tetangga yang berusia lanjut bernama Azhari itu mengungkapkan, rumah Sukarno sudah 4 sampai 5 kali pindah tangan kepemilikan.
Dari cerita-cerita orangtua yang tinggal di seputar rumah Sukarno, kata Azhari, ayah Proklamator itu bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Dia adalah pendatang di kampung Pandean. Beberapa tahun kemudian Raden Soekemi pindah dari daerah tersebut. Setelah Bung Karno remaja, dia kembali lagi ke kawasan Pandean dan Peneleh.
"Dulu Bung Karno masa kecilnya biasa-biasa saja, setelah beliau remaja, datang lagi ke daerah Pandean-Peneleh utk belajar agama, politik dan pergerakan bersama dengan HOS Cokroaminoto," papar Azhari.
Baca Juga
Dulu di kampung Pandean dan Peneleh, lanjut Azhari, tumbuh subur organisasi pergerakan dan kepemudaan.
Advertisement
Selanjutnya: Jadi Cagar Budaya
Jadi Cagar Budaya
Jadi Cagar Budaya
Penelusuran rumah Sukarno dilakukan Institut Sukarno sejak 2007 lalu. Pendiri Institut Sukarno Peter A Rohi mengatakan, Sukarno diketahui pernah tinggal di Kampung Pandean dari kajian sejumlah buku.
"Berdasarkan buku yang kami kaji, buku-buku sebelum tahun 66, disebutkan Sukarno lahir di kawasan Pandean dan pernah tinggal di kawasan Pandean dan Peneleh ketika remaja, kami pun mencari informasi dari warga yang tinggal di daerah itu untuk mengonfirmasinya," jelas Peter.
Dari keterangan warga setempat itulah, ucap Peter, dia mengetahui lokasi tempat Sukarno dilahirkan. Penelusuran juga dilakukan Pemerintah Surabaya dengan mengkaji hasil riset Institut Sukarno dan Dinas Pariwisata dan Budaya serta dokumen sejarah lainnya.
Pemerintah kota Surabaya pun menemukan rumah kelahiran Bung Karno di kampung Pandean, dan telah menetapkannya sebagai bangunan cagar budaya pada 2013 lalu, seperti dijelaskan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya Wiwik Widayati.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyebutkan berupaya untuk membeli rumah ini, tetapi masih dalam proses penjajakan dengan pemilik rumah.
"Waktu itu ada masukan dari lembaga Institut sukarno dan memprosesnya sebagai bangunan cagar budaya, juga masukan dari anggota masyarakat," jelas Wiwik.
"Pemerintah kota mencoba telah ditetapkan jadi cagar budaya, rumah ini terpelihara sehingga diharapkan tidak terjadi perubahan bangunan itu tahap yang baru dilaksanakan, kami masih proses (untuk pembelian) sampai hari ini," jelas Wiwik.
Pemerintah kota Surabaya juga telah menjadikan rumah kelahiran Sukarno sebagai rumah museum, yang dapat dikunjungi sebagai tempat wisata.
Selanjutnya: Jadi Perdebatan
Advertisement
Jadi Perdebatan
Jadi Perdebatan
Baru-baru ini tempat kelahiran Sukarno menjadi perdebatan setelah Presiden Jokowi salah menyebut bahwa Sukarno lahir di Blitar, Jawa Timur.
Menurut Peter A Rohi, kesalahan ini erat kaitannya karena ada kesalahan dalam menerjemahkan buku tentang Sukarno yang ditulis dalam bahasa Inggris oleh seorang jurnalis AS Cindy Adams.
"Selanjutnya buku itu diterjemahkan oleh tim penulis sejarah dari ABRI (TNI) dengan menyebutkan Bung Karno lahir di Blitar," jelas Peter.
Padahal dalam buku karya Cindy Adams, menurut Peter, Bung Karno mengatakan, "Karena bapak saya berpindah-pindah, maka ketika pindah ke Surabaya, di tempat itulah saya lahir," jelas Peter.
Dia menjelaskan, dalam semua buku-buku biografi Bung Karno yang terbit sebelum tahun 1966, terang Peter, ditulis Bung Karno lahir di Surabaya.
Tetapi buku terjemahan karya Cindy Adams yang diterbitkan kembali pada 2007 lalu, menyebutkan Sukarno lahir di Surabaya. (Sun/Sss)