Liputan6.com, Jakarta - Komunitas Pecinta Sukarno merayakan momen hari kelahiran sang Proklamator RI. Mereka menyambangi Rumah Kelahiran Bung Karno di Jalan Peneleh, Gang Pandean IV Surabaya, Jawa Timur.
Di rumah itu, mereka berfoto dengan menggunakan atribut Sukarno. Sejumlah gaya Sukarno pun ditiru saat mereka berselfie. Rencananya, tiga tempat lainnya yang pernah disinggahi Bung Karno akan mereka sambangi.
"Selanjutnya akan dilakukan di tempat kos Bung Karno atau rumah HOS Tjokroaminoto, dan terakhir di sekolahannya di kantor pos Kedung Rojo Surabaya," kata seorang pecinta Sukarno, Ipung kepada Liputan6.com di Surabaya, Sabtu (6/6/2015).
Pada momen seperti ini, pihaknya berharap ada semacam peringatan hari lahirnya Bung Karno di tempat tersebut. "Dan juga ada pelurusan sejarah bahwa Sukarno memang benar lahir di Surabaya," imbuh dia.
Mengenai polemik kepemilikan rumah Sukarno yang hingga kini belum diambil alih Pemerintah Kota Surabaya, ia menilai perlu ada kerja sama yang sinergis dengan sejumlah pihak. Yaitu Pemkot Surabaya, stakeholder, dan komunitas masyarakat.
"Karena rumah ini akan menjadi identitas bagi kota Surabaya," pungkas Ipung.
Pantauan Liputan6.com, rumah Sukarno cukup mudah ditemukan. Karena tepat di depan gapura, ada sebuah prasasti dan baliho bergambar Bung Karno yang bertuliskan 'Di sini tempat kelahiran Bapak Bangsa Dr Ir Soekarno, Penyambung lidah rakyat, Proklamator, Presiden Pertama RI, Pemimpin besar Revolusi.'
Advertisement
Selain itu, di tembok-tembok sepanjang Gang Pandean IV, terdapat banyak sekali lukisan mural lengkap dengan tulisan Kampung Kelahiran Bung Karno.
Antara lain "Perjuanganku Lebih Mudah karena Mengusir Penjajah", "Jasmerah Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah", "Di Sini Rumahku dan Tetap Berjuang".
Pemerintah kota Surabaya telah menetapkan rumah itu sebagai bangunan cagar budaya pada 2013 lalu. Hal itu dijelaskan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya Wiwik Widayati.
Wiwik menyebut pihaknya berupaya untuk membeli rumah ini, tetapi masih dalam proses penjajakan dengan pemilik rumah.
"Waktu itu ada masukan dari lembaga Institut sukarno dan memprosesnya sebagai bangunan cagar budaya, juga masukan dari anggota masyarakat," jelas Wiwik.
"Pemerintah Kota telah mencoba ditetapkan jadi cagar budaya, rumah ini terpelihara, sehingga diharapkan tidak terjadi perubahan, kami masih proses (untuk pembelian) sampai hari ini," jelas Wiwik.
Pemerintah Kota Surabaya juga telah menjadikan rumah kelahiran Sukarno sebagai rumah museum, yang dapat dikunjungi sebagai tempat wisata. (Ali/Sss)