Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, dalam operasi penertiban keimigrasian, berhasil menjaring 8 orang wanita asal Maroko. Perempuan asal Maroko yang diciduk diduga melakukan praktik prostitusi di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Kasubdit Penyidikan dan Penindakan, Bambang Catur mengatakan 8 orang itu sering sebelumnya juga 'melayani' warga pribumi. Namun kini mereka enggan dan hanya mau menawarkan jasanya kepada warga asing.
Baca Juga
"Dulu mereka sering melayani warga pribumi. Namun semenjak ada razia tahun lalu, mereka lebih selektif dan memilih sesama warga asing," ujar Bambang di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (10/6/2015).
Advertisement
Bambang menambahkan, operasi PSK ini bukan yang pertama kali. Tetapi sudah dilakukan sejak Desember 2014.
"Operasi pertama ini memang dari tahun 2014 pada Desember. Dari pengembangan operasi tersebut, maka ada operasi berikutnya," jelasnya.
Dia menyebut dari keterangan yang didapat para PSK asing ini menggunakan perantara laki-laki yang akan menghubungkannya dengan ingin menggunakan jasanya. Para fasilitator tersebut pun 5 di antaranya sudah diamankan. Parahnya lagi, warga asing yang berperan jadi perantara ini masuk ke Indonesia melalui kartu pengungsi (UNHCR Card).
Meski menjelaskan sudah berhasil menangkap para PSK dan perantara, saat disinggung mengenai tarif yang dipakai para PSK, Bambang memilih untuk bungkam. Dia hanya mengatakan bahwa sebagian besar beroperasi di Cisarua kawasan wisata Puncak.
Saat ini, 13 orang tersebut ditahan dan dilakukan penyelidikan lebih dalam. Dari hasil investigasi, mereka diketahui melanggar izin tinggal yang seharusnya sebagai turis, namun justru melakukan praktik prostitusi.
Warga asing ini dinyatakan melanggar UU Imigrasi No 6 Tahun 2011 dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. (Ger/Ans)