Sukses

'Hantu' Pelemahan Rupiah

Pelemahan rupiah sering terjadi setiap ada goncangan ekonomi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak hanya terjadi belakangan ini saja. Pelemahan rupiah sering terjadi setiap ada goncangan ekonomi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tentu saja, pelemahan rupiah yang sering terjadi tersebut sangat memberatkan bagi dunia usaha.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto menjelaskan, kalangan pengusaha sebenarnya sangat berat menjalankan industrinya dengan dihantui pelemahan pelemahan rupiah terus-menerus.

Saat ini, rupiah telah berada di level 13.300 per dolar AS. Hal tersebut sangat jauh dari asumsi makro pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) yang ada di kisaran 12.500 per dolar AS.

"Kalau ganti terus yang tentu repot. Volatilitas rupiah berat buat industri, karena harus ada penyesuaian terus menerus untuk menentukan laba," terangnya. Meski begitu, Suryo mengatakan, para pelaku usaha memahami pelemahan rupiah yang sebagian besar disebabkan faktor eksternal.

Sayangnya, pemerintah pada saat yang sama tidak memberikan arahan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan para pengusaha menghadapi volatilitas tersebut. "Kami harus bagaimana, padahal pada saat yang sama kami juga berupaya meningkatkan cadangan devisa. Kalau begini ya upaya kami juga terhambat," kata Suryo.

Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Franciscus Welirang pun mengharapkan hal yang sama seperti Suryo.

Sebagai pengusaha, pria yang akrab disapa Franky ini ingin agar rupiah selalu berada di level Rp 2.500 per dolar AS. Sebab hal itu bisa menekan biaya operasional perusahaan yang ada di Indonesia. Maklum, saat ini sebagian besar perusahaan di Indonesia masih mengimpor bahan baku untuk memproduksi.

Ilustrasi Rupiah Turun (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

"Rupiah maunya Rp 2.500 per dolar AS. Kalau tembus Rp 13.000 per dolar AS ya okelah, mau gimana lagi," katanya. Franky menyarankan kepada pemerintah beberapa cara agar rupiah bisa kembali perkasa. Apalagi setelah lebaran, ekonomi Indonesia akan kembali melandai.

Salah satu caranya yaitu dengan mencairkan anggaran pemerintah untuk mendorong roda perekonomian. "Selama ini menurut saya perekonomian Indonesia didukung swasta. Sekarang saatnya pemerintah mencairkan anggaran untuk menggerakkan perekonomian," terang dia.

Suryo memberikan saran lain. Menurutnya, perlu ada reformasi rezim forein exchange agar para pengusaha bisa mengambil langkah yang tepat saat rupiah mengalami volatilitas cukup tinggi.

Dia memberikan contoh seperti bagaimana China dan Singapura mengelola mata uangnya, terlebih lagi dolar Singapura tetap mampu menguat justru di saat mata uang Asia lain terkapar menghadapi dolar AS.

"Tapi jangan terlalu dibebaskan juga. Meski memang itu dapat menjadi daya tarik Indonesia untuk mendatangkan investasi asing," ujar Suryo.

Selanjutnya: Rupiah Melemah, Laba Perusahaan Tergerus...

2 dari 2 halaman

Rupiah Melemah, Laba Perusahaan Tergerus

Rupiah Melemah, Laba Perusahaan Tergerus

Pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini kemungkinan besar akan membebani kinerja emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tentu saja, jika emiten tak mempunyai kinerja yang bagus maka pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun juga bakal tertekan.

Sejumlah analis menilai, mengungkapkan, nilai tukar rupiah melemah akan menimbulkan potensi rugi kurs dan tambah biaya produksi. "Pelemahan rupiah tentu berdampak negatif pada kinerja emiten terutama pada peningkatan biaya bahan baku dan potensi selisih kurs," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada.

Bila nilai tukar rupiah tidak ada perbaikan memang akan menjadi beban bagi emiten hingga kuartal II 2015.

Hal senada dikatakan Analis PT First Asia Capital Tbk, David Sutyanto. Pelemahan rupiah yang terjadi akan menurunkan kinerja emiten akibat selisih kurs. David meramal, rupiah akan bergerak di kisaran 13.500 hingga akhir tahun 2015.

IHSG memang terus tertekan dalam beberapa minggu terakhir. Pada April 2015 kemarin, IHSG sempat berada di level tertinggi dan mencetak rekor di 5.518. Namun seiring dengan pelemahan rupiah IHSG juga tertekan ke level 4.882 pada perdagangan 15 Juni 2015.

Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su menambahkan, pelemahan rupiah masih akan membebani IHSG pada perdagangan ke depannya.

Ilustrasi IHSG (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini harus ditangani secara serius oleh semua pihak.

"Pelemahan rupiah akan berdampak kepada industri yang memiliki ketergantungan bahan baku dari luar. Mau tidak mau sangat terpengaruh. Contohnya industri kecil dan menengah seperti pengrajin tahu tempe. Selain itu, industri kelas menengah seperti garmen pun juga akan menjerit," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah harus segera mengambil langkah taktis untuk mengatasi hal ini. Pasalnya, tren rupiah saat ini berbeda dengan mata uang negara lain.

"Memang pelemahan mata uang bukan hanya dialami oleh Indonesia saja, termasuk Malaysia, Jepang, dan beberapa negara Eropa. Tetapi mereka trennya menurun, tetapi kalau kita stabil tinggi dan kecenderungannya naik," katanya.

Hingga saat ini, lanjut Sarman, dirinya belum melihat langkah konkrit dari pemerintah untuk mengatasi hal ini. Padahal dampak dari pelemahan rupiah ini begitu nyata, yaitu melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015.

"Kami belum lihat langkah strategis yang dilakukan pemerintah terhadap fenomena ini. Ini jadi penyebab pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal I hanya tumbuh 4,7 persen. Ini ada hubungan dengan rupiah," tandasnya. (Ein)

Video Terkini