Sukses

Rumah Ibadah Ahmadiyah di Tebet Telah Berdiri Sejak 1980

Selama 25 tahun beribadah di rumah yang sekarang beralih fungsi menjadi musalah An'nur itu, warga sekitar tak pernah memprotes Ahmadiyah.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Cabang Ahmadiyah Jakarta Timur Aryudi (39) mengaku, jemaahnya sudah beribadah di Bukit Duri RT 02/RW 08, Tebet, Jakarta Selatan, sejak 1980. Selama itu pula ia menampik telah menghasut warga sekitar untuk masuk ke alirannya.

Yudi menjelaskan, selama 25 tahun beribadah di rumah yang sekarang beralih fungsi menjadi musalah An'nur itu, warga sekitar tak pernah protes, karena Ahmadiyah bersosialisasi dengan baik.

"Secara kehidupan, kita hanya mau salat di sana. Boleh tanya ke warga, apa kita pernah mengajak mereka untuk memeluk ajaran Ahmadiyah. Hubungan Ahmadiyah dan warga sangat baik," terang Yudi kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (16/6/2015).

Ia menuturkan, pada saat banjir 2013 dan 2014, musala An'nur sempat digunakan sebagai dapur umum yang menyediakan makanan. Sekitar 1.000 warga mendapat bantuan makanan dan 150 lainnya ditampung sementara.

"Saat banjir di sana (Bukit Duri dan sekitar) tahun 2013-2014, tempat kita (musala An'nur) dijadikan sebagai dapur umum. Kita pun punya genset, saat itu digunakan untuk mengalirkan air ke warga sekitar yang kekurangan air bersih," ujar dia.

Dihubungi terpisah, Ketua RT 02 RW 08 Bukit Duri bernama Panti bercerita, keresahan warga baru muncul sejak daerah mereka didatangi organisasi masyarakat yang kontra terhadap Ahmadiyah. Warga khawatir terjadi tindak anarkis yang berimbas pada harta benda warga.

"Saya dari kecil di sini. Ahmadiyah sudah ada sejak tahun 1970 di sini. Emang nggak pernah menghasut atau mengajak kita (warga) untuk masuk alirannya. Cuma warga mengeluh belakangan karena datang ormas. Mereka takut terjadi bakar-bakaran," tutur Panti kepada.

Dikatakan Panti, jemaah Ahmadiyah hidup berdampingan dengan masyarakat sejak tahun 1980-an. Warga sekitar mengetahui adanya kegiatan aliran Ahmadiyah, ada yang melaporkan tetapi tidak pernah ada yang merasa terganggu.

"Dulu ada yang lapor kalau rumah dijadikan tempat ibadah. Tapi selalu selesai di tingkat RT. Saya tanya, situ terganggu nggak? ya kalau nggak diganggu atau dirugikan ya sudah," jelas Panti.

Ia pun membenarkan tentang bantuan Ahmadiyah terhadap warga sekitar saat banjir tahun-tahun kemarin. Ia mengatakan, siapa saja warga boleh tinggal di musalah tersebut tanpa membeda-bedakan agama.

"Benar (bantuan Ahmadiyah). Waktu itu kita kekurangan tempat dan disediakan di sana," tutup Panti. (Mut/Sun)

Video Terkini