Liputan6.com, Yogyakarta - Kemarau membuat beberapa telaga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mulai kering. Akibatnya, warga sekitar mulai kesulitan mencari air bersih.
Kepala Desa Tepus, Sutrisno, mengatakan air di sana hanya tersisa sedikit dan keruh. Kondisi ini terjadi di tiga telaga yaitu Telaga Kalen, Telaga Sumur dan Telaga Lempek.
"Semua telaga sudah tidak bisa digunakan airnya," kata Sutrisno saat dihubungi, Selasa (16/6/2015).
Padahal, selama ini, warga hanya mengandalkan air dari telaga ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan memberi minum ternak. Sementara, kebutuhan air minum warga dipenuhi dari penampungan air hujan (PAH) yang juga mulai berkurang.
Untuk memenuhi kebutuhan, warga harus membeli air. Satu tangki ukuran 5.000 liter air bersih dijual dengan harga Rp 90 ribu hingga Rp 120 ribu. "Satu tangki biasanya tidak lebih dari satu bulan, tergantung penggunaan dan banyaknya keluarga," imbuh Sutrisno.
Kepala Bidang Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Gunungkidul, CH Suyatmiyatun, mengaku belum menerima pengajuan pasokan air bersih dari warga. Dinsosnakertrans tidak akan memasok seluruh kecamatan.
Menurut dia, pihaknya hanya akan memasok air bersih ke enam kecamatan yakni Saptosari, Rongkop, Girisubo, Semin, Panggang, dan Tepus.
"Sampai hari ini belum ada yang mengajukan permintaan droping air. Masyarakat bisa mengajukan melalui desa lalu dilaporkan ke Dinsosnakertrans," kata Suyatmiyatun.
Dinsosnakertrans, lanjutnya, memiliki anggaran Rp 600 juta untuk bencana kekeringan. Dana itu di antaranya akan digunakan untuk menyalurkan bantuan bersih dengan 7 tanki air ke enam kecamatan. "Beberapa kecamatan sudah memiliki tangki sendiri, tapi kita backup jika diperlukan," kata Suyatmiyatun. (Bob/Yus)