Sukses

Tantowi: Prinsip Tak Campuri Urusan Negara ASEAN Harus Dievaluasi

Tantowi mencontohkan kasus Rohingya.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mempunyai satu dasar yang telah dibina sejak berdiri, yaitu prinsip non-interference atau tidak mencampuri urusan negara Asia Tenggara lain. Namun, belakangan ini prinsip itu mulai disorot. Hal ini terjadi setelah munculnya masalah pengungsi Rohingya yang datang ke negara-negara Asia Tenggara untuk mencari suaka.

Anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya menilai, prinisip tersebut telah waktunya untuk ditinjau kembali penggunaannya.

"Non-interference (ASEAN) sudah saatnya kita review," sebut Tantowi di Habibie Center, Selasa 16 Juni 2015.

Tantowi mengatakan, hal tersebut sangat beralasan. Karena, jika masalah di satu negara Asia Tenggara dibiarkan tanpa ada yang mau membantu, maka berpontensi merembet ke negara-negara tetangga lain.

"Permasalahan domestik di salah satu member state apabila dibiarkan lama-kelamaan akan menjadi permasalahan regional," jelas Tantowi.

"Contohnya Rohingya, Laut China Selatan, bukan hanya permasalahan Filipina, permasalahan Vietnam. Kalau terjadi situasi di situ, situasi memanas yang kena kita juga," tutur dia.

Meski setuju ditinjau, Politisi Partai Golkar itu mengatakan bukan berarti menganjurkan prinsip itu ditiadakan sama sekali. Lebih tepatnya, prinsip non-interfernce bisa diganti dengan prinsip lain yang sesuai dengan zaman sekarang.

Beberapa waktu lalu, Angkatan Laut Indonesia yang berjaga di Pulau Rote menangkap kapal berpenumpang 65 imigran gelap yang terdiri dari 54 orang Sri Lanka, 10 orang Bangladesh, dan seorang warga Myanmar.

Ketika dimintai keterangan, kapten kapal mengaku telah diberi sejumlah uang oleh aparat penjaga perairan Australia untuk memutarbalikkan arah kapal masuk ke wilayah Indonesia.

Sementara itu Perdana Menteri Australia Tony Abbott tidak menepis ketika ditanya soal pembayaran kepada awak perahu untuk memutar balik ke Indonesia. Dia justru mengatakan, personel imigrasi telah mengembangkan strategi 'kreatif' untuk menghentikan kedatangan perahu-perahu pengangkut imigran. (Mvi/Ali)