Sukses

Anak Pembersih Semak Belukar Lulus dengan IPK Sempurna di IPB

Sebanyak 53 mata kuliah berhasil diikutinya dengan mendapat nilai sempurna A semua.

Liputan6.com, Bogor - Bagaimana rasanya lulus kuliah dengan nilai mutu akademik A semua? Mungkin hanya Parara Wendy Indarjo yang bisa menjawab pertanyaan itu saat ini. Parara adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berhasil lulus dengan IPK sempurna 4,00.

Tak hanya meraih gelar cum laude, mahasiswa asal Sampit, Kalimantan Tengah yang mengambil jurusan Matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini, juga berhasil lulus 4 bulan lebih awal. Sebanyak 53 mata kuliah berhasil diikutinya dengan mendapat nilai sempurna A semua.

Prestasi itu diperoleh Parara bukan karena ia berasal dari keluarga berada dengan fasilitas yang serba ada. Parara merupakan pelajar yang bisa ke perguruan tinggi dengan mengandalkan beasiswa.

"Ayah saya bekerja sebagai petugas yang membersihkan semak belukar, menyadap getah karet di Inhutani," ujar dia kepada Liputan6.com di Media Center IPB, Bogor, Jawa Barat, Jumat (19/6/2015).

Dengan pekerjaan itu, ayahnya hanya mampu menghasilkan sedikit rupiah untuk membiayai hidup Parara dan 2 saudaranya. Tapi toh, keterbatasan ini tak membatasi semangat Parara untuk mengenyam bangku perguruan tinggi. Dengan berbekal beasiswa bidikmisi, dia berangkat ke Bogor.    

Selama kuliah di IPB, Parara menyabet banyak prestasi. Di antaranya penghargaan sebagai Ketua Klub Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB Terbaik, Mahasiswa Berprestasi Asrama TPB IPB, juara 1 Gumatika Calculus Cup, juara 2 Lomba Debat 'Nasionalisme' Fateta se-IPB tahun 2012, juara II Kompetisi Statistika Dasar Statistika Ria tahun 2013, Mahasiswa Berprestasi Departemen Matematika IPB, juara 2 Danone Young Socio Entrepreneur dan juara 2 Kompetisi Essay Nasional Statistika Ria.

Tips Cerdas Parara

Mahasiswa Berprestasi IPB asal Sampit, Kalimantan Tengah, Parara Wendy Indarjo. (Liputan6.com/Bima Firmansyah)

Segala prestasi itu ia raih bukan tanpa tantangan. Dan tantangan terberatnya adalah masalah ekonomi. Kondisi ini memicu Parara untuk lebih pintar mencari penghasilan tambahan.

Parara berhasil mendapat uang tambahan untuk biaya hidup, dengan menjadi pengajar privat mata pelajaran matematika bagi mahasiswa di Tingkat Persiapan Bersama IPB. Dari pekerjaannya ini, Parara mengantongi Rp 2,5 juta per semester.

"Menikmati hasil jerih payah sendiri rasanya lebih nikmat bagi saya," ungkap Parara. Meski cerdas, namun kegagalan juga tak segan menghampirinya. "Memenangi Lomba Essay Nasional Statistika Ria 2014 menjadi momen 'pecah telur' bagi saya dalam mengikuti lomba essay. Sejak tahun pertama saya kuliah, tahun 2011, saya ikut kompetisi essay, namun terus saja gagal. Tapi akhirnya bisa menang," ujar Parara.

"Ilmu statistika bukan nature saya. Alhamdulillah, dari momen tersebut saya rasakan betul kebenaran pepatah gagal adalah kesuksesan yang tertunda," tambah Parara.

Selama kuliah, juara olimpiade matematika SMP dan SMA ini tak hanya sibuk mengejar prestasi akademik. Dia juga aktif di kegiatan organisasi kampus dan asrama. Berbekal doa dari kedua orangtuanya, Parara kini berharap dapat melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.

Ditanya tips dan triknya menyiasati keterbatasan ekonomi tapi tetap berprestasi, Parara menjawab, "Sederhana saja, temukan alasan, temukan motivasi. Sebab, dengan memiliki alasan kita secara refleks akan melakukan usaha-usaha, pengorbanan-pengorbanan untuk mewujudkan apa yang telah kita tekadkan."  (Sun/Yus)