Sukses

'Karamnya' sang Hercules di Jalan Ginting

Minta Pitauli hanya bisa menangis tersedu di depan ruang jenazah Rumah Sakit H Adam Malik, Medan, Sumatera Utara.

Liputan6.com, Jakarta - Minta Pitauli hanya bisa menangis tersedu di depan ruang jenazah Rumah Sakit H Adam Malik, Medan, Sumatera Utara. Masih jelas di ingatannya tawa 2 keponakan tersayang sebelum maut menjemput.

Siapa sangka, Selasa pagi adalah perpisahan terakhir mereka. Sebelum burung besi Hercules KC-130 dengan nomor registrasi A-1310 yang ditumpangi Ester Yosopin (17) dan Rita Yunita (14) jatuh dan menimpa perumahan warga di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa siang.

"Kenapa begini jadinya? Baru saja tadi ketawa-ketawa sebelum berangkat," ujar Minta sambil terisak di depan ruang jenazah, Selasa (30/6/2015).

Suami Minta, Mikael mengatakan, 2 keponakannya menumpang pesawat nahas itu untuk pulang ke rumah orangtua mereka di Natuna, Kepulauan Riau, dalam rangka liburan sekolah.

Sang ayah, kata Mikael, Sahata Sihombing, sempat bertugas di Jakarta dan pindah ke Koramil Natuna. Selama ini keponakannya tinggal di asrama sekolah.

"Mereka mau liburan ke tempat bapaknya yang bertugas di Babinsa TNI AD Natuna," kata Mikael. "Sempat lagi mereka tinggal di rumah kami, tadi pagi aku yang ngantar dia ke bandara. Nggak lama kudengar pesawat itu jatuh di Simalingkar," imbuh warga Jalan Sei Asahan tersebut.

Sama seperti Minta dan Mikael. Dewi Wulandari juga kaget mendengar kabar Hercules yang diawaki suaminya, Kopilot Lettu Pandu Setiawan jatuh di Medan. Keluarga sudah mendapat kepastian dari TNI AU, Pandu masuk dalam daftar korban jatuhnya pesawat Hercules.

Kopilot Lettu Pnb Pandu Setiawan (Liputan6.com/ Fathi Mahmud)

Padahal, Pandu baru menikahi Dewi pada 26 April 2015 lalu. Dewi mengaku masih berkontak dengan Pandu pada Selasa pagi.

"Saya nikah dengan Mas Pandu 26 April kemarin. Kita LDR (long distance relationship). Terakhir kontak tadi pagi," ujar Dewi di kediaman Pandu, Dusun Patukan Ambarketawang Gamping, Sleman, Jateng.

"Terakhir BBM 07.30 WIB, dia bilang, 'Bunda, Mas tidur dulu ya.' Terus saya bales, sudah enggak dibales lagi," imbuh Dewi.

Jatuhnya pesawat milik TNI Angkatan Udara (AU) ini juga membawa duka pada puluhan keluarga lainnya. Dari 101 penumpang dan 12 awak pesawat yang berada di Hercules KC-130 tersebut, 23 di antaranya dipastikan meninggal dunia.

Namun diduga korban bakal terus bertambah. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna menyatakan, kecil kecil kemungkinan ada penumpang yang selamat.

"Semua nggak ada yang selamat. Kalau investigasi kita ingin secepatnya. Tapi tidak semudah itu. Masalahnya enggak ada semuanya (tidak ada yang selamat) jadi nggak ada yang bisa ditanyai," ujar Agus.

Kenapa Hercules Celaka?

Pesawat Hercules KC-130 berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Selasa pagi pukul 06.00 WIB. Dari Jakarta, pesawat itu sempat singgah di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau.

Dari Jakarta, pesawat bertolak ke Pekanbaru, Riau kemudian ke Medan, Sumut. 2 Menit setelah tinggal landas, pesawat itu ‘jatuh’. Seharusnya si burung besi melanjutkan perjalanan ke Dumai di Riau, Tanjung Pinang di Kepulauan Riau, dan Pontianak di Kalimantan Barat.

Entah apa penyebabnya hingga nahas harus dialami 'sang Hercules'. Namun Kapentak Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Letkol Sutrisno menyatakan, pesawat itu laik terbang.

"Pesawat Hercules ini kondisinya layak terbang sehingga diterbangkan untuk menjalani operasi ini," kata Sutrisno di Malang, Jawa Timur.

Pesawat ini terbang untuk menjalankan operasi berdasarkan surat perintah terbang bernomor SPT/1171/VI/2015. Pesawat berangkat dari Malang pada Senin 29 Juni 2015 sekitar pukul 09.00 WIB. Berdasarkan surat perintah ini, pesawat seharusnya kembali ke Malang pada Kamis, 2 Juli 2015 nanti.

PesawatHercules C 130 Jatuh di Medan (AFP/Muhammad ZULFAN DALIMUNTHE)

Dia menduga, pesawat itu mengalami gangguan mesin saat terbang di Medan.

"Pesawat mengalami gangguan (mesin) setelah take off (tinggal landas) dari Lanud Suwondo, Medan, dan berencana kembali ke pangkalan. Belum sampai pangkalan sudah terjadi kecelakaan ini," tutur Sutrisno.

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla menduga, kecelakaan itu disebabkan faktor kesalahan teknis pesawat. Pria yang karib disapa JK itu juga mengakui pesawat tersebut termasuk pesawat tua. ‎Pesawat tersebut pun sudah masuk dalam daftar retrofit atau peningkatan kemampuan mesin.

"‎Namanya pesawat militer atau pesawat sipil bisa jatuh karena disebabkan alasan teknis, manusia, atau alam. Tapi ini kelihatannya karena teknis. Saya baca laporannya dia mau kembali," kata JK.

"Kalau pesawat tentara tidak ada pesawat asuransinya. Siapa yang mau asuransikan pesawat militer? Tidak ada. Memang ini pesawat tua, sudah 50 tahun, tapi ini mau di-retrofit," imbuh dia.

Penelusuran Liputan6.com, Hercules KC-130 B adalah modifikasi dari versi C-130 yang ditujukan untuk pengisian bahan bakar udara.

Sejarah Hercules itu berawal dari pada 23 Agustus 1954, prototipe pertama, YC-130 dipiloti test pilot Lockheed, Stan Beltz dan co-Pilot Roy Wimmer. Setelah keberhasilan YC-130, Pabrikan Lockheed di Burbank, California, Amerika Serikat, mengembangkan jenis lain mulai tipe A hingga J.

Pesawat Hercules masuk ke jajaran Angkatan Udara Republik Indonesia bermula dari negosiasi tawanan warga negara Amerika Serikat, Allan Lawrence Pope, yang merupakan penerbang bayaran yang membantu gerakan separatis Permesta di Sulawesi Utara.

Indonesia beralasan penggunaan pesawat Hercules untuk memperlancar pembangunan daerah sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan daerah.

Pesawat Hercules C-130 dengan nomor A-1310 jatuh di Medan, Selasa (30/6/2015). Burung besi buatan Lockheed Martin itu jatuh menimpa pemukiman warga dan memicu kebakaran. (Reuters/Roni Bintang)

Dari total 10 Pesawat Hercules C-130 B yang dibeli, dua di antaranya adalah varian KC-130 B atau biasa dikenal pesawat tanker.

Politisi PDIP, Tubagus (TB) Hasanuddin mengatakan, pesawat Hercules yang jatuh di Medan tersebut merupakan pesawat buatan Amerika Serikat tahun 1950 silam. "Itu yang jatuh pesawat tahun 60-an. Produksi 1954, saya belum lahir," kata TB di gedung DPR, Selasa (30/6/2015). Menurut dia, Indonesia menerima Hercules tersebut pada tahun 1960-an. Sejak saat itu Indonesia hanya melakukan pemeliharaan spare part. Pesawat itu, kata dia, juga pernah digunakan Presiden RI pertama, Sukarno.

Catatan Liputan6.com, ini bukan pertama kalinya pesawat produksi perusahaan berbasis di Amerika Serikat, Lockheed Martin, itu celaka. Tercatat sederet kecelakaan sudah pernah mewarnai perjalanan 'sang Hercules' di Indonesia, dimulai dari 1985 hingga terakhir 2009.

Pada 20 Mei 2009, pesawat C-130 dengan nomor registrasi A-13125 jatuh di Desa Geplak, Karas, Magetan, Jawa Timur, sekitar pukul 06.25 WIB. Pesawat yang mengangkut 120 orang itu lalu jatuh menimpa 2 rumah sampai hancur hingga akhirnya terbakar. Tercatat 101 orang tewas dalam kejadian itu. Sementara 11 lainnya terluka. (Ndy/Ado)