Sukses

Pengamat: Jika Hercules Mau Diganti, Belinya Harus Antre

Gerry mengatakan, tipe pesawat Hercules yang jatuh di Medan masih banyak dipakai negara lain, bahkan sekelas negara maju.

Liputan6.com, Jakarta - Jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara membuat pengamat penerbangan Gerry Soejatman bersuara. Dia menilai TNI Angkatan Udara saat ini belum melihat penggantian pesawat angkut TNI sebagai kebutuhan urgensi.

Menurut Gerry, penggantian armada TNI AU masih difokuskan untuk kebutuhan pertahanan seperti pesawat tempur.

Namun, jika pesawat angkut seperti Hercules C-130 ingin diganti dengan tipe baru, Gerry mengatakan, Indonesia harus bersabar karena banyak negara lain yang juga mengantri untuk membeli pesawat Hercules tipe baru.

"Sekarang kalau kita lihat dari sisi armada pesawat angkutan TNI AU, rata-rata memang umurnya segitu (50 tahun). TNI AU belum melihat butuh untuk mengganti secara urgent dalam waktu dekat. Kita mau ganti dengan apa? Jika mau ganti dengan Hercules tipe baru ngantrinya panjang," ungkap Gerry kepada Liputan6.com, Selasa 30 Juni 2015.

Gerry pun mengatakan, tipe pesawat Hercules yang jatuh di Medan masih banyak dipakai negara lain, bahkan sekelas negara maju. Berdasarkan analisa itulah, Gerry berpendapat TNI AU masih bertahan mempergunakan Hercules C-130 untuk kegiatan operasional sehari-hari.

"Armada ini di dunia masih banyak yang pakai, cuma mereka meremajakan mesinnya. Beda dengan fokker yang sudah jarang dipakai negara-negara lain. Karena itu, mungkin AU merasa Hercules tidak perlu diperbaharui," tutur Gerry.

Pesawat Hercules TNI AU mengalami kecelakaan di Medan, Sumatera Utara. Pesawat dengan registrasi A1310 type C-130 itu terbang dari Lanud Suwondo, Medan menuju Tanjung Pinang, Riau.

"Take off runway 23 Suwondo jam 11.48, kemudian saat akan ditransfer ke Medan APP, pilot request RTB (return to base)," demikian laporan TNI AU.

Sebelum jatuh, pesawat itu sempat berbelok ke kanan dan mengalami crashed sebelum kontak dengan Medan APP. "Informasi awal betul, jatuh. Pesawat membawa logistik," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Fuad Basya.

Fuad menyatakan, pesawat itu dari Medan menuju Tanjung Pinang dan Natuna. "Saya belum bisa pastikan akibatnya," kata Fuad.

Pesawat militer yang jatuh di Jalan Jamin Ginting itu dinyatakan laik terbang. Namun, mengalami gangguan mesin saat terbang di Medan.
 
Menurut Kapentak Lanud Abdulrahman Saleh, Letkol Sutrisno, sebelum berangkat dari Malang, kondisi pesawat ini lebih dulu dicek dan dinyatakan laik terbang. Oleh karena itu, pesawat tersebut kemudian diberangkatkan untuk menjalankan operasi berdasarkan surat perintah terbang yang diterimanya.

Akibat kecelakaan tersebut, seluruh penumpang dan awak kabin dinyatakan tewas. (Sun/Ado)