Sukses

Nestapa Bocah di Cipulir

Tak main-main, lengan bocah berinisial GT diduga sempat digergaji oleh ibunya sendiri di Cipulir, Jakarta Selatan.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar nestapa itu datang dari Cipulir, Jakarta Selatan. Seorang bocah diduga mendapat perlakuan buruk dari ibu kandungnya. Tak main-main, lengan bocah berusia 12 tahun berinisial GT itu diduga sempat digergaji oleh ibunya sendiri.

Bila benar demikian, berarti kekerasan terhadap anak di bawah umur kembali terjadi. Padahal, perhatian publik saat ini masih tertuju pada perkara penelantaran anak di Cibubur dan kasus pembunuhan bocah Angeline di Sanur, Bali.

Nasib GT memang tak mengenaskan seperti Angeline yang sempat dilaporkan hilang dan akhirnya ditemukan terkubur di pekarangan rumah ibu angkatnya di Sanur, Denpasar, Bali pada Rabu 10 Juni 2015 lalu.

GT melarikan diri dari rumahnya di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, pada Jumat 26 Juni 2015. Lalu bocah 12 tahun ini diserahkan ke LSM perlindungan anak, FNO Community, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), oleh warga sekitar. Kasus ini pun langsung dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan.

Seiring dengan itu, KPAI juga membeberkan dugaan kasus penganiayaan anak tersebut ke hadapan khalayak luas. Betapa tidak, GT harus mengalami luka dalam di lengan kirinya, setelah sang ibu yang berinisial LSR (47) mencoba memotong lengannya dengan gergaji.

Sekretaris Jenderal KPAI, Erlinda, mengatakan, kejadian tersebut sudah berlangsung beberapa bulan lalu.

"Jadi si ibu itu memotong anaknya sudah lama. Beberapa bulan lalu, kita juga mendapat laporan beberapa hari lalu. Lengannya yang dipotong itu sebelah kiri, untung enggak sampai patah tulangnya," ucap Erlinda kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat 3 Juli 2015.

Menurut Erlinda, si anak sempat lari setelah lengannya dipotong oleh ibunya. "Dia (GT) sempat lari minta tolong, akhirnya ditolong sama tetangga. Tapi terus dipulangkan lagi ke rumah ibunya. Enggak ada yang berani melapor ke polisi, takut, karena masih wilayah keluarga."

Bukannya mengalami perlakuan baik, lanjut Erlinda, GT masih sering mendapat perlakuan kasar. Karena itu KPAI telah mengamankan bocah malang itu dan melaporkan kepada Polres Jakarta Selatan.

"Sikap KPAI, kita melaporkan ibu kandung GT ke Polres Jaksel, 3 hari yang lalu. GT pun sudah dievakuasi ke Safe House (Rumah Perlindungan milik Kementerian Sosial). Jadi kita menunggu proses yang berwajib," ujar Erlinda.

>> Diduga Kerap Disiksa >>

2 dari 5 halaman

Diduga Kerap Disiksa

Diduga Kerap Disiksa

Bocah 12 tahun yang diduga lengannya digergaji ibu kandungnya, LSR (47), di Cipulir, Jakarta Selatan, diperkirakan kerap mengalami kekerasan dari ibunya.

Sekjen KPAI, Erlinda, mengungkapkan, kekerasan yang dialami GT sudah bertahun-tahun. Perlakuan kasar itu seperti dipukul, disundut rokok, hingga dilempar mangkuk. Bahkan, akibat penganiayaan dari sang ibu, GT kini harus kehilangan 2 giginya dan badannya penuh luka lebam.

"Kejadian yang dialami anaknya ini sudah bertahun-tahun lamanya. Mulai dipukul, ditonjok, disundut rokok, dilempar mangkuk, hingga giginya kini 2 lepas. Badannya pun lebam-lebam," beber Erlinda kepada Liputan6.com, Jumat 3 Juli 2015.

Hingga kini, Erlinda mengatakan, pihaknya belum mengetahui motif di balik kekerasan tersebut. Dugaan kuat, LSR mengalami stres akibat harus menghidupi keluarganya.

"Si ibu itu, suaminya kayaknya sudah meninggal. Single parent (orangtua tunggal) dia sepertinya. Tapi saya enggak tahu kerjaannya apa, karena kita fokus kepada anaknya dulu," ujar dia.

Erlinda menegaskan, pihaknya juga belum bisa mendapat keterangan lebih rinci dari sang anak, yang kini telah dievakuasi di Safe House atau Rumah Perlindungan milik KPAI, lantaran masih mengalami trauma.

"Kita masih belum dapat cerita banyak dari si anak. Dia itu trauma, masih takut," kata Erlinda.

Dibeking Aparat?

LSR (47), Ibu kandung yang diduga menggergaji tangan anaknya GT di Cipulir, Jakarta Selatan, diduga mendapat backing atau disokong aparat keamanan. Alhasil, tetangga tidak ada yang berani melaporkan kekerasan terhadap anak 12 tahun ini.

"Kekerasan itu sudah bertahun-tahun dilakukan oleh ibunya. Tetangga tahu, katanya takut lapor, karena dibeking aparat keamanan berseragam loreng-loreng," ungkap Erlinda kepada Liputan6.com.

Erlinda bahkan mengatakan, seorang tetangga GT pernah didatangi aparat berseragam tersebut. Namun, dia enggan mengungkapkan identitas aparat keamanan tersebut. "Ada juga warga yang bilang didatangi aparat itu. Saya belum mau cerita banyak, kita masih mencari bukti dulu akan pernyataan tersebut," ujar dia.

Kekerasan ini ternyata tidak hanya dialami anak 12 tahun itu. GT merupakan anak tertua. Dia memiliki adik yang juga diduga mengalami kekerasan oleh sang ibu, LSR (47).

"Jadi GT itu punya adik. Adiknya itu juga mengalami kekerasan oleh ibunya," ungkap Erlinda saat dikonfirmasi, Jumat 3 Juli 2015.

Meski tak sampai digergaji lengannya seperti GT, sang adik mengalami luka lebam di sekujur tubuh. "Adiknya sama, biru-biru juga badannya. Lebam-lebam. Adik sama kakaknya itu sering digebukin," tutur Erlinda.

Erlinda menjelaskan, kini, adik GT juga segera dievakuasi untuk dibawa ke Safe House sama seperti si kakak.

"Saya lupa berapa umur adiknya, yang jelas kita mau segera evakuasi juga ke Safe House seperti kakaknya. Takut juga mengalami perlakuan buruk dan trauma," pungkas Erlinda.

>> Polisi Turun Tangan >>

3 dari 5 halaman

Polisi Turun Tangan

Polisi Turun Tangan

KPAI telah melaporkan dugaan, ibu kandung LSR menggergaji tangan anaknya GT di Cipulir, Jakarta Selatan, kepada kepolisian. Karena itu, jajaran Polres Metro Jakarta Selatan siap menindaklanjuti.

Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestro Jakarta Selatan AKP Nunu Supadmi membenarkan, laporan dugaan kekerasan anak tersebut sudah ia terima beberapa hari lalu. Saat ini, korban juga tengah dikawal Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

"Iya benar sudah ada laporannya, anak yang ditemukan tetangganya itu kan," ujar Nunu saat dikonfirmasi di Polres Jakarta Selatan, Jumat 3 Juli 2015.

Nunu menjelaskan, saat ini pihaknya masih mengusut laporan adanya tindak kekerasan anak, yang diduga dilakukan ibu kandungnya itu. Kendati, pihaknya belum bersedia menjelaskan secara rinci hasil penyelidikan kasus ini.

"Iya, kasusnya sejauh ini sedang kami selidiki. Untuk perkembangannya seperti apa, kami belum bisa memberikan informasi lebih lanjut. Biarkan kami bekerja dulu, nanti kalau sudah selesai bisa ditanyakan," kata dia.

Sejauh ini, kata Nunu, pihaknya juga telah memeriksa sejumlah saksi untuk dimintai keterangan terkait kasus yang menimpa bocah berumur 12 tahun ini. Polisi juga belum mengungkapkan, apakah sudah memeriksa LSR atau belum.

"Kami masih periksa saksi-saksi. Mereka semua masih ada di sini (polres) sedang kami dalami," pungkas Nunu.

Bukti Belum Ditemukan

Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Kasubag Humas) Polrestro Jaksel Kompol Aswin pun mengatakan, jajarannya belum menemukan bukti bekas luka gergaji di tangan GT, yang diduga dilakukan ibu kandungnya, LSR.

"Digergajinya pakai apa belum tahu, masih kita selidiki," ujar Aswin saat dikonfirmasi di Mapolrestro Jakarta Selatan, Jumat 3 Juli 2015.

Kendati, Aswin membenarkan adanya sejumlah luka di bagian tangan dan wajah bocah GT. Namun dia belum bisa memastikan apakah luka tersebut akibat benda tajam, ataupun gergaji.

"Ada baret-baret memang di tangannya. Di wajah ada lebamnya juga. Kita masih selidiki," kata dia.

Motif Belum Diketahui

Aswin menduga GT dipukuli perempuan 47 tahun itu, karena diduga berbuat nakal. Namun, pihaknya masih terus mencari tahu motif kekerasan anak di bawah umur itu.

"Dugaan sementara, karena anak-anak dan kita belum tahu penyebab lukanya itu apa," pungkas Aswin.

>> Kondisi GT Membaik >>

4 dari 5 halaman

Kondisi GT Membaik

Kondisi GT Membaik

Setelah diamankan di Safe House, kini kondisi bocah GT mulai membaik. "Kondisi anak sekarang sudah membaik, tapi masih di Rumah Aman. Dia cerdas dan sudah berpikir kok, dia sempat tanya, 'Sampai kapan saya di Rumah Aman ya?'" kata Ketua FNO Community Susi saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (4/7/2015).

Susi mengatakan, saat pertama kali melihat GT, kondisinya cukup memprihatinkan. Suhu badannya panas, pipi sebelah kanannya lebam yang diduga bekas pukulan. Ada pula luka goresan seperti terkena gergaji di tangan sebelah kanan. Dia juga telah dibawa ke rumah sakit untuk divisum.

"Hasil visumnya belum keluar," jelas dia.

Pengakuan Tetangga

Sejumlah warga sekitar rumah LSR, ibu kandung bocah GT di Jalan Cipulir Permai, Jakarta Selatan menuturkan, LSR kerap berperilaku kasar terhadap anak keduanya itu. Bahkan, beberapa kali warga mendengar teriakan dari dalam rumahnya.

"Warga sini tidak ada yang berani. Takut ibunya galak. Badannya banyak tatonya dan bertindik pula," ucap seorang tetangga yang enggan menyebutkan namanya.

Salah satu warga lainnya menyebut, LSR dan keluarganya merupakan orang yang tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga. Perempuan ini disebutnya memiliki penampilan nyentrik.

"Kalau ibunya emang jarang keluar. Ibunya punya banyak tato di tangannya, kalau keluar pakai lengan pendek kelihatan penuh tato di tangannya," ucap warga lainnya.

Segera Diperiksa

Sementara, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Audie Latuheru mengatakan, pihaknya akan memanggil LSR (47) terkait dugaan penganiayaan anak kandungnya tersebut.

"Tentu ibu ini akan kita panggil dan periksa pada Rabu (8 Juli 2015) nanti," ucap Audie di kediaman LSR di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, Sabtu 4 Juli 2015.

Sampai saat ini, kata Audie, polisi sudah meminta keterangan dari 3 saksi terkait pelaporan KPAI tentang dugaan penganiayaan terhadap GT. "Sementara ini yang sudah kita ambil keterangan ada 3 orang."

Ia menambahkan, hasil visum sementara memang menunjukkan adanya beberapa luka gores di tubuh GT, salah satunya di lengan kanan. Sementara, polisi tengah menunggu hasil visum lanjutan.

Mengenai kesaksian tetangga LSR yang menduga ibunda GT sudah menganiaya anaknya dari keterangan GT sendiri, Audie mengatakan akan mendalaminya melalui proses Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

"Apa yang disampaikan oleh tetangga-tetangga belum kita BAP. Nanti setelah BAP baru kita ketahui bagaimana keterangan tetangga itu tentang kejadian di rumah ini," pungkas Audie Latuheru.

>> Laporkan Anaknya Hilang >>

5 dari 5 halaman

Laporkan Anaknya Hilang

Laporkan Anaknya Hilang

Adapun LSR sempat mengaku belum mengetahui keberadaan anak keduanya itu, yang diduga menjadi korban tindak kekerasan. Bahkan mereka belum mendapatkan kabar di mana keberadaan sang bocah. Mereka menduga GT hilang dari rumah sejak Jumat 26 Juni 2015 sore karena diculik.

"Saya anggap ini kehilangan karena proses penculikan. Dia diambil tanpa seizin saya. Saya menunggu berita tentang keberadaan dia," kata LSR di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, Sabtu 4 Juli 2015.

LSR menuturkan, terakhir kali ia melihat anaknya pada Jumat 3 Juli 2015 lalu. Saat itu, ia meminta kepada putranya menyiram taman di pekarangan rumahnya. Namun setelah beberapa saat ditunggu, ia melihat halaman rumahnya masih kering. Sementara, saat dicek keberadaannya, GT sudah tidak ada di rumah.

Namun LSR membantah GT hilang dari rumah karena tindakan penganiayaan atau kekerasan. Dia memperlihatkan foto anaknya itu yang masih berada dalam kondisi sehat.

"Saya bisa bilang tidak benar. Tidak ada tanda kekerasan. Anda lihat sendiri foto," bantah LSR.

Konfirmasi KPAI

LSR (47), ibu kandung yang diduga menggergaji lengan bocahnya menuding, anaknya GT (12) telah diculik. Padahal, KPAI telah mengamankan bocah GT di Safe Home atau Rumah Perlindungan Kementerian Sosial atau Kemsos.

Sekjen KPAI Erlinda mengatakan, menempatkan GT di Rumah Aman Kemsos adalah bentuk perlindungan pihaknya terhadap anak yang diduga mendapat penganiayaan. Apalagi, ada laporan warga tentang kekerasan yang dialami GT oleh ibunya.

"Jadi tidak benar dikatakan penculikan, karena kami melakukan prosedur yang biasa kami lakukan. Kami pun berkoordinasi dengan Polres Jakarta Selatan," ucap Erlinda saat dihubungi di Jakarta, Sabtu 4 Juli 2015.

Namun, Erlinda menyerahkan kepada pihak kepolisian untuk membuktikan, apakah tindakan KPAI bisa disebut penculikan atau tidak.

"Boleh saja keluarga mengatakan demikian, tapi biarkan nanti Polres Jakarta Selatan yang melakukan investigasi lebih lanjut, apakah memang yang dikatakan benar sebagai penculikan," pungkas Erlinda.

Keterangan Ibunda

Di lain pihak, LSR membantah telah menggergaji lengan bocahnya. Hal itu disampaikan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Audie Latuheru usai menemui LSR di kediamannya di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, Sabtu 4 Juli 2015.

"Ini adalah bekas goresan yang katanya bukan gergaji. Kalau dari hasil ngobrol-ngobrol (dengan LSR), katanya tidak ya. Tidak ada gergaji di rumah ini," ucap Audie di lokasi, Sabtu (4/7/2015).

Namun, untuk membuktikan dugaan penganiayaan itu benar ataupun tidak, mantan Kapolsek Setiabudi ini mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Sebab, kedatangannya sore tadi ke rumah LSR hanya sekadar berdiskusi dan melihat kondisi rumah.

"Tapi sekali lagi tidak dalam konteks BAP (Berita Acara Pemeriksaan) ya. Ini adalah bekas-bekas goresan di tubuh anak ini," kata Audie.

Merengek Dipertemukan

Adapun LSR tak dapat membendung air matanya ketika meminta dipertemukan dengan sang anak. Menurut Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Audie Latuheru, perempuan berusia 47 tahun itu ingin KPAI segera membawa pulang GT.

"Kita melihat ibu ini sangat ingin, dia tadi menyampaikan kepada KPAI, untuk memfasilitasi dia ingin bertemu anaknya. Kemudian tadi sempat nangis," ucap Audie usai menemui LSR di kediamannya di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, Sabtu 4 Juli 2015.

Audie juga menjelaskan dalam pertemuan itu, terlihat dari raut wajah ibunda GT, LSR, sangat merindukan anaknya itu. Namun, mantan Kapolsek Setiabudi ini belum bisa menyimpulkan karena pemeriksaan LSR baru akan dilakukan pada Rabu pekan depan.

"Sementara karena keterangan ini bukan dalam proses penyidikan, kita kan di sini baru mengajak diskusi. Yang kelihatan oleh kita adalah pembicaraan seorang ibu yang merindu ingin ketemu anaknya. Sampai sejauh ini hanya itu yang kita dapatkan," pungkas Audie.

Dugaan kasus penganiayaan terhadap anak tersebut memang masih diusut pihak kepolisian. Namun bila benar terbukti ada penganiayaan, maka kasus ini kian menambah daftar panjang kekerasan terhadap anak di bawah umur yang terjadi di Tanah Air. (Ans/Ali)