Sukses

Kisah Srikandi GO-JEK Kantongi Omzet Rp 17 Juta per Bulan

Seli mengaku dalam sebulan, ia bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp 10-15 juta dari hasil mengojek.

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan ojek berbasis aplikasi smartphone, GO-JEK, menuai penolakan di sejumlah daerah Ibukota. GO-JEK dianggap telah merebut penumpang para tukang ojek pangkalan. Tak jarang pengendara GO-JEK yang mendapatkan ancaman.

Meski begitu, manisnya penghasilan dari GO-JEK membuat para pengendaranya bertahan. Seperti Marselina (36) dan Pipit Patriasih (28). Kedua srikandi itu kini terjun sebagai pengemudi dalam bisnis jasa angkutan roda dua berbasis online, GO-JEK.

Marselina dan Pipit pun berbagi pahit-manisnya kehidupan mereka sejak sebelum bergabung dengan GO-JEK. Dari dikejar Satpol PP saat masih menjadi pedagang kaki lima, gagal berumah tangga, hingga menjadi orangtua tunggal sudah dijalani mereka.

Marselina tak pernah menyangka kegetiran hidup akan sedemikian dirasakannya. Sulitnya mencari biaya hidup keluarga harus dialami meskipun jenjang pendidikannya tercatat hingga kursi D3 jebolan salah satu universitas di Jakarta.

Rp 17 Juta Sebulan?

Marselina pernah menjadi pedagang kaki lima (PKL) di Ancol, Jakarta Utara. Penghasilan Rp 1 juta perbulan dicukup-cukupinya untuk memberi makan ketiga buah hati yang sudah ditelantarkan suaminya.

"Saya mulai jadi single parent April 2012. Jadi hampir 3 tahun saya kasih makan anak saya dengan berjualan apa saja di Ancol, bareng Pipit. Kita sahabatan dari mulai dagang di Ancol. Dikejar Satpol PP sama-sama," ungkap perempuan yang akrab disapa Seli itu kepada Liputan6.com di Markas GO-JEK, Jalan Ciasem I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin 6 Juli 2015.

Berdampingan dengan Seli, Pipit mengaku hanya lulusan SMP. Namun dia nekat mengadu nasib ke Jakarta dan membangun rumah tangga dengan mantan suaminya. Ibu tiga anak ini baru 6 bulan bergabung menjadi pengemudi perempuan GO-JEK. Ia mendaftar bersama Seli, berharap kehidupannya dan ketiga anak mereka bisa lebih baik.

"Sebelum di sini (GO-JEK) saya dagang apa saja di Ancol bareng mbak Seli. Makanan atau perabotan, apa saja yang bisa dijual. Penghasilan saya maksimal Rp 1 juta. Terus temen saya ajakin gabung di GO-JEK," ujar perempuan asal Majalengka, Jawa Barat itu.

Kini keduanya bersyukur, penghasilan mereka dari hasil GO-JEK diakui lebih dari cukup untuk mengepulkan asap dapur rumah kontrakan mereka. Seli mengaku dalam sebulan, ia bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp 10-15 juta dari hasil ngojek.

"Sebulan bisa dapet 10 juta (rupiah) lebih. Kadang 15 juta. Tapi paling banyak Rp 17 juta. Itu kalau dirajin-rajinin," ujar Seli.

Sedangkan Pipit membeberkan penghasilannya sejak bergabung di perusahaan ojek online milik Nadiem Makarim ini mencapai rata-rata Rp 4 juta per bulan.

"Hasilnya ya alhamdulillah, sekarang dapat 3-4 juta per bulan. Kalau Mbak Seli kan nggak ada liburnya. Dia juga berani ambil customer jauh-jauh, kayak dari Tanjung Priok sampai Tangerang," tandas Pipit. (Ndy/Ali)