Liputan6.com, Jakarta - Satu per satu kasus kekerasan terhadap anak-anak terungkap ke publik. Seorang anak di Makassar tewas tadi pagi karena disiksa ayah kandungnya, beberapa minggu setelah kasus pembunuhan Engeline alias Angeline di Bali terungkap.
Mutiara Rumi namanya. Bocah 12 tahun itu meninggal dunia pukul 07.00 WIB, Rabu (8/7/2015), setelah sehari terbaring kritis di ruang ICU RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Dia dianiaya oleh ayah kandungnya, Haeruddin alias Rudi (32) di rumahnya‎ di Jalan Rappocini Raya Lorong 1 Gang 1 ‎Kecamatan Makassar, pukul 18.30 Wita, Selasa 7 Juli 2015.
Ibu korban, Ani, mengungkapkan sang suami dalam keadaan mabuk saat menganiaya Mutiara. Rudi marah lantaran rumah dalam keadaan terkunci. Saat itu, korban tengah berada di luar rumah membeli coto Makassar untuk berbuka puasa bersama kedua adiknya, Indri dan Hairil.
Tiba di rumah, korban langsung kena marah sang ayah. "Tak lama berselang, pelaku lalu menganiaya korban. Kedua lengan korban dipukul dengan kayu. Terakhir, kepala korban dihantam dengan balok. Akibatnya, korban langsung tak sadarkan diri," kata Ani, Rabu.
Oleh tetangganya, korban langsung dilarikan ke rumah sakit yang terletak di Jalan Lanto Daeng Pasewang, ‎Makassar. Namun, Mutiara kemudian dirujuk ke RS Pelamonia di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, karena kondisinya semakin kritis.
Namun, nasib berkata lain. Mutiara menghembuskan nafas pagi tadi.
Ratusan orang melayat ke rumahnya. Doa dan simpati mengalir deras untuk bocah malang itu. Tak ayal, tangis tidak hanya keluar dari mata ibu dan kedua adik korban. Hampir seluruh masyarakat yang datang ke rumah duka tak dapat menahan air mata sedih di balik kisah tragis korban yang tewas di tangan ayah kandungnya sendiri.
Humas Polrestabes Makassar, Kompol Andi Husnaeni, mengatakan penyidik masih mengejar sang pelaku.
"‎Dari keterangan beberapa saksi, pelaku‎ sempat ikut mengantar korban ke RS dengan menggunakan sepeda motor. Setelah itu, melarikan diri. Tim Resmob Polsek Makassar sampai saat ini masih mengejar pelaku," tukas Husnaeni kepada Liputan6.com.
Kepala Humas Polrestabes Makassar, Kompol Andi Husnaeni, kepada Liputan6.com, mengungkapkan penyidik telah memeriksa sejumlah saksi untuk mengusut kasus penganiayaan itu. Polisi juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara.
Nestapa Bocah Cipulir
Nasib lebih mujur dialami oleh GT. Bocah berusia 12 tahun itu berhasil melarikan diri dari rumahnya di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan pada Jumat 26 Juni 2015.
Seorang tetangga lalu menyerahkannya ke LSM perlindungan anak, FNO Community, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) setelah menanyakan soal luka-luka yang ada di tubuhnya. Kasus ini pun langsung dilaporkan ke Kepolisian Resor Jakarta Selatan.
Polisi lalu mendalami kasus dugaan penganiayaan oleh ibu GT yang berinisial LSR (47). LSR diduga melakukan kekerasan pada GT dengan cara menggergaji anaknya di bagian lengan.
Hari ini, LSR diperiksa bersama kakak GT. Pemeriksaan berlangsung sejak pukul 11.00 WIB. Tidak hanya menggali fakta lewat wawancara, polisi juga memeriksa urine LSR. Tes urine dilakukan untuk mengetahui LSR mengonsumsi narkoba atau tidak.
Sementara, hasil visum yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Pusat Pertamina terhadap GT mengungkapkan ada bekas luka pada tubuh anak tersebut. Bahkan, bekas luka itu berbentuk parut.
"Hasil visum menyatakan bahwa GT terdapat memar kebiruan di bagian kepala. Dan yang lainnya terdapat luka akibat parutan, seperti sayatan atau goresan," ujar Kasubbag Humas Mapolres Jakarta Selatan Komisaris Aswin di Jakarta, Rabu.
Namun, kepolisian tidak ingin terlalu dini untuk menyatakan bekas luka itu merupakan hasil goresan gergaji. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan tim medis untuk melengkapi proses penyidikan.
Hingga hari ini, LSR masih membantah telah menggergaji lengan GT. Walaupun ada luka parut, lebam dan bekas sundutan rokok di tubuh bocah itu.
"Ini adalah bekas goresan yang katanya bukan gergaji. Kalau dari hasil ngobrol-ngobrol (dengan LSR), katanya tidak ya. Tidak ada gergaji di rumah ini," ucap Audie pada 4 Juli 2015 lalu.
Advertisement
Polisi juga memeriksa GT. Pada pemeriksaan itu, GT didampingi oleh psikolog.
Kandang Babi
Pada beberapa waktu lalu publik digegerkan dengan penemuan jenazah Engeline alias Angeline di dekat kandang ayam di rumah sang ibu angkat di Sanur, Bali. Sebelumnya, bocah 8 tahun itu dilaporkan hilang oleh keluarga angkatnya.
Kali ini, masyarakat dunia digemparkan oleh penelantaran anak di Fangyu, Tiongkok. Seorang bocah berusia 7 tahun ditelantarkan oleh orangtuanya. Dia ditemukan hidup bersama babi-babi di kandang. Mirisnya, dia tidak dapat berkomunikasi dengan manusia.
Ketika pekerja sosial mengunjungi rumah sebuah keluarga di kota Fangyu, Provinsi Henan, Tiongkok, mereka menemukan anak itu berada di salah satu kandang babi.
Tubuh bocah lelaki itu penuh dengan memar, luka dan kotoran babi. Liu Hongbo, nama bocah tersebut, sering menangis usai dipukuli oleh ibunya.
"Bocah malang itu selalu mengalah dan dimarahi ibunya. Dia bahkan tidur di kandang babi dengan tumpukan pakaian kotor dan kotoran babi. Anehnya, dia tetap tersenyum," ujar salah satu tetangga kepada Mirror, Rabu (8/7/2015). (Bob/Ali)