Liputan6.com, Jakarta: Pameran Produksi Ekspor Indonesia yang ditutup Ahad (28/10), berhasil menarik sekitar 4.240 pembeli dari 88 negara --lebih besar dari yang diperkirakan-- dengan nilai transaksi mencapai US$ 37,61 juta. Seluruh pembeli tersebut, sebagian besar berasal dari lima negara, yaitu Arab Saudi, Singapura, Korea Selatan, Australia, dan Inggris. Meski begitu, transaksi yang diperoleh dalam pameran kali ini lebih rendah dibandingkan tahun 2000. Ada dugaan, hal ini disebabkan dengan situasi politik yang terjadi di Indonesia.
Menurut Ketua Badan Pengembang Ekspor Nasional (BPEN) Gusmardi Bustami, dari berbagai jenis produk yang ditampilkan, nilai transaksi terbesar diperoleh dari furniture yang mencapai US$ 13,68 juta. Disusul dengan transaksi pakaian jadi sebesar US$ 3,24 juta. Selanjutnya berasal dari penjualan produk pertanian, peralatan rumah tangga, barang elektronik, dan kerajinan tangan.
Sejumlah eksportir mengaku, transaksi yang diperoleh memang tak sebaik tahun kemarin. Menurut mereka, hal itu disebabkan adanya kekhawatiran pembeli datang ke Indonesia lantaran situasi politik yang masih rawan. Eksportir berharap, para pengunjung melanjutkan negosiasi setelah kembali ke negara masing-masing.(SID/Imelda Sari dan Kurnia Supriyatna)
Menurut Ketua Badan Pengembang Ekspor Nasional (BPEN) Gusmardi Bustami, dari berbagai jenis produk yang ditampilkan, nilai transaksi terbesar diperoleh dari furniture yang mencapai US$ 13,68 juta. Disusul dengan transaksi pakaian jadi sebesar US$ 3,24 juta. Selanjutnya berasal dari penjualan produk pertanian, peralatan rumah tangga, barang elektronik, dan kerajinan tangan.
Sejumlah eksportir mengaku, transaksi yang diperoleh memang tak sebaik tahun kemarin. Menurut mereka, hal itu disebabkan adanya kekhawatiran pembeli datang ke Indonesia lantaran situasi politik yang masih rawan. Eksportir berharap, para pengunjung melanjutkan negosiasi setelah kembali ke negara masing-masing.(SID/Imelda Sari dan Kurnia Supriyatna)