Liputan6.com, Jakarta - Quraish bangga sekali dengan marga yang melekat pada namanya, Shihab. Marga itu sudah melekat pada leluhur ahli tafsir terkemuka itu selama ratusan tahun lamanya.
Abdurrahman, ayahanda yang biasa dipanggil Quraish dan 11 saudaranya dengan sebutan "Aba" tak jarang menceritakan kisah kehebatan para Shihab. Bukan untuk disombongkan, melainkan untuk diteladani anak-cucu.
Dalam buku biografinya, Cahaya, Cinta dan Canda Quraish Shihab, diceritakan, marga Shihab merujuk pada 2 ulama besar. Yakni Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar (wafat di kota Tarim, Yaman pada 946 H) dan cucunya Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashgar (wafat 1036 H).
Disebutkan pula, jika di negeri asalnya, Yaman, Syahabuddin bukan hanya nama, namun juga gelar bagi para ulama besar yang terkenal dengan keluasan ilmunya. Belakangan, nama Syahabuddin lalu disingkat menjadi Syahab.
"Bukan karena keengganan menggandeng kata 'din' dengan syahab, tapi semata untuk penyingkatan," kata mantan Dubes RI untuk Mesir itu dalam bukunya yang Liputan6.com kutip, Rabu (15/7/2015).
Seiring waktu, hampir seluruh keturunan Ahmad Syahabuddin al-Ashgar disebut sebagai Bin Syahab. Namun belakangan, mereka terbagi 2. Ada yang tetap menggunakan Syahab, namun ada pula yang memilih Syihab, seperti keluarga Quraish.
Meskipun kalah populer dari Syahab, namun "Aba" tetap memilih Syihab. Semua ada alasannya.
"Aba bilang, kita pilih pengucapannya yang benar tidak populer, daripada memilih yang
populer tapi tidak tepat."
Advertisement
Menurut sang ayah, kata Syihab lebih tepat, karena demikianlah yang tertera dalam QS. al-Hijr. Sedangkan kata Syahab biasa digunakan dalam obrolan sehari-hari masyarakat Arab.
Di buku itu dituliskan, meski pengucapannya beda, arti Syihab atau Syahab dalam bahasa Arab sebenarnya sama saja. Yakni suluh api atau bintang.
Pemikiran dan karya tulis para Syahabuddin diibaratkan bak suluh api atau bintang yang bersinar. Anak cucu mereka disebut-sebut turut andil dalam penyebaran ajaran Islam, termasuk ke wilayah Nusantara.
Seorang pejuang kemerdekaan melawan Belanda yang mengobarkan Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat bahkan dikabarkan bermarga Syahab. Dialah Tuanku Imam Bonjol.
Diceritakan, saat remaja, Imam Bonjol disapa dengan Peto Syarif yang mendapat gelar Malim Basya setelah berguru di daerah Aceh. Namun, tidak banyak yang tahu jika salah satu Pahlawan Nasional itu bernama asli Muhammad Syahab.
Seiring berjalanannya waktu dan perubahan ejaan bahasa Indonesia. Quraish saat mengeyam pendidikan di Kairo, Mesir, mengganti huruf 'SJ' dalam namanya yang semula tertulis Sjihab dengan 'SH'. Sehingga menjadi Quraish Shihab. (Ndy/Mut)