Sukses

Derita 3 Bocah Korban Kekerasan Orangtua

Angeline bukan satu-satunya bocah yang harus menerima kekerasan dari orangtua.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus pembunuhan bocah di Bali, Angeline yang diduga dilakukan oleh ibu angkatnya, Margriet Megawe, masih belum terungkap sepenuhnya. Kepolisian juga belum bisa menguak motif di balik pembunuhan bocah ayu itu.

Yang miris, meski terus disorot, kasus kekerasan terhadap anak seakan tak bisa diredam. Angeline bukan satu-satunya bocah yang harus menerima kekerasan dari orangtua.

Tak lama setelah kematian bocah yang dikabarkan hilang pada 16 Mei 2015 itu terungkap, kasus kekerasan terjadi pada anak lainnya di Cipulir, Jakarta Selatan. Bocah berinisial GT itu diduga mengalami kekerasan dan penganiayaan dari ibu kandungnya LSR. Bahkan tangan bocah ini diduga sempat digergaji ibunya. Selain itu, ditemukan pula luka lebam serta sundutan rokok di tubuhnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, kasus kekerasan terhadap anak terus meningkat setiap tahunnya. Seperti diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KPAI, Erlinda.

"Data KPAI menunjukkan dalam 3 tahun terakhir ini setiap bulan terjadi 45 kekerasan terhadap anak," kata Erlinda.

Berikut 3 bocah yang disorot karena kasus kekerasan anak sepanjang 2015 yang dihimpun Liputan6.com, Kamis (23/7/2015):

2 dari 4 halaman

Tewasnya Angeline

Tewasnya Angeline

Angeline, bocah 8 tahun di Denpasar, Bali, dilaporkan hilang pada 16 Mei 2015 oleh ibu angkatnya Margriet Megawe. Dia dilaporkan raib saat sedang bermain di halaman rumahnya, Jalan Sedap Malam Nomor 26, Sanur, Denpasar, Bali, pada pukul 15.00 Wita.

Namun, beberapa waktu berselang, bocah malang itu ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dikubur di dekat kandang ayam rumahnya pada Rabu 10 Juni 2015.

Berdasarkan hasil autopsi jenazah bocah yang bernama asli Engeline itu, banyak ditemukan luka lebam di sekujur tubuhnya. Luka bekas sundutan rokok dan jeratan tali juga ditemukan di leher bocah mungil itu.

Sejumlah kerabat Margriet dalam kesaksiannya menyebutkan, Angeline diduga kerap disiksa ibu angkatnya itu. Saat ini Margriet sang ibunda menyandang 2 status tersangka, yakni tersangka penelantaran anak dan tersangka pembunuh Angeline.

Selain Margriet, polisi juga menetapkan status tersangka pembunuh kepada Agustinus Tae, mantan pekerja di rumah itu.

3 dari 4 halaman

Bocah GT Digergaji

Bocah GT Digergaji

Bocah GT diduga mengalami kekerasan dan penganiayaan dari ibu kandungnya LSR. Bahkan tangan bocah ini diduga sempat digergaji ibunya. Selain itu, ditemukan pula luka lebam serta sundutan rokok di tubuhnya.

Dugaan kasus kekerasan anak ini mulai terungkap saat bocah GT melarikan diri dari rumahnya di kawasan Cipulir, Jakarta Selatan, pada Jumat 26 Juni 2015.

Oleh warga sekitar, bocah 12 tahun itu lalu diserahkan ke LSM perlindungan anak, FNO Community dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Kasus ini pun langsung dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan.

Namun, hal ini telah dibantah oleh ibunda GT, LSR, seperti diucapkan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Audie Latuheru.

"Ini adalah bekas goresan yang katanya bukan gergaji. Kalau dari hasil ngobrol-ngobrol (dengan LSR), katanya tidak ya. Tidak ada gergaji di rumah ini," ucap Audie pada 4 Juli 2015 lalu.

4 dari 4 halaman

Terlantarnya Bocah Cibubur

Terlantarnya Bocah Cibubur

Semua berawal dari laporan warga tentang anak laki-laki berusia 8 tahun berinisial AD sudah sebulan berkeliaran di sekitar kompleks perumahan itu. Anak tersebut dikabarkan tidak diizinkan masuk ke rumah oleh orangtuanya pada Mei 2015 lalu.

Selama sebulan bocah tersebut juga tidur di pos jaga dan mendapat makanan dari tetangga. Selain itu ada bekas luka di kaki anak D (8) yang menunjukkan masa penyembuhan lukanya lama akibat pukulan benda tumpul.

Polisi lalu menyelamatkan anak-anak tersebut dan mengamankan orangtua mereka, Utomo dan Nurindria, karena adanya dugaan penelantaran anak.

Saat menggeledah rumah milik Utomo dan Nuri, polisi mendapati 4 saudari perempuan AD dalam kondisi fisik yang buruk. Mereka kekurangan gizi dan tengah dalam keadaan tertekan.

Dalam pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya, kedua orangtua bocah itu positif menggunakan narkoba. Kini pasutri tersebut menyandang status tersangka penelantar anak. (Ndy/Mut)

Video Terkini