Liputan6.com, Jakarta - Desakan pencopotan Komjen Pol Budi Waseso dari jabatan Kabareskrim Polri menguat. Hal ini seiring dengan dikirimnya petisi pencopotan Budi yang sudah ditandatangani 20 ribu orang lebih kepada Presiden Jokowi.
Tapi saat ini juga muncul petisi dukungan terhadap pria yang akrab disapa Buwas itu.
Terkait hal ini, Buwas tetap santai. Meski begitu, dia mengatakan, akan lebih sportif jika mereka yang kontra dengan dirinya juga menyebutkan kesalahannya.
Sampai saat ini apa yang tengah dikerjakannya, lanjut Buwas, merupakan penegakan hukum yang sesuai aturan. "Kalau memang saya dianggap bersalah tunjukkan apa kesalahannya," kata Buwas saat dihubungi di Jakarta pada Kamis 23 Juli 2015 malam.
Selain itu, dia juga meminta pendukungnya untuk membeberkan sejumlah alasannya. "Kalau bagus apanya yang bagus, kan gitu. Semua itu yang saya kerjakan ada dasar hukumnya dan tidak ada tekanan," imbuh dia.
"Ya kan, tapi lihat saja lebih banyak mana yang bicara tentang saya secara positif atau negatif. Yang positif harus dikatakan dan dibuktikan secara fakta. Yang negatif juga harus ada faktanya," timpalnya lagi.
20 Ribu Lebih
Sementara Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, saat ini petisi pencopotan Buwas sudah ditandatangani 20 ribu orang lebih.
"Insya Allah petisi yang sudah mencapai 20 ribu akan segera kami kirim langsung ke Istana Negara sebagai bentuk sikap Koalisi Reformasi untuk Polri," kata Dahnil di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta pada Rabu 22 Juli 2015.
Ia menuturkan, petisi desakan mundur ini bukan baru muncul saat Buwas mengeluarkan pernyataan yang tidak menghormati Buya Syafii Maarif. Tapi muncul sejak Komjen Pol Budi Gunawan (saat ini Wakapolri) diusulkan sebagai Kapolri.
"Pengangkatan Buwas jadi Kabareskrim seolah teror. Tadinya aparatur hukum anti korupsi, sekarang para pegiat antikorupsi justru yang ditangkapi," tutur dia.
Selain desakan pencopotan Buwas, koalisi juga mendesak Presiden Jokowi berani mereformasi tubuh Polri. Pernyataan itu muncul dari Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti yang menegaskan, reformasi Polri harus dilakukan dari luar.
"Kita tidak percaya perubahan polisi muncul dari dalam. Reformasi polisi harus didesak dari luar," ucap Ray.
Menurut Ray, saat ini Buwas terkesan arogan dan memanfaatkan kekuasaan. Itu bisa dilihat dari banyaknya pihak yang terkesan dipaksakan untuk dijadikan tersangka.
"Kekuasaan dipakai untuk balas dendam dan menghentikan salah satu kelompok. Jimat hukum itu memang agak ampuh saat ini," tandas Ray. (Ndy/Ado)