Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah wilayah Indonesia digoyang gempa dalam 2 hari terakhir. Lindu itu tercatat 5 kali dengan skala guncangan yang variatif.
Goyangan pertama melanda Ciamis, Jawa Barat. Gempa pada Sabtu dini hari 25 Juli 2015 berkekuatan 5,7 SR. Pada hari yang sama, lindu 4 SR dan 3 SR menyapa warga barat daya wilayah pesisir Sumatera Barat pada pukul 20.17 WIB dan Timur Laut Padang Panjang pada pukul 20.50 WIB.
Gempa keempat terjadi di Papua pada 26 Juli 2015 pukul 01.22 WIT dengan kekuatan 5,2 SR. Selang sekitar 13 jam, gempa itu bergeser ke Malang, Jawa Timur. Wilayah tersebut diguncang gempa 6,3 SR pada pukul 14.05 WIB.
Menanggapi fenomena itu, Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wandono menyatakan gempa yang terjadi di Ciamis dan Malang menandakan bahwa wilayah itu memang benar memiliki aktivitas seismik.
"Aktivitas seismik di zona konvergensi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di selatan Jawa cukup aktif," ujar Wandono saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (26/7/2015).
Selain itu, kata dia, kedua wilayah tersebut berada dalam zona beniof akibat menunjamnya lempeng Indo-Australia.
"Hal ini ditandai dengan parameter gempa yang tercatat dengan kedalaman menengah di atas 60 km. Dan gempa tersebut dirasakan pada area yang luas," imbuh dia.
Namun untuk gempa di Papua dan Sumatera Barat, kata dia, penyebabnya berbeda. Gempa di Sumatera Barat diakibatkan aktivitas sesar Sumatera pada segmen sianok. Sesar besar Sumatera diketahui tersegmen dalam 19 segmen dari Aceh hingga Lampung.
"Adapun Papua dari bagian yang berbeda dengan gempa Jawa dan Sumatera," imbuh dia.
Sementara untuk Ibukota, dia berujar jauh dari potensi gempa. Hal ini lantaran Jakarta bukan daerah gempa. "Namun Jakarta punya potensi merasakan gempa yang terjadi di Selat Sunda dan wilayah Jawa Barat," tukas Wandono. (Ali/Nda)
Ini Sebab Indonesia Diguncang 5 Gempa dalam 2 Hari Terakhir
Dalam 2 hari terakhir, Indonesia berturut-turut digoyang gempa dengan skala guncangan variatif. Fenomena apa? Ini kata BMKG.
Advertisement