Sukses

Lindu Beruntun dan Kewaspadaan Gempa Besar

Gempa di Malang, Jawa Timur turut dirasakan di 15 daerah, termasuk Denpasar dan Yogyakarta.

Liputan6.com, Malang - Siang itu kepanikan menghampiri banyak warga Malang, Jawa Timur. Guncangan gempa bumi yang dalam laporan awal disebutkan berkekuatan 6,3 skala Richter itu dirasakan mereka.

Saat gempa terjadi warga merespons dengan berhamburan keluar rumah, mencari tempat-tempat yang aman. "Masyarakat saat keluar rumah berteriak, 'gempa' atau 'lindu'," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Minggu 26 Juli 2015.

Gempa yang terjadi di kedalaman 10 kilometer di Samudera Hindia sekitar 150 kilometer Barat Daya Kabupaten Malang, juga dirasakan di Surabaya. Bahkan, pengunjung salah satu mal di Surabaya berhamburan keluar akibat gempa tersebut.

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas I Juanda Surabaya Rita mengatakan, berdasarkan catatan pihaknya, gempa di beberapa daerah di Jawa Timur dirasakan sampai ke Denpasar dan Yogyakarta.

"Gempa tersebut lokasinya berada di 9,57 Lintang Selatan-112,64 Bujur Timur, dan tidak berpotensi tsunami," kata dia di Surabaya, Jawa Timur, Minggu 26 Juli 2015.

16 Daerah Terguncang

"Selain Malang, beberapa daerah yang sempat terguncang yakni Blitar, Banyuwangi, Madiun, Pacitan, Pandaan, Trenggalek, Bangil, Tulungagung, Kediri, Batu, Jember, Karangkates, Surabaya, Denpasar dan Yogyakarta," pungkas Rita.

Sementara, pengamat gempa Stasiun Geofisika Karangkates Agus Purwantono membenarkan, gempa bisa dirasakan di sejumlah daerah jika dengan skala IV Modified Mercalli Intensity (MMI).

"Terutama di kawasan Karangkates yang skalanya IV MMI, yakni bisa membuat dinding atau pintu berbunyi, barang pecah belah bisa bergerak, bahkan sampai orang yang tertidur bisa terbangun," jelas dia.

Sedangkan menurut Evi, karyawan toko mainan anak-anak di sebuah mal di Surabaya, guncangan gempa tersebut membuat semua orang yang berada di dalam mal berhamburan ke luar.

"Guncangannya sekitar 5 menit. Semuanya panik dan lari keluar meninggalkan mal," tutur Evi.

Selanjutnya: 3 Hari 6 Gempa...

2 dari 2 halaman

3 Hari 6 Gempa

3 Hari 6 Gempa

Belasan wilayah Indonesia digoyang gempa dalam 3 hari terakhir. Lindu itu tercatat 6 kali dengan skala guncangan yang variatif.

(Liputan 6 TV)

Goyangan pertama melanda Ciamis, Jawa Barat. Gempa pada Sabtu dini hari 25 Juli 2015 berkekuatan 5,7 SR. Pada hari yang sama, lindu 4 SR dan 3 SR menyapa warga barat daya wilayah pesisir Sumatera Barat pada pukul 20.17 WIB dan Timur Laut Padang Panjang pada pukul 20.50 WIB.

Gempa keempat terjadi di Papua pada Minggu 26 Juli 2015 pukul 01.22 WIT dengan kekuatan 5,2 SR. Selang sekitar 13 jam, gempa itu bergeser ke Malang, Jawa Timur. Wilayah tersebut diguncang gempa 6,3 SR pada pukul 14.05 WIB.

Terkini adalah gempa berkekuatan 5 skala Richter yang mengguncang Nias, Sumatera Utara, Senin 27 Juli 2015 tepat pukul 06.55 WIB. Gempa berpusat di 115 kilometer barat daya Nias Barat dengan kedalaman 71 kilometer.

Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Lempeng Aktif

Menanggapi fenomena itu, Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wandono menyatakan gempa yang terjadi di Ciamis dan Malang menandakan bahwa wilayah itu memang benar memiliki aktivitas seismik.

"Aktivitas seismik di zona konvergensi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di selatan Jawa cukup aktif," ujar Wandono saat dihubungi Liputan6.com, Minggu 26 Juli 2015.

Selain itu, kata dia, kedua wilayah tersebut berada dalam zona beniof akibat menghunjamnya lempeng Indo-Australia.

"Hal ini ditandai dengan parameter gempa yang tercatat dengan kedalaman menengah di atas 60 km. Dan gempa tersebut dirasakan pada area yang luas," imbuh dia.

Namun untuk gempa di Papua dan Sumatera Barat, imbuh Wandono, penyebabnya berbeda. Gempa di Sumatera Barat diakibatkan aktivitas sesar Sumatera pada segmen Sianok. Sesar besar Sumatera diketahui tersegmen dalam 19 segmen dari Aceh hingga Lampung.

"Adapun Papua dari bagian yang berbeda dengan gempa Jawa dan Sumatera," imbuh dia.

Sementara untuk Ibukota, dia berujar jauh dari potensi gempa. Hal ini lantaran Jakarta bukan daerah gempa. "Namun Jakarta punya potensi merasakan gempa yang terjadi di Selat Sunda dan wilayah Jawa Barat," tukas Wandono.

Satu Zona

Sementara, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, lokasi gempa Malang berada di zona subduksi atau pertemuan lempeng Hindia Australia dan lempeng Eurasia. Lokasi ini masih satu zona dengan gempa 5,7 skala Richter yang terjadi Sabtu pekan lalu di Ciamis, Jawa Barat.

Zona tersebut, menurut Sutopo, memang rawan gempa, yang bergerak rata-rata 5-7 centimeter per tahun ke arah Timur Laut-Utara. Potensi gempa maksimum di Jawa Megathrust di selatan Jawa, sekitar 8,1-8,2 skala Richter.

"Dari Selat Sunda hingga Bali sepanjang jalur Jawa Megathrust tersebut baru di selatan Pangandaran (7,8 SR, 2006) dan selatan Banyuwangi (7,8 SR, 1994) yang pernah terjadi gempa besar dan tsunami dalam kurun waktu 165 tahun terakhir," jelas dia.

Sutopo mengimbau kepada masyarakat untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan terhadap gempa. Karena gempa dapat terjadi secara tiba-tiba. "Semoga gempa 6,3 skala Richter tidak memengaruhi peningkatan aktivitas Gunung Raung," pungkas Sutopo.

Pendapat berbeda dikemukakan Agus Purwantono. Menurut pengamat gempa dari Stasiun Geofisika Karangkates, Kabupaten Malang, Jawa Timur, gempa tersebut tidak ada hubungannya dengan aktivitas Gunung Raung.

Agus menegaskan, gempa tersebut diakibatkan pertemuan lempeng tektonik di selatan Pulau Jawa. "Sekali lagi, gempa ini terjadi di laut, bukan karena aktivitas Gunung Raung. Masyarakat tidak perlu menanggapi jika ada isu yang beredar bahwa ini berhubungan, bahkan diakibatkan oleh Gunung Raung."

Lindu Terbesar di Malang

Stasiun Geofisika Karangkates Malang, Jawa Timur, mencatat 2 gempa bumi mengguncang wilayah itu pada Minggu 26 Juli 2015. Gempa tersebut tercatat sebagai lindu dengan kekuatan tertinggi yang terjadi di Malang sepanjang 2015.

Kepala Stasiun Geofisika Karangkates, Malang, Masripan, mengatakan gempa pertama terjadi pukul 14.05 WIB. Gempa berkekuatan 5,9 SR (laporan awal menyebutkan 6,3 SR) itu berkedalaman 56 kilometer di 150 kilometer selatan Malang.

Gempa susulan terjadi lagi pada 15.51 WIB dan masih berpusat di lokasi yang sama. Gempa susulan ini berkekuatan lebih kecil, yakni hanya 4,2 SR.

"Sepanjang tahun ini sudah empat kali terjadi gempa di Malang, tapi untuk hari ini kekuatannya adalah yang terbesar dan menyeluruh. Untuk tiga kali gempa sebelumnya kekuatannya di bawah 5,2 SR," kata Masripan saat dihubungi di Malang, Minggu 26 Juli 2015.
Ilustrasi Gempa (die.wahre-natur.de)
Jajarannya memprediksi tidak akan ada lagi gempa susulan lagi setelah 2 kali gempa pada hari itu. Secara teori, jelas Masripan, energi yang dikeluarkan sudah berkurang.

Awalnya, gempa bumi pertama di Malang pada Minggu 26 Juli 2015 disebut berkekuatan 6,3 SR. "Tapi setelah kami update lagi kekuatan gempa ternyata sekitar 5,9 SR," pungkas Masripan. (Ans/Ali)