Liputan6.com, Bogor - Tak mudah merawat hutan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Termasuk menjalankan konservasi tumbuhan penghuni hutan itu.
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor (KRB) Didik Widyatmoko mengakui, salah satu kendala dalam merawat hutan di tengah kota hujan itu adalah faktor finansial.
Menurut dia, cukup berat menjalankan tugas untuk menjaga dan melakukan konservasi tumbuhan dengan tetap memberikan nilai ekonomi di sana.
"Tapi bagi kita itu suatu tantangan," kata Didik saat mendampingi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi sidak di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/7/2015).
Dia mengatakan, anggaran yang dialokasikan dalam APBN untuk melakukan pemeliharan, baik gedung maupun koleksi tumbuhan di Kebun Raya Bogor, yakni sebesar Rp 2,8 miliar. Menurut Didik jumlah itu tergolong tak memadai.
"Jelas itu sangat kecil. Rp 2,8 miliar ini digunakan untuk memperbaiki bangunan atau gedung yang besar dan tetap harus terjaga keasliannya," ujar dia.
"Namun jika dihitung gedung di instansi lain bisa mencapai Rp 10-15 miliar. Tapi satu sisi, kita harus menghemat," imbuh Didik.
Sementara, Menteri Yuddy menilai, buruknya pengelolaan potensi sumber daya alam di Kebun Raya Bogor disebabkan oleh lemahnya tata kelola birokrasi pemerintahan.
"Presiden bilang, masa kita tidak bisa seperti negara lain. Saya diminta serius agar menciptakan kondisi birokrasi dan tata kelola taman-taman nasional di Indonesia," ucap Yuddy.
""Maka dari itu, aparat LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia) saya minta untuk menggunakan anggaran negara dengan betul," imbuh sang menteri.
Selain itu, Yuddy juga meminta LIPI untuk serius mengawasi aktivitas penelitian tumbuhan alami yang hasilnya bisa dijadikan kebanggaan dan keindahan tempat wisata.
"Saya minta penelitian lebih ditingkatkan lagi," pungkas Yuddy. (Ndy/Tnt)
Curhat Kepala Konservasi Kebun Raya Bogor pada Menteri Yuddy
Tak mudah merawat hutan di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.
Advertisement