Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin resmi membuka International Conference New Trends In Quranic Studies di Convention Hall Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Acara yang pertama kali digelar Pemerintah RI ini mengahadirkan puluhan ahli tafsir sesuai bidang ilmu yang dipahaminya dari berbagai negara, seperti Amerika, Jerman, Prancis, Italia, Mesir, Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Iran. Tidak hanya dari kalangan muslim, tetapi juga dari kalangan non-muslim dalam menafsirkan Al Quran.
"Negara sangat apresiasi dengan kegiatan belajar bersama dalam menafsirkan kitab suci Al Quran sesuai konteks kekinian. Pemerintah bersyukur mendukung penuh yang diinisiasi oleh UIN dan IQSA agar Al Quran lebih membumi dalam konteks kekinian," kata Lukman, Yogyakarta, Selasa (4/8/2015).
"Kita tahu Quran sebagai pedoman hidup dan sudah hadir dalam konteks kekinian dan masa akan datang," sambung Menag.
Lukman bangga karena Al Quran dapat dikupas dan ditafsirkan dari berbagai sudut pandang ilmu. Dia juga apresiasi adanya pihak nonmuslim yang mempelajari Al Quran. Sebab, tujuan mempelajari Al Quran bukan saling menjatuhkan, tapi lebih terhadap pemahaman yang ingin dicari.
"Tidak hanya umat muslim yang mempelajari Al Quran, non-muslim juga banyak yang belajar Al Quran. Mereka ingin mengetahui makna yang tersirat dalam Al Quran," kata jebolan pondok modern di Jawa Timur ini.
Menurut Lukman, pemaknaan ayat Al Quran itu harus senantiasa relevan dengan konteks kekinian. Karena banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi saat ini sangat beragam dan sangat kompleks. Sehingga dibutuhkan kemampuan yang lebih untuk memahami ayat-ayat Al Quran sesuai konteks yang dihadapi saat ini.
"Seminar ini untuk berbagi pandangan agar dapat memahami konteks kekinian, sehingga sejumlah narasumber dihadirkan di sini dari berbagai negara," jelas dia.
Sementara, ketua panitia Syahiron Syamsudin mengatakan, ada 200 peserta International Conference New Trends In Qur'anic Studies yang hadir di UIN Sunan Kalijaga Yogya. Dia mengatakan, ada pemateri dari non-muslim yang ikut memberikan pandangannya dalam konfernsi ini.
Namun, menurut Syahiron, kehadiran pemateri ini tidak untuk menjatuhkan, tapi memberikan pandangannya tentang Al Quran, baik dari sisi semiotik, semantik, maupun heemeneutika. Pemateri itu mendapat kesempatan menjelaskan makna Al Quran sesuai penafsirannya.
"Pemateri dari dalam dan luar negeri. Tak hanya muslim, non-muslim juga turut mempelajari Al Quran," kata dia.
Syahiron menjelaskan, ada 20 pembicara dari luar negeri, 25 dari dalam negeri, dan 10 mahasiswa memberikan materi dari sudut pandang ilmu masing-masing. Ia mencontohkan satu karya dari non muslim tentang Al Quran datang dari profesor asal Jerman.
"Di Jerman ada profesor yang meneliti Surat Makiyah yang pendek, dia seorang kristiani. Lalu ada Karel S yang menafsirkan ayat-ayat Al Quran yang terkait dengan Nabi Isa. Dengan pendekatan interstektual atau membandingkan dengan pendekatan lain," pungkas Syahiron. (Rmn/Rjp)
Puluhan Ahli Tafsir Alquran Mancanegara Berkumpul di Yogya
Konferensi tafsir Al Quran ini juga dihadiri ahli tafsir non-muslim.
Advertisement