Liputan6.com, Jakarta - Apes menghinggapi tukang parkir yang berjaga di Pasar Gembrong, Jakarta Timur. Dia diserang dan dikejar puluhan orang yang mengenakan atribut organisasi masyarakat (ormas) Forum Betawi Rempug (FBR). Sebabnya, tukang parkir itu memakai seragam ormas Pemuda Pancasila (PP).
"Ada tukang parkir menggunakan identitas ormas PP (Pemuda Pancasila), mereka (ormas FBR) langsung menyerang dan mengejar," kata Kapolsek Jatinegara Kompol Suwanda saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Sabtu 8 Agustus 2015.
Suwanda menambahkan, ada sekitar 30 anggota FBR yang mengejar anggota ormas tersebut pada Sabtu siang itu. "Motif belum sampai ke sana, masih dalam penyelidikan," ucap Suwanda.
Advertisement
Kejadian berawal saat sekelompok ormas dari FBR berencana merayakan hari jadinya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Namun saat tiba di depan Pasar Gembrong, rombongan anggota ormas yang mengendarai 30 sepeda motor itu langsung berhenti ketika melihat pria yang mengenakan baju kelompok kemasyarakatan lain.
"Mereka langsung mengacung-acungkan senjata tajam yang mereka sudah persiapkan," kata warga bernama Hambali di lokasi kejadian, Sabtu 8 Agustus 2015.
Atas peristiwa itu, warga bernama Sumali mengalami luka bacok di bagian paha kirinya. Sementara seorang ibu rumah tangga, Umiyati menjadi korban karena terinjak-injak saat berupaya menyelamatkan diri dari bentrokan tersebut.
Melihat Sumali menjadi bulan-bulanan anggota ormas tersebut, ratusan warga langsung bereaksi. Mereka langsung mengejar kelompok ormas kepemudaan tersebut dan ada juga yang melemparinya dengan batu.
Melihat ratusan warga yang mengamuk, anggota ormas ini langsung kocar-kacir. "Karena warga yang sudah marah dan melihat motor gerombolan ada yang tertinggal, makanya langsung dibakar warga," ujar Hambali.
Puluhan toko mainan yang ada di kawasan itu pun memilih untuk tutup. Mereka takut, aksi susulan kembali terjadi dan khawatir barang dagangan mereka menjadi korban.
"Pemicunya memang karena oknum FBR lihat tukang parkir pakai baju ormas lain langsung geram, lalu melakukan pemukulan, perempuan pun dipukul," tegas Kapolrestro Jakarta Timur Kombes Pol Umar Faruq usai halalbihalal dengan warga kawasan Cipinang, Jakarta Timur, Minggu 9 Agustus 2015.
Bentrok di Cililitan
Bentrok itu ternyata tidak selesai di 1 tempat saja. Bentrok juga terjadi di Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur.
"Di PGC karena warga waspada mereka siap-siap untuk serang balik. Di sana FBR diserang warga pakai batu," lanjut Umar.
Seorang anggota FBR mengalami babak belur dihajar massa dan 2 sepeda motornya juga dirusak warga.
Bentrok di depan PGC berawal saat kelompok FBR memukuli 'pak ogah' karena menghalangi rombongan mereka yang ingin lewat setelah merayakan hari kelompok tersebut. Karena dianggap menghalangi, seorang anggota ormas kepemudaan itu langsung memukuli kenek truk dan 'pak ogah'. Warga sekitar pun langsung bereaksi yang menyerang balik.
Usai bentrokan antara ormas dan warga, kondisi Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur, sempat dijaga ketat oleh warga bersama aparat kepolisian. Hal itu untuk menghindari serangan susulan.
Camat Jatinegara Sofyan Taher menegaskan, kondisi di Pasar Gembrong saat ini sudah jauh lebih tenang. Warga diminta untuk tidak terpancing emosi dan termakan isu soal penyerbuan lanjutan.
Rahmat (28) warga Jatinegara di sekitar Pasar Gembrong mengatakan, dia ikut bersama warga lain untuk berjaga-jaga. Dia pun enggan langkah ini disebut sebagai aksi balas dendam.
"Saya cuma ronda. Berjaga-jaga. Emang siapa yang mau daerahnya enggak aman, rusuh. Enggak ada pengen tuntut balas. Cuma harus mereka pikir, emang buat kekacauan seperti itu, siapa yang rugi," ujar Rahmat di lokasi, Sabtu malam.
Kronologi Versi FBR
Ketua Forum Betawi Rempug KH Lutfi Hakim meminta anggotanya di lapangan untuk menahan diri dan tidak terpancing emosi, terlebih saat ini pihaknya tengah merayakan HUT ke-14 FBR.
"Saya mengharapkan kepada seluruh keluarga besar FBR untuk menahan diri dan tidak terpancing provokasi sekelompok orang yang mencari keuntungan akibat adanya kericuhan ini," ujar Lutfi saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu 8 Agustus malam.
Lutfi pun mengaku pihaknya telah mengumpulkan para ketua FBR dari tiap wilayah di Jakarta untuk menahan para anggotanya agar tidak mudah terpancing emosi.
Dia menceritakan awal kejadian tersebut. Saat itu rombongan anggota FBR yang sedang melakukan konvoi melewati kawasan sekitar Pasar Gembrong, namun tiba-tiba ada sebagian orang yang melakukan tindakan provokatif, sehingga membuat emosi anggota FBR terpancing.
"Teman- teman sedang lewat terowongan fly over di Pasar Gembrong, lalu ditimpuki batu oleh sekelompok orang. Mereka pun terpancing," ucap dia.
Namun saat bentrok terjadi, segerombolan orang yang berhadapan dengan massa FBR rupanya telah mempersiapkan diri dengan senjata tajam dan siap menyerang massa FBR.
"Tapi rupanya mereka sudah prepare dan sengaja memicu kericuhan, di mana mereka telah siap dengan senjata tajam," ucap Lutfi.
Dia menolak FBR disebut sebagai pemicu masalah keributan. Justru, pihaknya yang menjadi korban karena ada anggotanya yang terluka.
Ia menegaskan, anggotanya yang melakukan konvoi telah mematuhi aturan lalu lintas dan tidak melakukan aksi-aksi yang merugikan masyarakat. Dia heran, aktivitas organisasi yang ia pimpin selalu dicitrakan negatif.
Lutfi pun mengaku, selain memerintahkan para anggotanya untuk menahan diri, pihaknya juga berupaya melakukan komunikasi dengan pihak pimpinan di Pemuda Pancasila agar masalah tersebut tidak berlanjut.
"Tentunya dan hubungan kami (antara pimpinan FBR dan PP) sebenarnya sangat baik," pungkas Lutfi.
Memburu Provokator
Kapolres Jakarta Timur Kombes Umar Faruq mengatakan, pihaknya kini tengah memburu provokator bentrok itu. Diduga pemilik sepeda motor yang dibakar warga merupakan sang provokator aksi.
"Kami sudah ngantongin identitas pemilik motor, ya tinggal ambil (tangkap) saja," ujar Umar usai halal bihalal dengan warga Cipinang, Jakarta Timur, Minggu 9 Agustus 2015.
Umar masih ingin melihat ada itikad baik dari para pelaku. Bila takut datang langsung ke kantor polisi, para pelaku bisa mendatangi pimpinan ormas guna menyerahkan diri ke petugas.
"Kami harap pelaku untuk menyerahkan diri atau diserahkan pimpinannya atau kami lakukan penangkapan sendiri," tegas Umar.
Kini polisi masih memeriksa para saksi untuk diminta keterangan. Ada 8 saksi yang dimintai keterangan dalam kasus bentrokan tersebut.
Umar juga mengimbau agar pimpinan ormas segera menyerahkan anggotanya yang terlibat. "Kalau memang ormas punya visi misi positif, korlap maupun ketua gardunya menyerahkan oknum yang melakukan penganiayaan pada kami," ucap dia.
Umar memastikan, pihaknya sudah mengantongi identitas pelaku penganiayaan. Tapi, dia masih menunggu iktikad baik dari para pimpinan ormas untuk menyerahkan oknum anggotanya.
Menurut Umar, ormas, masyarakat, dan polisi seharusnya bisa saling menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah masing-masing. Bukan justru menimbulkan masalah. Kalau terus seperti ini. Kepercayaan masyarakat pada ormas tentu semakin pudar.
Akibat bentrok, [pedagang di Kramatjati](/2289548 "") juga ketakutan. Nursi misalnya, pedagang ayam potong yang sehari-hari berjualan di Kramatjati mengaku was-was dengan kejadian itu.
"Takut mas dengar kejadian itu. Kita kan namanya orang cari makan di sini, niatnya cuma jualan. Takut kena imbas kalau ada bentrok begitu," ujar Nursi di lapak kaki lima ayam potong yang terletak di pinggiran Jalan Raya Bogor, Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu.
Rasa trauma ternyata masih dimiliki para pedagang yang umumnya telah lama berjualan di sana. Marsi misalnya, ia bersama rekan-rekan pedagang disana pernah mengalami ketakutan saat bentrokan besar terjadi di Kramatjati beberapa tahun silam.
"Iya 2009 besar-besaran mas. Sampai celurit-celuritan pernah. Bacok-bacokan gitu. Kita semua sampai enggak dagang. Kita semua pingin rukun. Di sini dagang dari mana-mana asalnya. Tujuannya sama-sama cari duit. Kalau rukun tentram kan enak, rezeki mengalir," pungkas Marsi. (Mvi/Ado)
Â
Advertisement