Liputan6.com, Jakarta: Aksi baku hantam yang mewarnai pembukaan Sidang Tahunan MPR, Kamis (01/10), disesalkan sejumlah kalangan. Peristiwa tersebut dinilai sebagai tindakan memalukan dan melecehkan akal sehat [baca: Anggota Majelis yang Terhormat Berkelahi].
Menurut Sejarawan Anhar Gonggong, peristiwa itu sangat mengecewakan bagi yang mempunyai akal sehat. Anhar heran, perbuatan memalukan itu dilakukan terjadi di tempat yang mempunyai nilai tinggi. Setengah bertanya, Anhar heran anggota Majelis meniru Taiwan yang mempunyai tradisi bekelahi di parlemen. "Kenapa meniru yang jelek tidak meniru yang bagus?" tanya Anhar.
Sedangkan anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonensia Perjuangan Dimyati Hartono, menilai peristiwa itu menunjukkan kualitas demokrasi di Indonesia. Perbuatan itu menandakan bahwa demokrasi di Indonesia lebih mengandalkan pada kekerasan fisik dan adu otot, bukan pada kekuatan intelektual.
Sementara itu, anggota MPR dari Partai Golongan Karya Ferry Mursidan Baldan, berharap perkelahian tersebut tak menjadi preseden. Karena itu, telah terjadi kesepakatan, peristiwa memalukan itu tak akan terulang lagi.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)
Menurut Sejarawan Anhar Gonggong, peristiwa itu sangat mengecewakan bagi yang mempunyai akal sehat. Anhar heran, perbuatan memalukan itu dilakukan terjadi di tempat yang mempunyai nilai tinggi. Setengah bertanya, Anhar heran anggota Majelis meniru Taiwan yang mempunyai tradisi bekelahi di parlemen. "Kenapa meniru yang jelek tidak meniru yang bagus?" tanya Anhar.
Sedangkan anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonensia Perjuangan Dimyati Hartono, menilai peristiwa itu menunjukkan kualitas demokrasi di Indonesia. Perbuatan itu menandakan bahwa demokrasi di Indonesia lebih mengandalkan pada kekerasan fisik dan adu otot, bukan pada kekuatan intelektual.
Sementara itu, anggota MPR dari Partai Golongan Karya Ferry Mursidan Baldan, berharap perkelahian tersebut tak menjadi preseden. Karena itu, telah terjadi kesepakatan, peristiwa memalukan itu tak akan terulang lagi.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)