Liputan6.com, Jakarta - Setelah absen selama 10 tahun, Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri kembali muncul menghadiri upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8/2015).
Mega tidak pernah muncul memenuhi undangan pihak Istana selama 10 tahun presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa. Putri sulung Proklamator Bung Karno ini lebih memilih memperingati detik-detik Proklamasi di Kantor DPP PDI Perjuangan atau di tempat lainnya.
SBY dan Megawati memang punya cerita panjang soal hubungan antar keduanya. Bukan hanya acara 17-an di Istana, namun Mega juga tak pernah hadir dalam setiap sidang tahunan MPR yang biasanya dihadiri oleh para mantan presiden dan wakil presiden.
Mega diketahui sempat hadir dan bertatap muka dengan Ketua Umum Partai Demokrat itu saat ia sebagai Presiden RI mengundang Mega makan malam bersama Presiden AS Barack Obama yang sedang berkunjung ke Indonesia.
Dalam kunjungannya ke Istana kali ini, Mega juga terlihat membawa serta anak dan beberapa cucunya untuk mengikuti upacara. Mega tampil lebih segar dari biasanya, ia terlihat mengenakan kebaya motif bunga dan selendang marun. Kedatangan Mega disambut beberapa Paspampres yang langsung mengarahkan untuk masuk melalui pintu VIP.
Mega yang datang bersama dengan putrinya Puan Maharani pun langsung disambut sebuah mobil Golf yang biasa digunakan untuk antar jemput tamu Istana. Tidak hanya Mega dan Puan, di mobil tersebut juga mengangkut mantan Wapres Boediono bersama sang Istri Herawati.
Mega dan Boediono bahkan terlihat kompak dengan duduk bersama di bangku belakang bertiga dan terlihat sedikit berdesakan. Sementara itu, Herawati Boediono menempati bangku bagian depan di samping sopir mobil golf yang dikendarai oleh anggota Paspampres.
Mega dan Pak Bud, sapaan Boediono sempat bertegur sapa, saat di dalam mobil. Namun keduanya terlihat dingin. Mega lebih banyak melihat-lihat pepohonan dan beberapa bangunan tempat ia pernah berkantor itu.
Di depan Istana, Mega kemudian disambut oleh Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, dan sejumlah menteri Kabinet Kerja lainnya. Setelah bersalaman, mereka langsung diantar ke tempat yang telah disiapkan.
Di belakang Mega tampak berjalan mantan Wakil Presiden Tri Sutrisno dan istri, Ibu Negara ke-4 RI Shinta Nuriyah, putri bungsu Presiden Joko Widodo Kahiyang Ayu dan sejumlah pejabat tinggi lainnya. Mega duduk ditempat yang memang khusus disediakan bagi para mantan Presiden dan Wakil Presiden.
Namun, sayangnya, hingga detik-detik jelang upacara dimulai. Tidak tampak Presiden ke lima Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden ke 3 RI BJ Habibie. Jadilah, Mega sebagai satu-satunya mantan Presiden yang menghadiri upacara tersebut.
Pergantian rezim mungkin mempengaruhi datang atau tidaknya kedua tokoh bangsa itu. Kini gantian SBY yang tak hadir. Namun berbeda dengan Mega yang tak pernah menjelaskan secara langsung alasan ketidakhadiran dalam acara sakral tersebut, SBY menyampaikan alasannya absen dalam upacara di Istana melalui media sosial.
Melalui akun twitter-nya, SBY mengaku tidak hadir karena sedang mudik ke kampung halaman. Selain akan bertemu warga Pacitan dan sanak saudaranya, SBY ingin merayakan hari kemerdekaan dari Pacitan.
Setelah sang saka Merah putih dikibarkan dan beberapa nyanyian tradisional dibawakan. Upacara pengibaran sangsaka Merah Putih pun selesai. Mega dan para anggota keluarganya kemudian masuk kedalam Istana Merdeka untuk melakukan ramah tamah bersama Presiden Jokowi dan para undangan yang hadir.
Tak lama setelah itu, Ketua Parpol paling senior itu pun meninggalkan Istana. Kali ini, Ia tampak semobil dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Puan Maharani.
Di mobil itu, Mega juga mengajak dua orang cucu nya ikut berada dalam mobil golf tersebut. Tidak seperti saat bersama Boediono, Mega terlihat cukup akrab dengan Susi. Bahkan sang cucu sempat dipangku oleh Susi saat perjalanan dari Istana Merdeka hingga gerbang keluar pintu Istana. (Ron/Mut)
Ketika Megawati Soekarnoputri 'Kembali' ke Istana
Putri sulung Proklamator Bung Karno ini lebih memilih memperingati detik-detik Proklamasi di Kantor DPP PDIP atau di tempat lainnya.
Advertisement