Liputan6.com, Jakarta - Evakuasi korban jatuhnya pesawat Trigana Air di Kamp 3 Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua gagal dilakukan di pagi hari. Sebab, cuaca sangat ekstrem dan berisiko untuk evakuasi.
Deputi Bidang Operasi SAR Basarnas Mayjen TNI Heronimus Guru mengatakan, saat ini jarak pandang hanya 10 meter ke depan. Sedangkan suhu di Oksibil diperkirakan di bawah 10 derajat celcius.
"Di Oksibil berkabut sedangkan Sentani hujan, jarak pandang kurang sekali," kata Mayjen Heronimus Guru saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Meski begitu Tim SAR sudah siap untuk melakukan evakuasi. Kantong-kantong jenazah sudah berada di tangan tim SAR. Pihaknya optimistis, evakuasi akan tetap berjalan. Tim SAR menunggu waktu siang hari.
"Agak siangan nanti mudah-mudahan sudah kembali cerah. Kita tunggu siang ini mudah-mudahan hujan juga reda," tambah Heronimus.
Ia menuturkan, Basarnas memohon doa rakyat seluruh Indonesia. Tim SAR meminta bantuan agar cuaca bisa terang di siang nanti. Jadi proses evakuasi bisa dilakukan cepat melalui jalur udara.
"Mohon doanya. Biar cerah siang ini. Jadi tetap jalur udara," tutur Heronimus.
Pesawat Trigana Air Service jenis ATR 42 PK YRN dengan nomor penerbangan IL 267 diduga menabrak lereng bukit di sekitar Kampung Atenok, Distrik Oksob, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Pesawat jatuh di kemiringan 45 derajat.
Pesawat yang membawa 49 penumpang dan 5 kru ini hilang kontak pada pukul 14.21 WIT Minggu siang, 16 Agustus 2015. Saat itu, pesawat ini terbang dari Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura tujuan Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. (Mvi/Tnt)
Basarnas: Tunggu Cerah, Evakuasi Korban Trigana Air Siang ini
Saat ini jarak pandang hanya 10 meter ke depan. Sedangkan suhu di Oksibil diperkirakan di bawah 10 derajat celcius.
Advertisement