Sukses

Tewas Kejar Teroris di Poso, Iptu Bryan Naik Pangkat AKP Anumerta

Bryan mendapat kenaikan pangkat karena telah gugur saat bertugas mengejar kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso.

Liputan6.com, Palu - Inspektur Satu (Iptu) Bryan Theophani Tatontos yang tewas dalam baku tembak dengan sipil bersenjata pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, mendapat kenaikan pangkat 1 tingkat menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP) Anumerta.

"Sebagai bentuk penghargaan Polri, almarhum dinaikkan pangkatnya menjadi AKP Anumerta," kata Wakapolda Sulteng Kombes Leo Bona Lubis di Palu, Jumat (21/8/2015).

Menurut dia, Bryan mendapat kenaikan pangkat karena telah gugur saat bertugas mengejar kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah alias Abu Yahya di Kabupaten Poso.

"Pemberian kenaikan pangkat, sudah merupakan kewajiban Polri sebagai wujud penghargaan tertinggi untuk personel yang gugur dalam bertugas," tandas Leo.


Karangan bunga tanda duka cita atas tewasnya Inspektur Polisi Satu (Iptu) Bryan Theophani dalam pengejaran teroris di Poso, Sulteng. (Liputan6.com/Dio Pratama)

Bryan meninggal dunia setelah terkena tembakan di bagian perut saat baku tembak dengan kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso di Pegunungan Auma, Desa Trimulya, Poso Pesisir Utara, pada Rabu 19 Agustus 2015 sekitar pukul 15.30 Wita.

Dalam baku tembak itu, seorang anak buah Santoso bernama Bado alias Osama yang merupakan DPO kasus terorisme di Sulteng juga tewas.

Jenazah Bryan masih disemayamkan di kantor Polda Sulteng. Sesuai rencana, jenazahnya dipulangkan ke kampung halamannya di Manado, Sulawesi Utara, pukul 11.30 Wita nanti, dengan menggunakan pesawat komersial Sriwijaya melalui Bandara Mutiara Sis Aljufri, Palu.

Adapun jenazah anak buah Santoso, Bado, masih disemayamkan di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara demi penyelesaian autopsi dan pengambilan sampel DNA.

Sementara itu Tim Pengacara Muslim (TPM) Sulawesi Tengah mendampingi Nur yang merupakan istri dari Abu Urwah alias Bado alias Osama ke kamar jenazah RS Bhayangkara di Palu, Jumat 21 Agustus 2015.

Kedatangan itu, selain ingin memastikan jenazah itu adalah suaminya, Nur juga diambil sample DNA-nya. Nur pun yakin kalau itu adalah suaminya. "Ada beberapa ciri fisik di tubuh almarhum yang ditandai oleh Nur. Makanya dia (Nu) sangat yakin kalau jenazah itu adalah suaminya," ungkap Akbar, salah satu anggota TPM Sulteng.

Kedua jenazah sempat sulit dievakuasi dari TKP baku tembak di Pegunungan Auma. Medan yang sulit ditambah jarak tempuh evakuasi yang begitu jauh membuat proses pemindahan kedua jenazah memakan waktu lama.

Kendati demikian, kedua jenazah berhasil dievakuasi dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di Palu, Kamis 20 Agustus 2015 sekitar pukul 22.30 Wita. (Bob/Mvi)