Sukses

Selamat Tinggal Tanah Kelahiran, Kampung Pulo

Jumat malam warga Kampung Pulo masih mengangkut barang ke Rusunawa Jatinegara Barat.

Liputan6.com, Jakarta - Bangunan yang menjulang tinggi di tengah permukiman padat penduduk di Jatinegara itu mulai ramai siang itu. Ratusan warga hilir mudik membawa perabot rumah tangga, mulai dari televisi, kabinet, hingga kasur. Sejumlah Satpol PP pun turut membantu.

Anak-anak juga tidak mau kalah sibuk. Mereka asyik bermain dan berlarian di sana.

Ya, 238 warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur mulai menghuni Rusunawa Jatinegara Barat yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tidak jauh dari rumah asalnya, Jumat siang 21 Agustus 2015. Walaupun ada 336 dari 518 unit yang sudah diserahterimakan ke warga.

Senyum tersungging di bibir mereka ketika melongok unit rusun yang akan ditempati. Walaupun, Kamis lalu mereka menolak untuk pindah. Alasannya, mereka keberatan dengan iuran Rp 300 ribu per bulan.

Padahal, dengan bayar iuran itu, mereka bisa menempati unit berukuran 30 meter persegi yang terbagi menjadi 2 kamar tidur, 1 ruang tengah, dan 1 kamar mandi.

Suasana pindahan warga Kampung Pulo ke ke Rusunawa Jatinegara Barat, Jakarta, Jumat (21/8/2015). Dari 429 warga yang telah mengikuti undian unit hunian, baru 238 warga Kampung Pulo yang telah mengambil kunci. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Rusun ini lebih nyaman ketimbang rumah mereka dulu. Dua kamar tidur mendapat sinar langsung matahari, sirkulasi udara lebih sehat, dan dilengkapi dengan kamar mandi ber-shower. Namun, mereka mengaku masih nyaman berada di rumahnya yang berada di bantaran Sungai Ciliwung.

Terlebih, rusunawa yang terletak sekitar 1 kilometer dari Kampung Pulo ini belum tersedia fasilitas belajar dan bermain untuk anak-anak, padahal banyak warga yang memiliki anak balita hingga usia sekolah.

"Lebih enak di rumah sendiri," kata salah satu warga Kampung Pulo yang pindah ke rusun, Hadi.

Suasana kedatangan para penghuni dari Kampung Pulo ke Rusunawa Jatinegara Barat, Jakarta, Jumat (21/8/2015). Dari 429 warga yang telah mengikuti undian unit hunian, baru 238 warga Kampung Pulo yang telah mengambil kunci. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sesuai Permintaan

Sementara, sebagian warga Kampung Pulo yang lain harus gigit jari. Mereka tidak bisa menempati rusun karena tidak masuk dalam data Pemprov DKI Jakarta.

"Yang kita prioritaskan yang bidangnya terkena. Dalam satu bidang itu kan ada kadang beberapa KK. Nah, saat ini kita masih prioritaskan 1 unit dulu," kata Kepala Pengelola Rumah Susun Wilayah 3 Pemprov DKI Jakarta H Sayid Ali.

Ini sesuai dengan permintaan warga ketika berdialog dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian. Warga meminta penghuni lama di Kampung Pulo mendapat prioritas menempati rusun Jatinegara.

"Permintaan kelompok warga, agar warga yang sudah lama di sana (Kampung Pulo) diberikan atensi, mendapat prioritas menghuni rusunawa," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Jumat (21/8/2015).

Masalahnya, kata Tito, banyak penghuni lama di Kampung Pulo tidak memiliki berkas apapun yang menandakan mereka sebagai penghuni lama. Pemkot Jakarta Timur diharapkan mendata warga yang akan direlokasi dengan sebaik-baiknya, agar tak terjadi lagi protes kepada pemerintah.

"Kami (Kepolisian) sudah koordinasikan dengan walikota, 'Pak tolong didata yang benar. Yang sudah lama tinggal di sana agar diakomodir.' Ini yang disampaikan rekan-rekan ormas," ujar Tito menirukan kata-katanya kepada Walikota Jakarta Timur, Bambang Musyawardana.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama heran dengan warga yang enggan pindah ke rusun. Padahal, rusun sudah dibangun sesuai permintaan mereka ke Joko Widodo saat masih menjabat sebagai gubernur.

Saat itu, mereka minta dibuatkan tempat tinggal yang dekat dengan rumahnya yang akan digusur. Maka diputuskanlah membangun Rusun Jatinegara Barat dengan mengorbankan kantor Teknis Sudin PU.

"Ini negosiasi dari zamannya Pak Jokowi. Kenapa bisa sampai timbul rusun di Jatinegara, itu bagian dari negosiasi. Mereka mau pindah asalkan dipindah di lokasi dekat sini karena kami mau bekerja di sini, mau cari makan, cari ikan di sini. Makanya karena itu kami tunda, selesaikan rusun," jelas Ahok di Balaikota Jakarta.

"Itu kalau apartemen Jatinegara 30 meter Rp 600 juta tuh harganya. Kami korbankan kantor kami bikin apartemen. Kalau di Greenbay bayar berapa service charge?" kata dia.

Penampakan Rusunawa Jatinegara Barat, Jakarta, Jumat (21/8/2015). Dari 429 warga yang telah mengikuti undian unit hunian, baru 238 warga Kampung Pulo yang telah mengambil kunci unit hunian di Rusunawa tersebut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Oleh karena itu, mantan Bupati Belitung Timur tersebut sudah tidak mau ambil pusing dengan perlawanan yang dilakukan warga. Sebab, semua upaya negosiasi telah dilakukan.

"Sekarang tergantung, dia marah-marah terserah lah. Pokoknya tetap pindahkan," tegas Ahok.

Pernyataan mantan anggota Komisi II DPR ini merealisasikan omongannya. Penggusuran tetap dilanjutkan Jumat pagi. Ribuan polisi maupun Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dikerahkan untuk melanjutkan penertiban rumah di bantaran Kali Ciliwung sekaligus untuk mengantisipasi bentrokan dengan warga seperti yang terjadi Kamis kemarin.

Tidak ada perlawanan warga saat 8 alat berat merobohkan rumah warga. Sebagian warga tampak memilih memindahkan perabotan rumah tangga mereka, dan sejumlah lainnya hanya bisa pasrah menyaksikan rumah mereka rata dengan tanah.

"12 Tahun dari bangun rumah ini. Sudah lama tinggal dari kecil. Ngebangun ini sampai harus jadi pembantu di luar negeri untuk ngebangun. Hasilnya sia-sia begini doang," ucap Yesi warga Kampung Pulo sambil menangis.

 

Sebuah eskavator terus melakukan upaya perataan Kampung Pulo, Jakarta, Jumat (21/8/2015). Penggusuran terkait rencana Pemprov DKI Jakarta yang akan melakukan normalisasi Kali Ciliwung. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Salah Tangkap

Tidak hanya di Kampung Pulo, Pemprov DKI juga bakal menggusur permukiman di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan.

Namun, Ahok berjanji tidak akan menghalalkan segala cara untuk dapat memindahkan warga termasuk dengan cara kekerasan.

"Kita enggak mau kekerasan kok. Kamu kalau nimpuk saya, saya tutupin gimana? Yang lempar duluan siapa? Orang selalu bolak-balikin fakta," kata Ahok usai memantau pembangunan jembatan di Pluit, Jakarta Utara.

Dia tidak ingin ada kejadian salah tangkap. Namun, terkait dugaan pengeroyokan terhadap Eko Prasetyo, Ahok tidak mau cepat mengambil kesimpulan. Eko diduga korban salah tangkap dan pengeroyokan Satpol PP saat bentrokan di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis 20 Agustus.

"Itu belum tentu betul atau tidak. Kita harus selidiki. Kalau kamu orang biasa, lagi ribut, berantem, kamu mau ke tengah enggak? Kita mesti selidiki dulu benar enggak? Apa dia ikut tawuran atau enggak? Itu pertanyaan saya juga," jelas Ahok.

Eko Prasetyo tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Santa Carolus, Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (21/8/2015). (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Kini, Eko masih dirawat intensif di Rumah Sakit Santa Carolus, Salemba, Jakarta Pusat. Walaupun kondisi warga Gang Banten 8 RT 4 RW 5, Jatinegara itu mulai membaik.

Kakak korban, Andi (29)‎ mengatakan kondisi Eko paling parah ada di bagian kepala. Sehingga penanganan dokter difokuskan di bagian kepala begitu tiba di rumah sakit.

Dia tidak menyangka kondisi adiknya akan separah itu.  

"Scan udah dilakukan, bagian kepala yang paling parah. Pendarahan otak sama rahangnya patah. Kalau enggak diinjak-injak kan enggak akan parah begini," tutur Andi saat ditemui di Lantai 3 RS St Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.

Seorang warga diamankan Petugas saat penggusuran Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (20/8/2015). Penggusuran pemukiman Kampung Pulo dilakukan oleh 2.200 personel gabungan untuk normalisasi Sungai Ciliwung. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kampung Bersejarah

Jumat malam, warga Kampung Pulo masih sibuk memindahkan barang-barangnya ke Rusunawa Jatinegara Barat. Di tengah hiruk-pikuk itu seorang pria sedang duduk santai di salah satu sudut bangunan.

Sembari sesekali melihat telepon genggamnya, Iryan (28) bercerita kepada Liputan6.com tentang alasan dia mau pindah dari tempatnya dibesarkan dan lahir.

"Ya, terpaksa," ucap pria yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga keamanan di Kedutaan Hongaria ini. Dia pun enggan memilih Ahok dalam pilkada mendatang.

Kampung Pulo, sudah ada jauh sebelum RI merdeka. Tokoh masyarakat Kampung Pulo, Habib Sholeh bin Mukhsin Alaydrus, ‎menuturkan kampung ini memiliki andil dalam mengusir penjajah.

"Bicara mengenai sejarah Kampung Pulo, sangat panjang. Karena kampung ini sudah ada sekitar abad ke-17 atau sekitar 1.800-an. Sebelum ada Belanda di Indonesia, kampung ini sudah ada lebih dulu," ujar Sholeh saat ditemui di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.

"Di sini kampung pejuang yang tidak banyak orang tahu," tambah dia.

Pemukiman yang akan dilakukan penertiban oleh Pemprov DKI Jakarta di pemukiman Kampung Pulo, Jakarta (23/7). Pemprov menyiapkan rusun Jatinegara barat sebagai relokasi tetapi warga menolak karena masih menuntut ganti rugi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kala itu, Kampung Pulo dijadikan sebagai tempat persembunyian para pejuang dari kejaran tentara Belanda. Kawasan ini memang dulu dikenal lebih tertutup, dari perkampungan lain di wilayah Jatinegara.

"Dulu setelah pejuang kita menghabisi Belanda dengan memotong lehernya, kita buang mayat mereka ke Rawa Bangke (sekarang Rawa Bunga). Para pejuang itu langsung mengamankan diri ke Kampung Pulo dan tidak diketahui oleh tentara Belanda lainnya," tutur Sholeh.

Terlebih, Kampung Pulo merupakan hutan tak berpenghuni. Namun pada zaman penjajahan Belanda, kawasan ini menjadi wilayah Meester Cornelis. Kampung Pulo pun berubah menjadi pusat perniagaan di Timur Batavia --Jakarta kala itu. Apalagi, lokasinya tidak jauh dari pasar dan Stasiun Jatinegara. (Bob/Ans)