Liputan6.com, Jeddah - Matahari pagi mulai menghangatkan kota Mekah, ketika Liputan6.com dan sejumlah rombongan media, berkunjung ke Baitullah untuk menjalankan ibadah umrah di Masjidil Haram.
Berbalut kain ihram yang dikenakan sejak keluar Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, tiba-tiba seseorang dengan mengenakan helm proyek menyapa rombongan kami yang tengah berdiri di antara burung-burung merpati di dekat Masjidil Haram.
"Indonesia?" tanya pria berkaos hijau lengan panjang tersebut.
"Ya," jawab kami.
Pria berhelm itu langsung tersenyum lebar. "Saya senang kalau bertemu orang dari Indonesia," kata pria yang kemudian diketahui bernama Arifin Irsyad. Dia ternyata berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Awalnya dia mengira rombongan kami sedang menjalankan umrah, tapi setelah dijelaskan keberadaan kami sebagai bagian dari petugas haji Indonesia, Arifin semakin senang.
Dia mengaku sudah setahun ikut dalam proyek perluasan Masjidil Haram. Lelaki kurus dengan janggut panjang ini pun mengungkapkan, tidak pernah menyangka bisa menjadi bagian dari pembangunan tempat yang dikunjungi ribuan Muslim dari berbagai dunia tersebut.
Arifin yang berperawakan tinggi mengatakan, bisa mengikuti proyek pembangunan Masjidil Haram dari sebuah perusahaan yang berada di kawasan Jakarta Timur.
Untuk pekerjaannya, Arifin digaji Rp 8 juta per bulan. "Itu sudah bersih, kami tinggal di mess perusahaan, makan dan minum sudah ditanggung," ungkap dia.
Baca Juga
5.000 Warga Indonesia
Advertisement
Arifin bukan satu-satunya orang Indonesia yang ikut terlibat dalam proyek perluasan Masjidil Haram. Tercatat ada 5.000 pekerja asal Indonesia yang ikut dalam pengerjaan perluasan di sayap timur Masjidil Haram, tepatnya di depan Tower Zam Zam yang terkenal dengan jam empat sisi di puncak tower.
Jika jemaah akan masuk ke Masjidil Haram melalui pintu atau Gate King Fahd, maka proyek ini ada di sebelah kanan.
Arifin menjelaskan, secara keseluruhan bangunan akan selesai pada 2020, "Sekitar lima tahun lagi," terang dia, Sabtu 22 Agustus 2015. Sedangkan beberapa lantai yang sudah selesai bisa dipakai tawaf tahun depan.
Menjelang musim haji tahun ini, perluasan Masjidil Haram masih dilakukan. Tampak beberapa alat berat dan beberapa bagian bangunan masih belum selesai. Akibatnya, debu pembangunan proyek perluasan Masjidil Haram sangat tebal.
Kepala Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Bandara, dr. Purwokaning Purnomo Agung menjelaskan, suhu udara saat jemaah calon haji datang diperkirakan 42-47 derajat Celcius.
"Jemaah haji disarankan menggunakan masker untuk mengurangi debu pembangunan Masjidil Haram dan juga mengurangi suhu udara yang tinggi. Ada baiknya masker diberi cairan agar lembab dan jangan lupa kaca mata untuk melindungi pandangan dari pantulan panas Matahari," saran Purwokaning.
Perluasan area Masjidil Haram dilakukan alam rangka menambah kenyamanan jemaah saat beribadah. Rencananya, dalam perluasan tersebut, akan dibuat bangunan lima lantai yang akan digunakan untuk prosesi tawaf.
Saat ini baru dua lantai yang bisa digunakan untuk tawaf, lantai pertama untuk maktaf utama dan lantai dua, lantai semi permanen, untuk mengitari Kabah.
Karena ada perluasan area Masjidil Haram, kuota haji Indonesia tahun 2015 dikurangi 20 persen dari kuota normal, yakni dari 210.000 jemaah menjadi 168.800 jemaah.
Masjidil Haram, kota suci para Nabi, selalu menjadi tempat yang dirindukan umat Muslim seluruh dunia. Rombongan kami pun tenggelam bersama dalam putaran Tawaf Qudum, tawaf kedatangan bagi jemaah yang termasuk dalam rukun haji. (Sun/Yus)