Sukses

Ibu di Bekasi Diduga Bunuh Anak Kandung Dibebaskan

Sang ibu kandung menegaskan bahwa dirinya bukanlah pembunuh putra tercintanya itu.

Liputan6.com, Bekasi - Vita Apriani ibu kandung Rayyan Algifari dibebaskan setelah diperiksa di ruang unit Perlidungan Perempuan dan Anak(PPA) Mapolresta Bekasi Kota. Dia diduga membunuh anaknya, Rayyan yang meninggal pada Rabu 5 Agustus 2015 dengan luka di lengan.

Vita menegaskan bahwa dirinya bukanlah pembunuh putra tercintanya itu. Luka lebam di lengan Rayyan disebut dokter sebagai dampak normal dari kematian.

"Saya telah diperiksa 18 jam sama penyidik. Inti pertanyaannya, soal kronologi. Dan tidak mungkinlah saya membunuh anak saya. Apalagi, berdasarkan keterangan dokter, sejumlah luka lebam itu adalah dampak normal dari kematian," kata Vita kepada Liputan 6.com, Sabtu 22 Agustus 2015.

Dia menuturkan saat kejadian, Rayyan sedang berada di rumah dengan ditemani oleh 3 kakak tirinya. Rayyan yang berusia 4 bulan itu terus menangis. Lantaran susu habis, Vita pun pergi ke warung untuk membelinya.

"Namun setelah saya pulang, anak saya yang kembar bilang, bahwa adiknya sudah tidak bergerak," ucap dia.

Pengacara Vita, Joneli Tumangor mengatakan, keterangan kronologis kliennya itu adalah wajar. Bahkan penyidik sudah memahami hal tersebut.

"Sebelum meninggal, korban sehat-sehat saja. Selama hidup, korban pun sehat. Tidak ada rekaman medis jika korban mengidap penyakit berbahaya. Namun mungkin saja, namanya kematian. Mungkin karena korban masih 4 bulan, pernapasannya terganggu," "kata Joneli.

"Bisa saja selama 10 menit, hidung Rayyan tersumbat oleh cairan dan karena itu menangis terus. Yah namanya bocah. Dan berdasarkan keterangan dokter, enggak ada juga tanda tanda dibekap," jelas dia.

Dibekap Bantal

Kepala Kepolisian Resor Kota Bekasi Kota Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona menyatakan, Rayyan tewas karena dibekap bantal oleh kakak ketiganya yang berusia 5 tahun.

Hal ini terungkap, saat penyidik memeriksa sejumlah saksi, yakni Vita, Ari Hananti pelapor, kakak Vita bernama Yeni dan ketiga anak Vita.

Menurut Daniel, kejadian berawal saat korban ditinggal Vita ke warung untuk membeli susu. Saat itu, Rayyan ditemani ketiga kakaknya. Namun dalam kamar, Rayyan bersama satu kakak tirinya yang berusia 5 tahun. Sedangkan kedua kakak lainnya berada di luar kamar.

Di tengah sang ibu membeli susu, Rayyan terus menangis kehausan. Sang kakak yang menemaninya di kamar itu pun berupaya menenangkan Rayyan.

Karena Rayyan terus menangis, sang kakak mengambil sebuah bantal kecil di sebelahnya. Tak disangka, aksinya itu membuat Rayyan gelagapan lantaran terbekap oleh bantal.

Lantaran tak bisa bernafas, Rayyan pun akhirnya diam. Sang kakak pun mengira adiknya itu sudah merasa senang. Padahal Rayyan saat itu sudah tidak bernafas alias meninggal dunia.

Setibanya di rumah, sang ibu terkejut melihat Rayyan mendadak tidur. Saat diperhatikan, tubuhnya tak bergerak. Panik dengan kondisi itu, Vita membawanya ke Rumah Sakit Mitra Bekasi Timur untuk mendapat perawatan. Namun tim dokter menyatakan korban telah meninggal sebelum tiba di rumah sakit.

Sedangkan mengenai lebam biru yang ada di tubuh korban, kata Daniel, itu merupakan hal yang wajar. Jenazah apabila terlalu lama didiamkan, akan timbul lebam dengan sendirinya. Sehingga dia berkeyakinan bahwa lebam itu adalah lebam mayat.

"Dari keterangan saksi-saksi, korban memang tidak memiliki luka sebelum tewas. Lebam itu kemungkinan timbul karena rentang waktu korban meninggal dunia dengan pemakaman agak jauh. Korban meninggal dunia pada Rabu (5 Agustus 2015) malam, sedangkan proses pemakaman Kamis (6 Agustus 2015) pagi atau 12 jam kemudian," ujar Daniel saat dihubungi Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Karena pelakunya kakak korban yang berusia 5 tahun, pihaknya berencana menutup kasus tersebut. Sebab pelaku tidak mengetahui perbuatan yang dia lakukan saat membekap wajah adiknya.

"Pelakunya masih balita, dia juga belum bisa membedakan mana yang benar dan salah," tukas Daniel. (Ali/Yus)

Video Terkini