Liputan6.com, Jakarta - Cuaca terik menyambut jemaah calon haji di Madinah, Arab Saudi. Suhu udara di atas 40 derajat Celcius dan diprediksi mencapai 50 derajat Celcius. Mereka yang akan melaksanakan ibadah haji diimbau menjaga kesehatan, di antaranya dengan meminum air putih yang cukup.
Namun, permasalahan yang mengintai jemaah calon haji bukan cuaca semata. Di Tanah Air, ratusan jemaah dari berbagai provinsi terancam gagal berangkat ke Tanah Suci. Sebab, visa keberangkatan mereka tidak kunjung terbit.
170 Dari 6.673 calon haji di Sumatera Utara ditunda keberangkatannya. Anggota Humas PPH Embarkasi Medan Imam Mukhair mengatakan, persoalan yang dialami para jemaah haji yang ditunda keberangkatannya baru pertama kali terjadi.
Advertisement
"Kita minta untuk bersabar, kita sedang berkoordinasi dengan pihak terkait," kata Imam, Medan, Sumatera Utara, Senin 24 Agustus 2015.
24 Jemaah calon haji dari kloter 8 asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat juga telantar dan terpaksa menginap di sebuah hotel di Kota Bekasi, Jawa Barat sejak Minggu 23 Agustus dini hari.
Sementara, biaya penginapan hanya ditanggung 1 malam. Sehingga Senin petang mereka terpaksa mengungsi di musala dan lobby hotel, sambil menunggu kepastian keberangkatan.
Mereka sangat menyesalkan pemberitahuan belum jadinya visa yang mendadak. Para jemaah haji kini hanya berharap segera ada kepastian terkait keberangkatan, sehingga mereka tidak merasa ditelantarkan. Jika tak ada kejelasan juga, mereka terpaksa pulang ke kampung halaman.
Penyelenggara haji embarkasi Lombok mencatat 270 dari 3.600 calon jemaah haji asal NTB belum mendapatkan visa dari Pemerintah Arab Saudi.
Sejumlah calon haji asal Banyumas, Jawa Tengah yang sudah 3 hari berada di Embarkasi Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah juga mendatangi kantor panitia. Mereka resah karena belum ada kepastian kapan visa haji terbit.
Selama di embarkasi, mereka telantar dan harus pindah-pindah kamar tergusur oleh rombongan yang baru tiba. Seharusnya mereka telah diberangkatkan Jumat malam 21 Agustus 2015.
Sementara, jemaah dari Malaysia yang akan menunaikan haji di Tanah Suci mengatakan, perjalanan mereka berjalan lancar tanpa terkendala visa. Abdul Wahab (57 tahun) mengatakan, seluruh calon jemaah haji negaranya dapat terbang ke Mekah.
"Tidak. Tidak ada. Kami lancar-lancar saja tiba di sini. Tak ada berita jemaah yang gagal berangkat," kata Abdul Wahab yang ditemui Liputan6.com di Masjid Nabawi Madinah, Senin 24 Agustus 2015.
Menag Minta Maaf
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta maaf kepada seluruh calon jemaah haji yang tertunda keberangkatannya ke Tanah Suci karena persoalan surat izin masuk negara tersebut.
"Permasalahan visa disebabkan karena ada perubahan yang terjadi pada musim haji tahun ini, terutama terkait pengurusan visa dibandingkan tahun sebelumnya," tutur Lukman usai pembukaan Munas MUI IX di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa 25 Agustus 2015.
Lukman menegaskan, persoalan visa calon jemaah haji asal Indonesia akan tuntas seluruhnya pada Rabu 26 Agustus 2015.
Saat ini, lanjut dia, perlu waktu lebih panjang, karena data setiap calon haji dari seluruh dunia harus terdata dan terintegrasi ke sebuah sistem yang disebut e-Hajj. Yakni sistem yang diterapkan pemerintah Arab Saudi terkait pendataan haji secara elektronik.
"Sehingga, entry dan input data yang banyak terkait setiap calon haji harus dilakukan, seperti nama, nomor paspor, maskapai penerbangan, hotel di Makah dan Madinah, transportasi darat, di Arafah berada di maktab berapa. Begitu juga di Mina, dan sebagainya. Harus terintegrasi dan perlu waktu panjang," jelas dia.
Lamanya waktu pengurusan visa, juga karena Indonesia merupakan negara terbanyak yang memberangkatkan calon jemaah haji, yakni 155.200 orang.
Dia menegaskan, tidak akan ada yang gagal berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini karena masalah visa.
"Tidak ada istilah gagal berangkat. Ini penundaan berangkat. Seluruh jemaah yang mendapatkan porsi dan ditetapkan berangkat haji tahun ini insya Allah akan kami berangkatkan," jelas Lukman Senin 24 Agustus 2015.
Kemenag, kata dia, terus berupaya menyelesaikan persoalan visa calon jemaah haji ini. Bagi mereka yang tertunda keberangkatannya akan menjadi prioritas untuk diselesaikan urusan visanya.
Bukan Hanya di Indonesia
Pada pertemuan antara Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Madinah dengan Ketua Muassasah Adilah (perusahaan yang memberikan jasa layanan jemaah haji di Madinah) Arab Saudi, Hateem Dja’far Bali terungkap, bila kendala visa haji bukan hanya dialami Indonesia.
Hateem menjelaskan, Pemerintah Arab Saudi untuk penyelenggaraan haji tahun ini menggunakan sistem baru, yaitu visa akan keluar bila sudah memenuhi paket pelayanan yang lengkap, selama jemaah haji berada di Mekah dan Madinah.
Penggunaan sistem paket atau E-Hajj sengaja dilakukan Pemerintah Arab Saudi, guna memberikan peningkatan pelayanan yang lebih baik dalam pelaksanaan haji.
"Pemerintah Arab Saudi menggunakan sistem baru dengan sistem paket pelayanan mulai dari perumahan, transportasi, dan ketering. Jika proses pemaketan itu sudah dilakukan, maka visa akan langsung keluar. Tapi bila paket tidak lengkap maka visa itu akan terkendala," ungkap Hateem saat memberikan keterangan pers di Hotel Massa Al Bustan, Madinah, Selasa 25 Agustus 2015.
Meski dipastikan ada kendala, Kementerian Haji Arab Saudi terus memantau pelaksanaan sistem E-Hajj tersebut selama 24 jam. Diakui Hateem, Indonesia menjadi percontohan untuk penerapan E-Hajj dengan sistem paket pada musim haji ini.
"Tidak ada yang salah, baik itu dari Pemerintah Arab Saudi atau Indonesia, tetapi ini pemberlakuan sistem baru yang tentunya bisa terjadi kendala-kendala yang bisa jadi pelajaran untuk ke depan," ungkap dia.
Sistem E-Hajj ini sudah diberlakukan kepada jemaah haji negara lain, sehingga ada negara yang mengalami hal serupa dengan Indonesia. Di antaranya Nigeria, di mana dari 66 ribu calon jemaah haji masih ada 24 ribu calon jemaah haji yang terkendala visa. Pakistan pun mengalami hal sama.
Terobosan Baru untuk Calon Haji
Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama melakukan satu terobosan baru pada musim haji tahun ini, yakni memberikan layanan katering kepada jemaah calon haji Indonesia 15 kali di Kota Mekah. Layanan katering ini diberikan untuk makan siang dan harus sudah diterima paling lambat pukul 11.00 waktu Mekah.
Untuk layanan ini, Kementerian Agama menandatangani kontrak kerja dengan 23 perusahaan penyedia katering. Masing-masing harus menyediakan menu makanan dengan cita rasa Indonesia, sesuai yang tertera dalam kontrak. Menu dibuat variatif menjadi 7 jenis sesuai jumlah hari.
Sementara, ribuan calon jemaah haji Indonesia yang tiba di Madinah untuk memulai pelaksanaan ibadah haji tahun ini, tinggal di pemondokan atau hotel yang telah disiapkan Kementerian Agama RI.
Pemondokan di Madinah terbagi dalam 92 pemondokan atau hotel, yang berada di 3 markaziyah, yakni Markaziyah Junubiyah, Markaziyah Ghorbiyah, dan Markaziyah Simaliyah.
Calon jemaah haji merasa nyaman tinggal di pemondokan tersebut. Tidak ada masalah berarti yang ditemui para jemaah. Bahkan, jemaah dapat berjalan kaki menuju Masjid Nabawi untuk beribadah. Sebab, jarak antara pemondokan dan Masjid Nabawi hanya 100 hingga 650 meter. (Mvi/Rmn)
Â