Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo akan membuka turnamen Piala Presiden 2015 di Stadion Dipta, Gianyar, Bali pada Minggu 30 Agustus 2015. Sebelum berangkat ke Pulau Dewata, orang nomor satu di Indonesia ini menuturkan sejumlah harapan soal sepak bola Indonesia, terutama masa depan klub-klub Tanah Air hingga tim nasional.
Dalam wawancara eksklusif selama hampir 15 menit bersama Indosiar, Jokowi mengungkapkan upaya pemerintah memanfaatkan momentum di sepak bola. Sejak sanksi FIFA dijatuhkan kepada Indonesia pada 30 Mei lalu, praktis belum ada turnamen berskala nasional seperti Piala Presiden yang diadakan.
Lantaran itulah, mantan Gubernur DKI Jakarta itu berharap gairah menonton sepak bola dari masyarakat bisa bangkit kembali selama Piala Presiden 2015 ini berlangsung.
Berikut petikan wawancara khusus bersama Presiden Jokowi yang dipandu Ryan Wiedaryanto di Istana Negara, Jakarta Pusat pada Selasa 25 Agustus 2015 lalu:
Piala Presiden seperti oase di Tanah Air. Bagaimana Bapak mengambil langkah strategis ini, sehingga muncul Piala Presiden?
Kompetisi tetap harus berjalan meski kita dibekukan oleh FIFA dan ini merupakan langkah pemerintah agar reformasi sepak bola di Indonesia, penataan, pengelolaan sepak bola terus berjalan meskipun kita harus mengenal pahit-pahit dulu, berkorban dulu. Tetapi ini adalah proses yang harus kita jalani sebelum nantinya FIFA memberikan ruang kepada kita lagi untuk ikut dalam pertandingan-pertandingan internasional.
Kita harapkan dengan Piala Presiden ini masyarakat bergairah kembali untuk nonton klub-klub besar bermain di Piala Presiden. Dan ini akan ditindaklanjuti lagi dengan pertandingan-pertandingan kompetisi di usia-usia dini. Ada U-17 dan yang lain diteruskan.
Jadi setelah Piala Presiden pencinta sepak bola nasional akan ada hiburan lagi?
Ada-ada.
Bapak sempat mengatakan sanksi FIFA adalah saat yang tepat untuk penataan sepak bola nasional. Apakah penataan yang dimaksud adalah turnamen Piala Presiden ini?
Saya kira semua tahu, dalam sekian tahun ini sepak bola kita di pertandingan internasional selalu tidak mendapatkan prestasi. Oleh sebab itu kita mulai menata lagi kompetisi-kompetisi usia dini, kompetisi perserikatan (amatir), dan kompetisi profesional. Jenjang ini yang harus dilakukan, sehingga Piala Presiden ini sebagai salah satu dalam rangka untuk mengisi kompetisi, sebelum akhirnya FIFA memberikan ruang lagi kepada Indonesia untuk ikut di kancah Internasional
Setelah Piala Presiden, apa lagi rencana Bapak untuk mengharmoniskan hubungan antara Kemenpora dan PSSI?
Sekali lagi perlu saya sampaikan saya tidak ingin main-main dalam membenahi sepak bola Indonesia. Artinya jangan sampai sepak bola Indonesia dibiarkan merana. Dan siapa pun saya ingin mendukung proses yang akan kita jalani ini.
Kita ingin klub bisa tumbuh, kita ingin ada sekolah sepak bola lagi. Kita ingin klub-klub di daerah, klub-klub kecil semuanya bisa hidup sehingga kompetisi semakin banyak, pertandingan semakin banyak yang nantinya bisa menghasilkan pemain-pemain yang baik yang bisa kita seleksi dengan seleksi yang ketat, sehingga muncul sebuah tim nasional yang tangguh.
Dan ini mungkin tidak mudah. Tapi kalau kita tidak punya keinginan yang kuat untuk menyelesaikan masalah ini, biar sampai kapan pun kita tidak akan punya klub sepak bola yang baik.
Sampai kapan pemerintah akan bersabar, sampai turun tangan menghadapi konflik sepak bola nasional. Ada target khusus?
Saya kira (konflik sepak bola nasional) tahun depan sudah rampung. Insya Allah.
Advertisement
Simak selengkapnya harapan Jokowi terhadap persepakbolaan di Tanah Air dalam video berikut:
(Ris/Ary/Ans)