Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya bantaran kali di Jakarta yang dikuasai warga membuat Gubernur Ahok geleng-geleng kelapa. Ia justru menilai warga yang tinggal di bantaran kali lebih kejam dibanding para penjajah Belanda zaman dulu.
"Ini sungai zaman Belanda 20 meter, lama-lama penjajah lebih baik daripada kita ('pengemplang' Kali Ciliwung) nih, kalau kita ngomong kasar. Penjajah aja masih ninggalin banyak warisan," ucap gubernur yang bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama di Balaikota, Jakarta, Kamis (27/8/2015).
Menurut mantan Bupati Belitung Timur tersebut, saat itu Belanda masih lebih baik karena melarang jalan inspeksi di setiap kali dibangun permukiman. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini tentu sangat berbeda.
Baca Juga
"Belanda izinkan enggak jalan inspeksi dibuat rumah? Enggak boleh. Ini bukan jalan inspeksi aja yang didudukin, badan sungai didudukin. Uruk, uruk, uruk, dudukin," imbuh Ahok.
Mantan politikus Partai Golkar dan Gerindra itu juga tidak habis pikir dengan program lama pemerintah yang mengizinkan dan memberikan sertifikat tanah kepada warga. Padahal jelas lahan itu berada di bantaran kali.
"Dan lucu program Prona (Proyek Operasi Nasional Agraria) bukan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang tentuin, bukan dari pemda (pemerintah daerah), kasih sertifikat berdasarkan tim justifikasi, bahwa ini ada yang miskin harus dikasih sertifikat. Eh dia jual ke orang yang lebih kaya. Sekarang yang di Bukit Duri, sertifikat lho di pinggir sungai," pungkas Ahok. (Ans/Mut)
Advertisement