Liputan6.com, Yogyakarta - The Australian Consortium for 'In-Country' Indonesian Studies (ACICIS) merayakan ulang tahunnya yang ke-20 di Yogyakarta. Direktur Konsorsium ACICIS Prof David T Hill mengatakan ACICIS merupakan lembaga konsorsium untuk pelajar internasional, khususnya Australia di Indonesia yang inovatif dan non-profit yang ada sejak 1994.
Lembaga ini mempelajari pendidikan skala besar, birokrasi dan membantu imigrasi pelajar Internasional selama belajar di beberapa Universitas di Indonesia.
David T Hill mengatakan, hingga saat ini tercatat sudah 2.000 alumni dari program ACICIS. Alumni ini sudah mengikuti program kuliah di sejumlah universitas seperti UGM, UII, UMM Malang dan Universitas Parahyangan.
Advertisement
Saat ini sudah 24 universitas asing ikut program ACICIS dan diikuti 22 universitas di Australia baik dari universitas besar dan kecil telah mengikuti program ini. Sementara program ini juga diikuti universitas di Eropa yaitu dari Belanda dan Inggris.
"Angkatan pertama kami di bulan Agustus tahun 1995, sampai sekarang sudah 2.000 alumni dari UGM satu semester, UII satu semeseter, UMM Malang dan beberapa ada di program magang di jakarta, ada di bidang jurnalisme dan bidang bisnis," ujar Hill di Hotel Sheraton, Yogyakarta, Jumat 28 Agustus 2015.
Konferensi dan Diskusi
David mengatakan, ulang tahun ke-20 ini diikuti alumni pada tahun pertama program ACICIS yang ikut dalam konferensi dan diskusi yang dilakukan di UGM, Sabtu 29 Agustus dan field trip Minggu (30/8/2015).
Keikutsertaan alumni menurut David akan memberikan peranan penting dalam rencana dan persiapan ke depannya. Alumni memberikan peran dalam hubungan bilateral karena banyak dari mereka bekerja di kedutaan dan sudah masuk dalam pemerintahan.
"Angkatan pertama yaitu tahun 1995 ikut gabung. Betapa kaya manfaat yang diperoleh dari mahasiswa kita harapkan masukan dan saran dari para alumni," ujar Hill.
Sementara itu, President Direktur ACICIS Ms Elena Williams mengatakan alumni yang hadir dalam acara ini sangat berperan dalam peringatan ulang tahun ke-20 ACICIS. Para alumni ini akan memberikan pandangan dan ide terkait ACICIS di masa depan.
Program ini sangat diperhatikan oleh pemerintah Australia di mana ada beasiswa yang disiapkan di program ini. Pemerintah Australia sudah menyiapkan dana AUS$ 2 juta untuk beasiswa dan dana untuk belajar di Indonesia.
"Ada beberapa alumni yang akan ikut seminar di UGM dan akan banyak ide dan refleksi dalam 20 tahun terakhir ini. Saya berpikir optimis untuk membantu hubungan Indonesia-Australia dan kampus lain. Sehingga untuk membangun antusiasme dan mempererat mahasiswa Indonesia dan asing," ujar Elena.
Pengenalan Budaya
Sementara itu Grace Dungey mahasiswi dari Monash Australia mengaku jika dirinya baru berada di Yogyakarta selama 2 minggu ini. Dirinya mengikuti program 1 tahun untuk jurusan hukum Indonesia di Fakultas Hubungan International UGM.
Ia mendapat program beasiswa dari kampusnya. Ia pun sudah mengetahui budaya di Indonesia melalui alumni ACICIS dan beberapa network di Indonesia.
"Saya kira kita menghormati budaya di Indonesia. Karena budaya kita dengan di Indonesia berbeda. Ada manfaat dengan menghormati budaya Australia dan Indonesia," kata perempuan yang sudah belajar bahasa Indonesia sejak kelas 7 ini. (Ado/Vra)