Liputan6.com, Riau - Kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera dan Kalimantan kian meluas. Titik panas bertambah menjadi 1.438. Titik panas paling banyak ada di Sumatera 1.006 hotspot.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan keadaan ini membuat jarak pandang kian buruk.
"Pada pagi tadi, jarak pandang di Provinsi Jambi hanya 500 meter. Kondisi udara juga tidak sehat sehingga pemerintah setempat melibutkan sekolah dari TK hingga SMA sederajat," sebut Sutopo di Jakarta, Senin (31/8/2015).
Menurut dia, 320 titik seribuan titik panas yang tersebar di Sumatera berada di Jambi. Sebanyak 354 titik ada di Sumatera Selatan, 8 buah di Sumatera Barat, Riau 219, Lampung 13, 88 titik di Bangka Belitung, dan Bengkulu 3 titik.
"Sedangkan di Kalimantan tersebar di Kalimantan Barat 80, Kalimantan Selatan 54, Kalimantan Tengah 298, Kalimantan Timur 18, dan Kalimantan Utara 2," tutur Sutopo.
Jarak pandang semakin buruk. Sebut saja di Pekanbaru, Riau. Jarak pandang di kota yang dulu bernama Senapelan itu hanya sekitar 1 kilometer. Sementara jarak pandang di Kabupaten Pelalan hanya 800 meter dan Rengat 2 kilometer.
"Kabut asap membuat penderita ISPA kian meningkat di sejumlah provinsi. Di Sumatera Selatan tercatat 24.824 penderita ISPA, sedangkan di Riau 1.228 jiwa," ungkap Sutopo.
Sejauh ini, upaya penanggulangan kebakaran hutan lahan terus dilakukan di darat dan di udara. BNPB mengerahkan 3 pesawat terbang untuk hujan buatan di Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.
"Juga ada 13 helikopter pemboman air di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan," kata Sutopo.
Dia menerangkan hujan buatan di Riau terus dilakukan dengan total garam yang ditabur mencapai 111 ton. Sedangkan garam yang ditabur ke awan-awan potensial di Sumatera Selatan sebanyak 46,3 ton.
"Pemboman air dari udara sudah dilakukan dengan menjatuhkan air 9,34 juta liter di atas hotspot di Sumsel dan 13,7 juta liter di Riau," ucap Sutopo.
Ancaman kebakaran terus meningkat hingga November 2015. Cuaca mengering dan hujan akan semakin kecil sehingga potensi hutan terbakar semakin besar.
"Pola hotspot di Sumatera dan Kalimantan mencapai puncak pada September-Oktober. Upaya pencegahan lebih efektif dibandingkan pemadaman," pungkas Sutopo. (Bob/Sss)
1.438 Titik Panas Kepung Sumatera dan Kalimantan
Keadaan ini membuat jarak pandang kian buruk.
Advertisement