Sukses

Rachmawati Beri Kim Jong-un Sukarno Award di Tengah Kecaman Barat

Kim Jong -un, kata Rachmawati, merupakan pemimpin negara yang mempunyai sikap tegas demi kemandirian bangsanya.

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Universitas Bung Karno (UBK) yang juga putri Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri, bersikukuh tetap memberikan penghargaan kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Penghargaan diberikan karena Rachmawati menilai Kim Jong-un punya kemandirian terhadap negaranya.

Rachmawati mengaku tindakannya itu dikecam sejumlah negara Barat. Kendati begitu, ia tak menghiraukannya.

"‎Saya mengerti, itu pasti (dikecam Barat). Tapi kita tetap jalan. Pemimpin-pemimpin ini anti-imperialisme. Ini perlu apresiasi kita-kita sebagai negara pencetus KAA (Konferensi Asia-Afrika), yang kemudian menjadi gerakan Non-Blok. Ini harus diapresiasi. Kita harus jadi bangsa mandiri," ujar Rachmawati, Senin (31//2015), di kampus UBK Jakarta.

Selain kepada Kim Jong-un, penghargaan Sukarno Award juga akan diberikan kepada 6 pimpinan negara lainnya. Penghargaan itu akan diberikan pada 27 September 2015 di Hotel Borobudur, Jakarta.

"Kami akan berikan (penghargaan) kepada 7 pemimpin negara. Antara lain Kim Jong-un dari Korea Utara, Hugo Cavez dari Venezuela, Mahathir Muhammad dari Malaysia, Fedel Castro dari Kuba, Raja Abdullah dari Yordania, dan King Muhammad VI dari Maroko," papar Rachmawati.

Menurut Rachmawati, Presiden Kim Jong-un bukanlah penguasa diktator. Dia juga bukan pelanggar HAM seperti digembar gemborkan dunia Barat. Kim Jong-un, kata Rachmawati, merupakan pemimpin negara yang mempunyai sikap tegas demi kemandirian bangsanya.

"Kami melihat konsistensi Kim Jong-un di dalam mempertahankan kemandirian negaranya, itu patut diapresiasi. Dia cucu dari Kim Il-sung yang memiliki kedekatan dengan Presiden Soekarno.‎ Jadi jangan keliru, itu propaganda Barat lalu menjelekkan Korut melanggar HAM," jelas Rachmawati.

Rachmawati menyesalkan sikap sejumlah pihak‎ yang dengan mudah menghakimi kelompok tertentu melanggar HAM. Seperti yang kerap dituduhkan kepada para tentara saat melaksanakan tugasnya membela negara.

"Nggak usah jauh-jauh, sempat tentara kita dianggap melanggar HAM. Saya tolak. Itu tidak betul. Dalam bela negara pada suatu situasi tertentu itu dibetulkan. Itu demi kepatriotan," tutur Rachmawati.

"Dulu Soekarno juga pernah disebut diktator, ternyata kan nggak gitu. Itu semacam propaganda saja," tandas dia.

Sebagai pencetus KAA, Rachmawati ingin Indonesia mempunyai peran dalam mempersatukan ‎bangsa Korea. Sebagai Ketua Kehormatan Reunivikasi Korea untuk Asia Pasifik, putri Bung Karno itu bertekad mewujudkan impian itu.

"Saya ditunjuk sebagai Ketua Kehormatan Reunivikasi Korea untuk Asia Pasifik. Jadi memang saya mendorong agar bangsa Korea ini bisa bersatu kembali. Seperti halnya dengan Jerman Barat dan Jerman Timur yang akhirnya bisa bergabung. Begitu juga Vietnam. Saya berharap Korut dan Korsel bisa bersatu lagi," pungkas Rachmawati. (Sun/Mut/Rie)Â