Liputan6.com, Bojonegoro - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta pejabat di Kabupaten Bojonegoro untuk menuntaskan persoalan sosial di wilayah tersebut. Hal ini menyusul data yang menyebut jumlah PSK di daerah ini merupakan yang terbanyak di Jawa Timur.
Khofifah mengutarakan hal itu dalam ceramah ilmiahnya saat melantik Pengurus Cabang Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Pendopo Kabupaten Bojonegoro. Ia meminta Muslimat NU berperan aktif dalam pengentasan berbagai masalah sosial di Bojonegoro.
Baca Juga
"Saya harap para Muslimat NU dapat ambil peran. Misalnya membantu mengingatkan anaknya, tetangganya, lingkungannya. Saya prihatin sewaktu menutup lokalisasi di Jayapura, jumlah PSKÂ terbanyak dari Jawa Timur dan beberapa di antara mereka dari Bojonegoro," jelas Khofifah di Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (5/9/2015).
Advertisement
Masalah sosial seperti pergaulan bebas menjadi salah satu topik yang dibahas Khofifah dalam lawatannya, selain masalah lain seperti pendidikan dan kesehatan. Instruksi ibu menteri itu langsung ditanggapi Bupati Bojonegoro Suyoto dengan sejumlah langkah strategis.
"Paling pokok kami punya program Ayo Sekolah. Ada 7 ribu anak tidak sekolah di Bojonegoro. Kami sediakan 500 ribu per anak per tahun. Dan kami tingkatkan tahun depan menjadi 2 juta. Itu untuk mendorong anak supaya mau sekolah," papar Suyoto di rumah dinasnya.
Bukan hanya itu, masalah kesusilaan yang menjerat beberapa perempuan yang terlibat prostitusi, dinilai akibat minimnya keahlian yang dimiliki. Mereka pun kesulitan mencari lapangan kerja yang sesuai dengan norma.
Karena itu, Pemkab Bojonegoro menyediakan serangkaian pelatihan dan modal yang dapat dipakai para wanita di Bojonegoro.
"Kami buat kegiatan yang open menu. Pemkab buat 12 ribu paket pelatihan. Ada dana Rp 500 juta sampai Rp 1,9 miliar yang dapat digunakan di tiap desa oleh ibu-ibu. Oleh karena itu ibu-ibu dapat terlibat pembangunan di desanya masing-masing," imbuh Suyoto.
Suyoto mengungkapkan Bojonegoro pernah menjadi kabupaten termiskin di Jawa Timur. Bahkan masalah kesehatan menjadi masalah besar di daerahnya.
"Perlahan mulai membaik. Dulu mungkin hanya 30 persen yang punya toilet. Dan sebagian penyakit di sini karena masalah sanitasi karena air yang tidak bersih. Sekarang sudah hampir 90 persen punya toilet. Dan akan kami tingkatkan terus. Angka drop out juga sedang kami tekan dengan program Ayo Sekolah," pungkas Suyoto. (Ali/Nda)