Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon muncul dalam acara kampanye Donald Trump di Trump Tower, Fifth Avenue, New York, Kamis 3 September 2015 pukul 13.00 waktu setempat. Kemunculan keduanya menuai kecaman dari sejumlah kalangan.
Pimpinan DPR itu menegaskan, kehadirannya dalam kampanye Donald Trump terjadi setelah pertemuan dengan sang pengusaha di lantai 26 Trump Plaza. Pertemuan digelar untuk membangun jaringan dan memperkuat investasi Trump di Indonesia.
Baca Juga
"Pertemuan dilakukan di lantai 26 Trump Plaza. Setelah itu Delegasi diajak turun ke lantai dasar serta melihat acara konferensi press. Sebagai orang timur yang memiliki kesantunan, ajakan tersebut dipenuhi. Bukan sebagai bentuk dukungan politik," kata Juru Bicara Pimpinan DPR, Nurul Arifin kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (6/9/2015).
Advertisement
Nurul menjelaskan kunjungan Pimpinan DPR itu merupakan perjalanan dinas dalam rangka memenuhi undangan IPU (Inter Parliamentary Union) Speakers Conference, yaitu Konferensi Ketua Parlemen Dunia ke-4 yang berlangsung dari 31 Agustus hingga 2 September.
"Ketua DPR berbicara pada forum tersebut mengenai isu-isu demokrasi dan kesejahteraan," ucap Nurul.
Indonesia menyerukan reformasi PBB dan seruan tersebut didukung banyak negara peserta konferensi. Juga isu tentang SDG's (sustainable development goals).
"Ketua DPR (Setya Novanto) juga mengadakan pembicaraan bilateral dengan Ketua Parlemen negara Jepang, Cheko, Jerman, Sudan, Kroasia, Finlandia, dan Iran dalam rangka mempererat hubungan kedua negara," imbuh Nurul.
Ketua DPR Setya Novanto juga berbicara sebagai panelis di perdebatan umum tentang fungsi pengawasan DPR. Sidang IPU ditutup pada 2 September 2015 dengan menghasilkan kesepakatan memperjuangan kondisi yang lebih demokratis dan berkeadilan bagi warga dunia.
"Berikutnya adalah kunjungan ke LA (Los Angeles)_dalam rangka memberikan keynote speech di hadapan asosiasi bisnis Indonesia- Amerika. Dan bertemu dengan Diaspora Indonesia di LA," jelas Nurul.
Kunjungan itu dilanjutkan ke Washington DC untuk menjadi pembicara dalam diskusi The DPR 's enchanged role in Indonesia's Governance di Usindo atau Peran DPR dalam memajukan tata kelola pemerintahan yang bersih.
"Rombongan berjumlah 14 orang beserta staf sekertariat. Tidak benar bahwa rombongan berjumlah 67 orang," ujar Nurul.
Dia menilai ada upaya pemelintiran dari sejumlah pihak terkait agenda tersebut. Hal ini untuk mengalihkan isu nasional yang lebih penting.
"Usaha memelintir pertemuan dengan Trump ini adalah bagian dari usaha pengalihan isu dari pihak-pihak tertentu. Di saat rupiah melemah, harga-harga naik, pengangguran bertambah, isu ini diolah untuk alihkan isu substansial," tukas Nurul. (Ali/Nda)