Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan Pimpinan DPR RI ke Amerika Serikat (AS) dan bertemu kandidat Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, mendapat pro dan kontra dari semua kalangan. Publik dinilai wajar mempermasalahkannya.
"Pandangan publik menilai tidak pas. Publik menilai tidak tepat dan tidak pantas. Pandangan kami di DPRÂ keluar negeri itu pasti ada reasoning (alasan)," ujar Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono di kantor DPP Demokrat, Minggu (6/9/2015).
Baca Juga
Meski demikian, menurut pria yang akrab disapa Ibas, keberadaan pimpinan DPR RI bertemu calon presiden AS pasti akan menyimbolkan sesuatu.
Advertisement
"Pimpinan DPR secara logika kita, adalah pimpinan parlemen se Tanah Air. Wajar jika pimpinan kita (berpikiran) untuk bekerja sama," tegas dia.
Ibas pun menegaskan, pelaporan Setya ke MKD DPR bukan atas dorongan partainya tetapi fraksi lain di DPR. Akan tetapi, sekali lagi hal ini dinilai wajar.
"Kalau ada kecenderungan, banyak (yang berpikiran seperti itu). Tapi ini bukan PD. Tapi banyak (fraksi) yang memihak," pungkas Ibas.
Juru Bicara Ketua DPR Nurul Arifin mengatakan ada pihak yang mencoba mengalihkan isu terkait kemunculan pimpinan DPR pada acara Donald Trump.
"Usaha memelintir pertemuan dengan Trump ini adalah bagian dari usaha pengalihan isu dari pihak-pihak tertentu. Di saat rupiah melemah, harga-harga naik, pengangguran bertambah, isu ini diolah untuk alihkan isu subtansial," tutur Nurul.
Politisi Golkar itu pun menegaskan para pimpinan DPR bertemu dengan Donald Trump adalah bukan sebagai bentuk dukungan politik, semata-mata dalam rangka silahturahmi dan membangun networking untuk memperkuat investasi Trump di Indonesia.
"Setelah itu (pertemuan dan silahturhami dengan Donald Trump) delegasi diajak turun ke lantai dasar serta melihat acara konferensi press. Sebagai orang timur yang memiliki kesantunan, ajakan tersebut dipenuhi. Bukan sebagai bentuk dukungan politik," pungkas Nurul. (Ali/Nda)