Liputan6.com, Kuala Lumpur - Saat Soeharto tumbang oleh 'badai' reformasi, posisi Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia tak tergoyahkan. Sama-sama dihantam krisis ekonomi 1997-1998, Negeri Jiran justru menjadi negara tercepat yang pulih, dengan menolak bantuan IMF.
Meski demikian, di tengah kemelut ekonomi, pemimpin berjuluk 'Little Sukarno' itu putus hubungan dangan orang yang digadang-gadang sebagai penerusnya: Anwar Ibrahim.
Tak hanya kehilangan jabatan sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Malaysia, Anwar dipenjarakan berkali-kali atas dakwaan penyalahgunaan kekuasaan dan bahkan -- apa yang disebut banyak orang sebagai 'tuduhan Abad Pertengahan': sodomi.
Advertisement
Mahathir kemudian menunjuk Abdullah Badawi -- yang ternyata tak sesuai harapan -- dan akhirnya membuka jalan bagi Najib Razak, putra PM ke-2 Malaysia Tun Abdul Razak Hussein sekaligus keponakan PM ke-3 Hussein Onn, untuk jadi orang nomor satu di pemerintahan Negeri Jiran pada 2009.
Namun, arah angin berubah... Kini, sikap Mahathir Mohamad justru lebih dekat ke Anwar Ibrahim.Â
Sabtu malam, 29 Agustus 2015, sosok tak terduga muncul di tengah ribuan demonstran yang masih berkumpul di dekat Dataran Merdeka.
Orang-orang nyaris tak percaya melihatnya. Mereka yang menyemut di sekitar kendaraan yang membawanya, berusaha mengintip ke balik jendela mobil. Untuk memastikan,'rumor' yang beredar bahwa Mahathir Mohamad akan datang ke lokasi protes, benar adanya.
"Saya datang hanya untuk melihat situasi," ujar Mahathir. Ia adalah perdana menteri yang pernah memerintah Negeri Jiran selama 22 tahun. Yang terlama dalam sejarah.
Â
"Teruskan, teruskan," kata Mahathir, pada para demonstran.Esok harinya ia kembali datang ke lokasi demo. Kali itu, ia naik KTM commuter line.
"Beberapa orang yang mengkritik saya karena mendukung Bersih. (Padahal) Bersih juga bagian dari rakyat," kata dia seperti dikutip dari Malaysia Kini.
Mahathir menambahkan, sudah sepantasnya Najib Razak mundur demi membersihkan kembali citra koalisi berkuasa Barisan Nasional.
Tak Mudah Gulingkan Najib Razak
Mahathir tahu benar, demonstrasi tak akan menggulingkan Perdana Menteri Najib Razak dari singgasananya. "Ia (Najib) tak akan turun. (Namun) ia tahu benar, saat tak lagi berkuasa, mungkin ia akan dihadapkan ke pengadilan. Pengadilan bisa saja memvonisnya bersalah dan menahannya di penjara," kata dia seperti dikutip dari ABC Australia.
Dalam blog pribadinya, Mahathir mengaku situasi saat ini mendesak, yang mengharuskannya datang ke tengah massa.
"Saya pernah menyatakan demonstrasi jalanan tidak harus digunakan, karena akan memperburuk perekonomian," tulis dia dalam blognya.
Ia mengaku tak pernah setuju demo dilakukan untuk menekan negara. Namun, kata dia, kali ini ia harus memberi dukungan pada orang-orang yang menuntut pelengseran Najib Razak.
Najib belakangan dihadapkan pada skandal yang melibatkan 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Wall Street Journal adalah media pertama yang menguak temuan para penyidik Malaysia soal duit US$ 700 juta terkait yang diduga berakhir di rekening pribadinya.
Tuduhan serius tersebut muncul di tengah kondisi perekonomian yang morat-marit. Belakangan nilai mata uang ringgit dan saham merosot -- yang terendah sejak 1998. Malaysia mengalami krisis.
Najib, yang duduk sebagai ketua badan penasihat 1MDB, membantah dan menyebut, laporan media sebagai sabotase politik yang bertujuan menjatuhkan perdana menteri yang terpilih secara sah melalui pemilihan umum.
"Klaim-klaim ini, yang didapat dari penyelidik yang tidak disebutkan identitasnya, adalah serangan ke perdana menteri ... ini adalah lanjutan dari sabotase politik," demikian pernyataan yang dikeluarkan para pejabat di kantor PM Razak.
Baik Razak maupun 1MDB sama-sama mengatakan dokumen-dokumen yang didapat Wall Street Journal "telah mengalami perubahan" dan tidak diverifikasi.
Apa yang disebut 'people power' tak berhasil menggulingkan Najib. Massa bubar sambil menyanyikan lagu kebangsaan 'Negaraku' dan memekikkan kata 'Merdeka'. Demo 'hanya' berlangsung 34 jam, namun krisis -- ekonomi dan politik -- belum usai.
Advertisement
Sambutan Hangat Anwar dari Balik Bui
Anwar Ibrahim tak hadir dalam demo Bersih 4 . Ia sedang menjalani pidana 5 tahun dalam kasus sodomi yang kontroversial -- yang tuduhannya dilayangkan pada masa kepemimpinan Mahathir.
Â
Apa pun, Anwar tetap memuji kehadiran politisi sepuh berusia 90Â di tengah demonstran. "Saya mengelukan kehadiran Tun Dr Mahathir and Tun Dr Siti Hasmah dalam demonstrasi Bersih 4," kata dia dalam pesan yang dititipkan pada pengacaranya.
Sebaliknya, Najib Razak tak senang. "Dia bukan lagi perdana menteri, tak seharusnya mencari panggung," kata Najib mengawali pidatonya dalam acara World Capital Markets Symposium, seperti dikutip dari Astro Awani.
Najib memang tak menyebut nama Mahathir. Namun, jelas ia mengarah pada mantan pendahulu sekaligus mentor politiknya itu.
Â
"Sama sekali tak terlintas, bahkan dalam mimpi terliar saya, salah satu pendahulu akan berbalik melawan saya dengan cara seperti itu," kata Najib.
Ia menegaskan, tak bakal mundur. Dan pemerintahkan punya cara menyelesaikan masalah 1MDB.
Sementara, parlemen yang diharapkan vokal, bergeming. Sama sekali tak berpikir untuk menjatuhkan mosi tak percaya pada Najib Razak. Tak bakal ada sidang mendadak, seperti yang dituntut Bersih.
"Sesi parlemen berikutnya akan berlangsung 19 Oktober. Masih jauh," kata anggota parlemen dari kubu oposisi PKR, Fuziah Salleh. "Kita justru harus bersatu saat menghadapi krisis. Kita harus mengutamakan negara, maksud saya, ini bukan cuma soal mengganti PM, namun melakukan reformasi."
Malaysia di Ambang Bangkrut?
Ringgit belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Pelaku ekonomi gelisah, rakyat pun bertanya-tanya, kapan krisis berlalu. Spekulasi pun menyebar, Malaysia di ambang bangkrut?
Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Malaysia, Tan Sri Dr Mohd Irwan Serigar Abdullah angkat bicara. Ia menegaskan, perekonomian negerinya masih terus tumbuh dan kuat, dengan pertumbuhan lebih dari 5 persen. Pendekatan baru pun akan dilakukan, untuk memastikan belanja pemerintah dilakukan secara bijak.
Â
Irwan mengatakan, selain Malaysia, banyak negara tergantung pada ekonomi berbasis komoditas seperti Australia, Rusia dan Brasil mengalami penurunan yang lebih buruk dalam nilai mata uang mereka -- sebagai akibat penurunan harga minyak dunia dan penguatan dolar AS.
"Saat ini, ekonomi kita masih tumbuh dan lebih kuat dibandingkan krisis keuangan 1997/1998," kata dia. "Saat ini, kita masih mampu membayar gaji pegawai negeri. Jika negara ini bangkrut, kita tidak akan mampu membayar," ujarnya.
Irwan mengatakan, Komite Ekonomi Khusus yang dipimpin oleh Datuk Seri Abdul Wahid Omar adalah bagian dari upaya pemerintah untuk mengatasi tantangan ekonomi saat ini.
Kepemimpinan Najib di tengah krisis sedang diuji. Apakah ia berhasil membawa Malaysia keluar dari kemelut ekonomi -- seperti yang pernah dilakukan Mahathir Mohamad.
Â
Di sisi lain, kelompok pro-reformasi akan terus bergerak. Demonstrasi Bersih 4 bukan yang terakhir.
"Jika reformasi tak dilakukan, akan ada yang ke-5, 6, 7, 8, 9, dan seterusnya," kata salah satu pemimpin gerakan, Maria Chin Abdullah seperti dikutip dari Straits Times. (Ein/Ado)
Advertisement