Liputan6.com, Jeddah - Tim Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz (KAA) Jeddah, Arab Saudi. 7 anggota KPHI melakukan peninjauan pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi.
Para Komisioner KPHI langsung meninjau kantor Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah PPIH Arab Saudi di lantai 1 bandara. Setelah itu, mereka langsung memantau proses pelayanan jemaah haji Tanah Air, mulai pemeriksaan barang, imigrasi sampai pemakaian pakaian ihram di miqat Plasa Indonesia Bandara KAA Jeddah.
Wakil Ketua KPHI Imam Addaruquthni mengatakan, tim akan melakukan pengawasan langsung 30 hari ke depan. Pengawasan menyangkut aspek penyusunan regulasi sampai penyelenggaraan haji, utamanya dalam hal pemberangkatan, kedatangan, transportasi, pemondokan, katering, armina, dan pemulangan.
Advertisement
“Sesuai perintah undang-undang, hasil pengawasan ini akan disusun dalam laporan yang akan diberikan kepada presiden,” kata Imam.
Dia melanjutkan, KPHI melihat, ada beberapa rekomendasi yang diberikan tahun lalu sudah dilaksanakan pada tahun ini. Antara lain penempatan jemaah di Mekah yang tidak lagi memperhitungkan soal jarak, melainkan kelayakan tempat dan layanan bus shalawat. Dengan demikian, pelayanan ibadah jemaah bisa diberikan dengan baik.
Kendati demikian, kata Imam, ada juga rekomendasi yang tidak dijalankan tahun ini, yakni penggunaan bus-bus usang yang mengangkut jamaah dari Madinah ke Mekah atau sebaliknya. Akibat penggunaan bus-bus tua tersebut, sejauh ini sudah belasan kasus yang dilaporkan membuat jemaah menderita.
“Padahal bus-bus tua seperti Abu Sarhad ini tahun lalu sudah tidak dipakai, makanya sangat disayangkan kenapa tahun ini dipakai lagi,” ujar Imam.
Kepala Bidang Transportasi PPIH Arab Saudi Subhan Cholid mengatakan, sampai Minggu 6 September sudah ada sejumlah laporan ketidaknyamanan jemaah selama perjalanan darat dari Madinah ke Mekah.
Laporan yang paling mencolok adalah adanya 14 bus yang mogok di tengah jalan, sehingga jemaah harus pindah kendaraan dan memindahkan barang-barang bawaan mereka ke bus pengganti.
“Bus mogok itu 9 dari Abu Sarhad, 3 dari Hafil, dan 2 dari bus lainnya,” kata Subhan.
Selain mogok, bus Abu Sarhad juga menjadi jawara pengangkut jemaah paling bermasalah.
Masalah lainnya adalah 3 bus dengan penyejuk udara yang mati dan 1 bus mengalami kecelakaan. Urutan berikutnya adalah bus dari perusahaan Hafil, yakni 3 bus mogok, 1 bus penyejuk udaranya mati, dan 1 bus mengalami kecelakaan.
“Untuk bus Hafil, kecelakaan dengan mesin terbakar membuat 6 tas bawaan jemaah terbakar,” kata Subhan. (Ron/Mar)